[Nusantara] "a.supardi" <a.supardi@chello.nl> : Gembong Peledakan Bom di Jakarta Diciduk (2-Habis)

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Mon Aug 26 06:37:52 2002


"a.supardi" <a.supardi@chello.nl>
 Gembong Peledakan Bom di Jakarta Diciduk (2-Habis) 
 23 Aug 2002 22:00:34 +0200 
         
 Rekan-rekan yang budiman,
Artikel yang saya fwd-kan di bawah ini (bagian ke-2,
habis)
baik kiranya kita baca, sebagai bahan referensi.
Tabik,
A.Supardi
-----

Gembong Peledakan Bom di Jakarta Diciduk (2-Habis)
Namanya Berubah-ubah, tetapi Dikenal Kejam

Siapakah Ramli, gembong peledakan bom di berbagai
tempat di Jakarta 
ini?
Khalayak tentu bertanya-tanya. Sebab, hampir dua tahun
lebih, polisi 
seolah
tidak punya daya mengungkap jaringannya, apalagi
membekuk pelakunya. 
Kini,
misteri itu mulai tersingkap, siapa sejatinya Ramli,
bagaimana 
jaringannya,
dan siapa pelindungnya. Bagaimana cara penyamarannya,
aktivitas
kesehariannya?
-----------------------
RAMLI alias Dadang alias John atau Sandi Chandra
Naliandra sejatinya 
anggota
satuan tempur TNI, di Batalion Zeni Tempur Aceh.
Terakhir dia 
berpangkat
pratu yang disersi tahun 1989 karena merasa senasib
dengan GAM, gerakan
bersenjata yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Tak
ada pertarungan 
agama,
ras, atau suku. Ini sebuah gerakan murni separatis
yang dibumbui 
semangat
menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Ramli
adalah ''orang
dalam'' TNI yang bisa diandalkan memasok peralatan
senjata yang 
dibutuhkan
GAM dan membocorkan rahasia gerakan TNI. Ibaratnya,
dialah cuak
(spionase-red) bagi GAM.
Suami Yasmin itu -- sesuai data di paspor -- terlahir
di Bekasi, 15 
Januari
1961. Alamatnya di Kampung Bugis RT 002/03 Kelurahan
Kembangan Utara,
Jakbar. Identitas di KTP, Ramli menggunakan nama
Dadang Hermana, lahir 
di
Bekasi, 30 Desember 1965. Alamatnya di Jl. Siliwangi
56 RT 3/6, Bekasi.
Sementara di SIM A, Ramli menggunakan titel insinyur
dan beralamat di
Kampung Bugis seperti yang tertera di paspor.
Sesungguhnya, disersi seperti Ramli cukup banyak.
Bahkan, yang aktif 
pun
seabrek. Sebutlah nama terakhir Kapten Maryono yang
dicokok Pomdam 
Jaya,
Kamis tiga pekan silam. Dia anggota TNI-AD dari Pusat
Pendidikan 
Kesehatan
TNI-AD. Gelontoran senjata AK-47 dan M-16 ke GAM
melimpah dari tangan 
dingin
Maryono. Belum lagi dua anak buah Ramli, Fachrizal dan
Husaini, yang 
dijerat
di Medan mengaku terus terang sebagai anggota GAM.
Ratusan senjata 
sejenis
AK-47 didapatkan dari perwira Kodam Siliwangi, melalui
perantara Endang
alias Bobby, warga Sumedang.
Awal kisah perburuan terhadap Ramli diteliti dalam
berbagai kejadian
peledakan bom di Jakarta, juga Medan. Waktu itu, opini
publik mengira, 
ada
keterkaitan Tommy Soeharto dan ayahnya. Cuma, tak ada
bukti kuat 
menuding
mereka. Polisi, seperti biasa, bekerja dari TKP.
Rumah Dubes Filipina diledakkan, gedung BEJ
menggelegar, lantas Atrium 
Senen
berdentuman. Dari TKP pula, berbagai nama ditemukan.
Dua tokoh 
sentralnya
adalah Dani dan Ramli. Dani berhasil ditangkap karena
cedera. Sementara
Ramli raib. Kelompok ini ada kaitannya dengan Tengku
Ismuhadi, pemilik
bengkel di Ciganjur dan pelaku peledakan di asrama
mahasiswa Aceh, di 
Jalan
Guntur, Manggarai.
Cuma, betapa sulitnya menguak sindikat ini. Publik
percaya, sulitnya 
polisi
membekuk pelaku karena ada aparat TNI yang mem-back
up. Boleh jadi 
dugaan
itu benar, setelah Panglima TNI berganti dan Kasad
berubah -- Jenderal
Endriartono dan Ryamizard Ryacudu -- peta kekuatan
beralih. Momentum 
ini
dilupakan pihak GAM. Mal Cijantung diledakkan. Sebagai
penguasa AD,
Ryamizard pun marah. ''Saya sudah tahu jaringannya.
Sebentar lagi kita
bongkar,'' katanya saat pelantikan Danjen Kopassus
yang baru.
Lantas, sepekan kemudian, kelompok Syahrul alias
Sugeng Aryadi 
digerebek di
Cimanggis, Depok. Dia bersama Bambang Setiawan alias
Isyadi, Nadar, dan
Rizal. Lantas, berturut-turut ditangkap pula Fachrizal
Hasan dan 
Husaini
dibekuk di Medan, 2 Agustus lalu. Dari dua nama
terakhir inilah 
kemudian
muncul nama Boby dan terkuak di mana persembunyian
Ramli, M. Nur, 
Nasir, Edy
dan Sulaeman.
Guna pengembangan barang bukti di lapangan, polisi
menggulung sindikat
pembuatan bom. Dari mulut pelaku peledakan Mal
Cijantung pula ditemukan 
nama
Edo yang berbicara soal Rajudin dan PT Petaling
Megantara yang dimiliki
Kusnaedi Fo. Dari tangan Kusnaedi diungkap tabir 800
ton bahan peledak 
di
Jalan Prepedan Raya, Kamal, Kalideres, Jakbar. Bahan
itu berjenis 
nitrat,
potasium klorat, sodium benzoat, klorida, dan serbuk
aluminium. Dari 
gudang
ini berhasil ditunjukkan empat peti kemas sodium
sianida seberat 60 ton 
di
Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Priok. Luar biasa. Jika
bahan-bahan itu 
diracik
menjadi bom, kota Jakarta bisa luluh-lantak.
Jalur internasional pun dibangun rapi. Jalur Bangkok,
Malaysia, 
Filipina,
dan Eropa (terutama GAM di Swedia) merupakan jalur
emas gerakan ini. 
Belum
lagi dukungan ''terselubung'', misalnya dari Australia
dan Amerika, 
terhadap
GAM -- melalui LSM Henry Dunant. Strategi perjuangan
pun mulai diubah
menjadi gerilya kota. Wartawan koran ini menemukan
bukti sebuah tempat 
tidur
gantung, doreng, lengkap dengan selimutnya di rumah
kontrakan Ramli, di
Cikarang.
''Sedikit'' aliran dana juga sempat ditemukan di
lokasi penggerebekan.
Aliran dana ini ditemukan dalam sobekan nota kecil.
Misalnya, BY 
(diberi
tanda panah) Rp 5 juta pada 25 Juli 2002 melalui ATM
BCA. Tidak 
dijelaskan,
mengambil atau mentransfer ke orang lain. Pada tanggal
yang sama, SS 
(tanda
panah) Rp 19 juta. Pada tanggal itu, BY (tanda panah)
Rp 1 juta dalam 
mobil
dan SS (tanda panah) Rp 18 juta. Esoknya, 26 Juli
2002, BY (tanda 
panah)
melalui Bank Bali, SS (tanda panah) Rp 15,8 juta.
Empat hari kemudian, 29 Juli 2002, melalui BII, BY
(tanda panah) Rp 5,6 
juta
dan SS Rp 10,2 juta. Pada tanggal yang sama, BY (tanda
panah) Rp 2 juta 
dari
BNI Sarinah dan SS Rp 8,2 juta. BY pada 1 Agustus 2002
(tanda panah) di
rumah (tidak jelas, cuma terbaca vate intat kartu), SS
sejumlah Rp 7,2 
juta.
Di sobekan itu juga tertulis tanggal 11 Agustus,
tetapi tidak ada 
nominal
uangnya. Di balik sobekan kertas nota itu dipampang
hitungan 
penjumlahan
uang senilai Rp 162 juta dan pengeluaran senilai Rp
134,6 juta dengan 
nilai
akhir tertulis Rp 24,8 juta. Polisi bisa melacak
aliran dana ini jika 
ingin
mengungkap lebih rapi.
Sejumlah nomor handphone yang sempat tertinggal adalah
nomor HP atas 
nama
Ramli yakni 081283093xx, lantas Nasir dengan nomor
081299999xx. Dua 
nomor HP
ini tertulis di sebuah kupon undian telepon seluler di
sebuah mini 
market.
Saat dihubungi, satu bernada sibuk, satunya mailbox.
''Saya sedang 
piket,
tolong tinggalkan pesan,'' demikian jawaban yang
terdengar.
Ada satu nomor HP tanpa disebutkan nama, yakni
08177247xx dan 
081285577xx.
Sejumlah nomor telepon rumah di Jakarta pun tercatat
di sobekan kertas
undian, di antaranya (021) 57097xx, 57109xx, dan
52527xx. Ketika 
ditelepon,
dua nomor di depan adalah gerai McDonalds dan nomor
terakhir adalah 
Plaza
Sentral, di Jalan Sudirman Jakpus. Saat nomor-nomor
ini diberikan ke
petugas, dia hanya mengatakan, ''Kalau dihubungi sudah
pasti akan
dimatikan.''
Kejam
Dari polanya, jaringan ini selalu memanfaatkan rumah
kosong di sejumlah
perumahan elite. Mereka mengontrak selama setahun atau
dua tahun. 
Perumahan
dianggap lebih aman untuk rapat dan menyusun strategi
selain jalur
transportasi yang lancar. Untuk gudang dipakai
kontrakan rumah di 
tempat
terpencil, seperti di Cimanggis, Tapos, Depok. Ramli
tergolong ramah 
kepada
para tetangga. Meski tak kenal akrab, tiap kali
datang, dia bertegur 
sapa
dengan para tetangga. ''Dia suka telanjang dada,'' aku
Yanto (31), 
tetangga
depan rumahnya. Namun, bagi anak buahnya, Ramli adalah
orang yang 
bengis dan
kejam. Lima tersangka anak buah Ramli di Polda Metro
terkencing-kencing 
saat
akan dikonfrontasi dengan Ramli. ''Tolong Pak jangan
dikonfrontasi, dia 
itu
kejam, bengis,'' kata seorang anak buahnya memohon.
Di perumahan Tropikana Cikarang itu, Ramli kerap pergi
sekitar pukul 
10.00
WIB dan pulang sekitar tengah malam. Banyak tamu
bersedan mewah, BMW,
sekitar enam-tujuh orang. Setelah lama
berbincang-bincang, mereka pergi
lagi. Kalau malam, sering terdengar orang menggali
tanah. Rupanya,
senjata-senjata laras panjang beserta amunisinya
sengaja disimpan di 
dalam
tanah agar tidak meledak. Warga sudah curiga, tetapi
tidak berani 
menegur.
''Saya kira dia makelar mobil, sebab mobilnya selalu
berganti,'' tutur
Yanto.
Kini, warga Tropikana masih trauma. Sebab, polisi
belum usai mengendus 
sisa
senjata dan amunisi yang disimpan Ramli. ''Saya
gelisah. Sebab, ada 
kejadian
granat meledak, padahal sudah disisir petugas. Sisa
granat, bom bisa 
meledak
sewaktu-waktu,'' imbuh Agus. * Heru B. Arifin/Endy


=====
Milis bermoderasi, berthema 'Mencoba Bicara Konstruktif Soal Indonesia', rangkuman posting terpilih untuk ikut berpartisipasi membangun Indonesia Baru, Damai, dan Sejahtera. http://nusantara2000.freewebsitehosting.com/index.html
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Yahoo! Finance - Get real-time stock quotes
http://finance.yahoo.com