[Nasional-m] Kembali Ke Hati Nurani

Ambon nasional-m@polarhome.com
Thu Jan 30 05:00:15 2003


Banjermasin Post

Kembali Ke Hati Nurani

PRESIDEN RI MEgawati Soekarnoputri kemarin malam, Selasa (28/1), kembali
menyampaikan pidato politiknya. Ini kali kedua dilakukan orang nomor satu di
negeri ini, sejak awal tahun lalu.

Seperti pidato pertamanya di hadapan para ‘Banteng’ anggota PDI Perjuangan,
Mbak Mega kembali menyampaikan uneg-uneg yang ada dihatinya.

Ada beberapa hal yang paling disoroti istri Taufiq Kemas ini, yaitu soal
demo mahasiswa dan sikap para demonstran yang menginjak bahkan membakar foto
dirinya, serta diskriminasi media massa dalam pemberitaan.

"Kalau ada yang bisa meneropong ke dalam diri saja, akan terlihat bagaimana
perasaan saya bergolak seperti magma yang siap dimuntahkan, melihat
perlakuan terhadap foto saya tersebut," ungkap Mega.

Namun ia mengungkapkan, semua (rasa marah yang ada) bisa ia tekan, setelah
melakukan dialog dalam diri bagaimana menyikapi semua masalah. "Setiap detik
kita memang bisa berubah. Tapi kalau semua ditanggapi dengan kemarahan, apa
bedanya saya dengan mereka," ujarnya.

Sikap (pimpinan) seperti ini memang patut dicontoh. Dimana menghadapi aksi
yang kontra terhadap dirinya, dikembalikan kepada hati nurani, apakah benar
kesalahan tersebut ada pada diri kita.

Pimpinan merupakan seseorang yang akan jadi panutan bagi rakyatnya. Kalau ia
sudah membohongi hati nuraninya, bisa dibayangkan bagaimana ia akan banyak
memakai topeng untuk menghadapi rakyatnya.

Skala Kalsel, sikap pimpinan seperti itu patut dicontoh. Di mana setiap
pimpinan --baik organisasi, intansi maupun daerah-- akan selalu introspeksi
diri dalam menghadapi aksi yang menentang dirinya.

Jangan sampai karena merasa ia punya kuasa dan uang, setiap aksi kontra
selalu disusul dengan menurunkan orang-orang yang mengaku pro terhadap
dirinya.

Lihat saja beberapa aksi demo yang berlangsung di Banjarmasin. Mulai dari
pelengseran gubernur hingga aksi menggoyang Kajati Kalsel, beberapa waktu
lalu.

Kalau --selalu menganggap uang dan kekuasaan adalah segala-galanya--
terjadi, pemimpin tersebut bukan tipe orang yang arif dan bijaksana, tapi
tidak beda dengan kaum munafik yang bermuka badak, berkuping gajah dan
selalu menganggap dirinya paling benar.

Apabila semua tindakan (pro dan kontra) selalu disikapi dengan menurunkan
massa, bisa dibayangkan bagaimana jadinya. Multikrisis yang melanda negara
ini, tidak akan pernah bisa diselesaikan.

Akibatnya, pemimpin semakin dijauhi rakyatnya, karena merasa sang pimpinan
hanya mengutamakan kepentingan pribadi, tanpa mau sedikitpun melihat apa
yang diinginkan orang-orang di bawahnya.

Padahal yang diperlukan saat ini, bagaimana semua elemen di
negara --pimpinan dan rakyat-- ini, bisa saling mendukung dan mengisi agar
segera keluar dari kondisi ini.

Jadi apabila ada pihak yang melakukan tindakan yang kontra terhadap dirinya,
seorang pimpinan harus segera mengintrospeksi diri, menanyakan kepada hati
nurani apakah memang ada kesalahan di dalam dirinya.

Jangan malah turut menurunkan massa pro, karena hal tersebut tidak akan
menyelesaikan masalah. Malah mungkin akan lebih memperkeruh suasana.


 updated: Kamis, Januari 30, 2003 01:42:17