[Nusantara] CAIRNYA SEGREGASI WILAYAH
Ra Penak
edipur@hotmail.com
Fri Aug 30 09:09:52 2002
"Ambon" <sea@swipnet.se>
29 Aug 2002 21:27:20 +0200
CAIRNYA SEGREGASI WILAYAH
Dear All,
Situasi Ambon dan sekitarnya sejauh ini terlihat semakin kondusif.
Beberapa segmen berita yang dapat disampaikan dalam kaitan ini adalah sbb:
CAIRNYA SEGREGASI WILAYAH
Beberapa wilayah di dalam kota Ambon yang selama ini tersegregasi,
mulai kembali terbuka untuk dilewati kedua komunitas. Daerah Pohon Mangga
di Air Salobar misalnya telah dapat dilewati dengan bebas oleh komunitas
Kristen dalam beberapa bulan terakhir ini. Sekalipun ijin yang
diberikan hanya sampai jam1800 namun hal itu telah sangat cukup memberikan
kelegaan. Dalam minggu terkhir ini telah dicapai kesepakatan dengan
penduduk Kristen sepanjang wilayah Air Salobar sampai ke Pohon Puleh, untuk
mengijinkan warga Muslim Pohon Mangga menumpangi angkutan umum jurusan
Nusaniwe menuju ke pusat kota Ambon. Dengan demikian mereka dapat membaur
bersama penumpang Kristen dari arah Nusaniwe menuju Ambon, atau
sebaliknya. Selain daerah Pohon Mangga, maka saat ini warga Kristen telah
pula
melewati rute panjang dari Ambon menuju ke Airport, dengan melewati
daerah Nania, Poka, dan Rumahtiga. Memang di jalur ini belum banyak
diminati oleh warga Kristen, mengingat panjangnya ruas jalan yang harus
dilewati menuju airport, dibanding menumpangi speed boat dari Daerah Gudang
Arang menuju pantai Hative Besar. Selain itu resiko kerawanan di
lintasan jalur ini belum dapat dikatakan mengalami penurunan ke titik
stabil.
Mengingat bila jalur ini dibuka bagi masyarakat Lei Hitu dan Laha untuk
menuju ke Ambon, maka ratusan pemilik speed boat Muslim akan kehilangan
pekerjaannya. Hal ini akan menjadi potensi konflik, yang seharusnya
diatasi lebih dulu. Sekalipun demikian seringkali terlihat
kendaraan-kendaraan warga Muslim bolak-balik dari Leihitu ke Ambon atau
sebaliknya
dengan melintasi ruas jalan ini. Di wilayah lainnya, sebagaimana telah
diberitakan sebelumnya daerah-daerah seperti Galunggung telah terbuka lama
bagi arus lalu lintas kedua komunitas. Demikian pula pada daerah Suli
dan Passo yang telah dapat dilalui masyarakat Negeri Tulehu, Tial, dan
Tengah-Tengah. Untuk wilayah pusat kota sendiri, daerah-daerah seperti
jalur jalan di depan Ambon Plaza, Belakang Kota, Jalan Pelabuhan,
Waihaong, kerap kali dilewati pula oleh kendaraan-kendaraan warga Kristen.
Sebaliknya banyak warga Muslim telah pula melewati kantong-kantong
Kristen, yang terbentuk akibat segregasi wilayah selama konflik berlangsung.
Suatu kemajuan yang cukup menggembirakan, dan sekaligus menjadi
indicator bahwa ketahanan masyarakat semakin bertumbuh kea rah de-eskalasi
dinamika konflik.
BERKEMBANGNYA INTERAKSI SOSIAL
Mencairnya segregasi-segregasi wilayah mendorong bertumbuhnya interaksi
social dantara kedua komunitas. Bila kita memasuki pasar para pedagang
Muslim yang terletak di daerah terminal Belakang Kota, maka kita akan
menemukan banyak pembeli Kristen yang datang berbelanja disana. Tanpa
sungkan banyak diantara mereka mereka terlihat saling menyapa dan
menyebut nama, serta melangsungkan proses tawar menawar sebagai tanda mereka
telah saling mengenal. Biasanya bila subuh hari ketika pasar itu mulai
dibuka, kita akan menemukan banyak ibu-ibu penjual yg beragama Kristen
memborong belanjaan disitu, untuk kemudian menjualnya kembali pada
berbagai pasar kaget di wilayah Kristen. Interaksi sejenis terlihat dalam
tampakan yang lebih dinamis pada pasar kaget pedagang Muslim di depan
Rumah Sakit Tentara. Interaksi di wilayah itu terutama diramaikan oleh
para mahasiswa Kristen dan Muslim yang bersekolah di kampus alternative
Unpatti. Selain interaksi pasar maka berbagai meeting point bisa juga
ditemukan dengan mudah di berbagai wilayah kota Ambon. Hotel-hotel seperti
Mutiara, Amboina, Manise, maupun Amans, telah menjadi tempat pertemuan
bagi kedua komunitas. Umumnya di berbagai hotel tersebut terjadi
interaksi kedua komunitas dari segmen masyarakat menengah ke atas. Salah
satu
bentuk interaksi lainnya terjadi melalui kegiatan berburu. Sebagaimana
diketahui selama konflik berlangsung populasi babi hutan telah
bertumbuh pesat di wilayah-wilayah petuanan negeri-negeri Muslim.
Negeri-negeri
di jazirah Leihitu misalnya telah cukup kewalahan untuk menangani hama
kebun yang sangat merusak ini. Makanya di tengah situasi yang semakin
kondusif ini, dengan terbuka mereka meminta aparat bersama
saudara-saudara Kristen lainnya mendatangi wilayah mereka untuk berburu babi
hutan.
Tentunya tawaran itu disambut gembira, mengingat harga kiloan babi
hutan yang cukup tinggi di komunitas Kristen. Banyak regu berburu lalu
memasuki petuanan hutan negeri-negeri Muslim saat ini. Baik yang berada di
Pulau Ambon, maupun di Pulau Seram, Kelang dll. Hal menarik ketika
Masariku Network Ambon mendatangi daerah Leihitu untuk berburu babi hutan,
secara tak sengaja kami menjumpai lima anak asal negeri Ouw yang
ternyata telah menginap di negeri Seith selama seminggu. Sebagaimana
diketahui kedua negeri adapt ini terikat dalam suatu hubungan gandong yang
cukup erat. Karena itu kedatangan para pemuda negeri Ouw (yang ternyata
bisa berbahasa Seith) disambut disitu sebagai seorang saudara sekandung,
berdasarkan garis histories hubungan leluhur mereka.
Selain berbagai bentuk interaksi spontan, maka kita temukan pula
interaksi-interaksi yang terbangun melalui program bersama. Sore tadi
Masariku Network Ambon terjebak di tengah kepadatan ribuan masa yang
memadati
lapangan segi tiga dan seputaran tugu Pattimura. Masa tumpah ruah
bercampur untuk menyaksikan partai final putra pertandingan bola volley
antara regu negeri Mahia melawan regu Maluku Tenggara. Sejak tujuh belas
Agustus lalu, wilayah ini selalu dipadati pengunjung baik Muslim maupun
Kristen untuk menonton dan sekaligus mendukung regu favoritnya yang
bertanding. Tak jauh dari situ, tepatnya di negeri Batumerah terlihat 69
pemuda negeri Passo sedang bekerja membersihkan Masjid negeri Batumerah.
Beberapa minggu lalu ternyata mereka telah melakukan pengecatan atap
maupun bangunan Masjid. Bahkan kejadian peledakan bom terakhir di daerah
Mardika, terjadi disaat mereka sedang bermandikan peluh mendandani
Masjid Batumerah. Saat itu mereka tetap bekerja dan tak terusik, karena
para pemuda Batumerah turut menemani mereka selama pekerjaan berlangsung.
Sebaliknya dalam jumlah yang kurang lebih sama, para pemuda negeri
Batumerah juga menginap di negeri Passo, dan melakukan kegiatan pembersihan
dan pembangunan salah satu gereja di negeri yang terikat dalam hubungan
Pela keras dengan mereka. Interaksi antar negeri adat dalam waktu yang
kurang lebih sama juga berlangsung di salah satu ruang hotel Amans.
Tokoh-tokoh masyarakat dan pemuda dari sebagian daerah di wilayah Seram
Barat berkumpul selama empat hari disitu, untuk membicarakan kelangsungan
design bentuk-bentuk interaksi social yang sudah berlangsung pula
disana. Masariku Network Ambon kebetulan berkesempatan untuk bercakap-cakap
dengan beberapa diantara mereka. Antara lain pemuda dari negeri Piru,
Loki, ataupun dari daerah Pelita Jaya. Dari mereka diperoleh informasi
bahwa beberapa segregasi wilayah di daerah tersebut telah pula dibuka
untuk kepentingan bersama. Selain interaksi antara berbagai negeri adapt,
maka menarik pula diinformasikan bahwa saat ini tengah dijajaki suatu
bentuk kerjasama serta kelembagaan bersama antara Sinode GPM yang dalam
hal ini diwakili oleh Crisis Center GPM, bersama MUI Maluku dan BIMM.
Kebetulan Masariku Network terlibat dalam design bentuk kerjasama yang
prosesnya tengah berlangsung. Berdasarkan komitmen yang telah disepakati
maka diharapkan dalam waktu yang tak lama lagi proses kelembagaan
bersama ini telah dapat terwujud.
PROSES POLITIK MENJELANG SUKSESI GUBERNUR
Belakangan ini situasi politik kian menghangat dengan semakin dekatnya
waktu bagi suksesi gubernur Maluku. Hal ini ditandai dengan maraknya
percakapan masyarakat dan pemberitaan media local, menyangkut proses dan
kandidat menuju kursi Maluku Satu pda bulan November nanti. Dalam
kaitan itu gerilya-gerilya politik mulai dilakukan berbagai tim sukses dari
para kandidat. Petualang-petualang politik mulai bermunculan ke
permukaan seiring mengentalnya berbagai analisa politik praktis, mulai dari
kelas warung kopi sampai pada loby-loby hotel dan restaurant. Sejak dua
hari lalu panitia pemilihan telah terbentuk di DPRD Maluku. Dalam minggu
ini dipastikan DPRD Maluku akan bertolak menuju Jakarta, untuk
melakukan konsultasi dengan pemerintah pusat menyangkut serangkaian proses
perundangan menuju pemilihan Maluku Satu. Terutama mengingat kondisi Maluku
saat ini yang masih berada dalam status darurat sipil. Tema-tema
menarik yang dihadapkan secara dikotomis untuk dikaji berkaitan dengan
proses
ini antara lain: Sipil – Militer ; Maluku – Non Maluku ; Careteker –
Defenitif ; Maluku di Maluku – Maluku di luar Maluku. Terlihat jelas
bahwa pengkutuban isyu-isyu yang berhadapan secara diametral ini lebih
cenderung membingkai kekentalan suatu proses politik dan hukum, ketimbang
suatu proses sosio-kultural. Opini masyarakat kebanyakan bahwa mereka
hanya kebagian kapling wacana dalam proses suksesi. Bahkan wacana yang
terbangun juga semata-mata wacana lepas, sekedar menghangati obrolan
warung kopi. Sementara proses-proses politik dan hukum dibangun secara
sangat elitis melalui pendekatan fraksi dan partai, dengan memarginalkan
realitas constituent dari setiap partai. Selain itu banyak harapan juga
berkembang, supaya para kandidat melakukan suatu kompromi politik
berdasarkan kesepakatan moril bersama. Ketimbang berhadap-hadapan dan
menarik
kembali batas-batas demarkasi kelompok, yang ditakutkan akan memicu
konflik baru.
KEAMANAN & HUKUM
Masalah yang masih cukup mengganjal berkaitan dengan masalah keamanan
yaitu penyebaran ranjau ledak pada wilayah-wilayah tertentu di kota
Ambon. Siang tadi misalnya tim Gegana Polda Maluku kembali melakukan
penyisiran di hutan petuanan negeri Suli. Dalam kegiatan itu ditemukan dua
buah ranjau aktif, yang segera dijinakan dan dihancurkan. Banyaknya
penemuan ranjau ledak di petuanan negeri Suli selama ini, membuat banyak
warga negeri Suli belum berani ke kebun mereka. Karenanya mereka meminta
kepedulian PDSD maluku untuk melakukan operasi pembersihan ranjau
bersama warga masyarakat. Dalam bulan-bulan terakhir ini ledakan ranjau yang
umumnya dipasang di hutan-hutan adat telah berulangkali terjadi, tanpa
bias dideteksi secara personal siapa pelakunya. Hal ini menimbulkan
rasa frustrasi di kalangan masyarakat. (Bersambung)
Masariku Network Ambon
_________________________________________________________________
MSN Photos is the easiest way to share and print your photos:
http://photos.msn.com/support/worldwide.aspx