[Nasional-m] Siapa Lagi Pemimpin Negeri Ini?

Ambon nasional-m@polarhome.com
Fri Jan 24 02:00:18 2003


http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=21667
Jumat, 24 Jan 2003

Siapa Lagi Pemimpin Negeri Ini?


Tragis betul bangsa ini. Negeri yang berpenduduk lebih dari 250 juta ini
selalu salah memilih pemimpin. Sejak merdeka 58 tahun lalu, kita tidak
pernah memiliki pemimpin sejati. Pemimpin yang memiliki visi membangun
bangsa ke depan dan berhenti memimpin dengan manis.

Kita memiliki Bung Karno yang dengan keberaniannya telah berhasil membawa
bangsa ini merdeka. Sayang, di akhir kekuasaannya, ia pun tergoda untuk
menjadi megalomania dan menjadikan negeri ini sebagai eksperimen bagi
obsesi-obsesinya. Ia pun lengser dari kekuasaan secara mengenaskan.

Negeri ini punya Soeharto yang berhasil berkuasa selama 32 tahun. Tapi,
kekuasaan yang panjang ia bangun dengan tangan besi dan mengakhiri dengan
penumpukan harta kekayaan di sekitarnya. Tak pelak, akhir kekuasaan Soeharto
juga tidak manis. Ia lengser dan menjadi sumber hujatan.

Lepas dari itu, kita pun tidak segera mendampatkan pemimpin yang efektif.
Apakah itu B.J. Habibie dan KH Abdurrahman Wahid. Dua presiden di era
reformasi ini hanya mengenyam kekuasaan singkat dengan akhir yang tidak
menyenangkan. Habibie hanya berkuasa sebentar, Abdurrahman Wahid lengser di
tengah jalan.

Megawati tampil dengan harapan baru. Putri Bung Karno yang menjadi orang
nomor satu setelah MPR melengserkan Abdurrahman Wahid. Harapannya, Megawati
bisa memimpin negeri ini dengan baik. Banyak orang berharap, sikap diamnya
bisa membawa negeri ini ke situasi yang lebih aman.

Tapi apa yang terjadi? Diamnya Megawati malah menjadi bumerang. Komunikasi
politiknya gagal mambangun pemerintahan yang efektif. Kebijakan-kebijakannya
memancing keresahan, tidak hanya sekelompok kalangan. Mulai elit politik
sampai akar rumput resah karenanya. Gejolak akibat kenaikan harga BBM,
Listrik dan telepon adalah contohnya.

Ketika terjadi gejolak protes di mana-mana, pernyataan-pernyataan Megawati
malah memicu panas situasi. Ia selalu mengeluh tak dihargai karena gambarnya
dicorat-coret di mana-mana. Ia marah karena pers terus-menerus mengritiknya.
Megawati gusar karena merasa terus digoyang-goyang.

Seperti pemimpin-pemimpin kita sebelumnya, ia pun berlindung di balik massa
konstituennya. Ia minta warga PDIP ikut mengamankan kebijakannya menaikkan
harga BBM, listrik, dan telepon. Padahal, permintaan itu sangat berbahaya.
Sama saja, ia mengadu domba rakyat PDIP dengan rakyat lainnya yang resah
akibat kebijakannya.

Kambing hitam ditebar di mana-mana. Pemerintah tidak aktif mencari solusi
kesulitan bangsa ini, malah menuding sejumlah nama dengan pengerah massa
untuk mendongkelnya. Terlepas tudingan itu benar atau tidak, ini sebuah
tradisi yang tidak sehat bagi bangsa yang belum sembuh dari krisisnya.

Rasanya, memang bangsa ini tak lagi punya pemimpin yang bisa diharapkan.
Pemimpin yang mau mendengar segala keluahan rakyatnya dan mampu menyampaikan
gagasan-gagasan serta kebijakannya tanpa marah-marah. Pemimpin yang tidak
saja lantang di kandang, tapi juga ke seluruh anak bangsa.

Di tengah situasi serba sulit seperti sekarang ini, kita perlu pemimpin yang
tidak hanya saling jegal di tikungan. Pemimpin yang paham tentang prioritas
apa yang harus dilakukan bagi negerinya. Bukan pemimpin yang hanya pintar
mencabut subsidi, tapi juga pandai melindungi para tikus di negeri ini.

Bangsa ini membutuhkan seorang pemimpin yang tahu kapan harus naik dan kapan
harus turun. Bukan pemimpin yang ingin terus berkuasa, meski dalam
kenyataannya telah gagal membangun dukungan dari rakyat banyak. Boleh saja
seorang pemimpin menantang untuk terus bertarung di pemilu mendatang, tapi
juga harus dipikirkan apakah pemerintahannya akan efektif di masa mendatang.

Jika sudah demikian, tampaknya kita perlu bergeser paradigma. Bukan lagi
mengandalkan pemimpin yang hanya mengandalkan kharisma, tapi juga piawai di
segala bidang. Juga tak perlu takut memilih anak muda negeri ini sebagai
orang pertama.