[Nusantara] Amrozi, Penanggung Jawab Lapangan

Ra Penak edipur@hotmail.com
Tue Nov 12 03:24:07 2002


Amrozi, Penanggung Jawab Lapangan

Perkembangan ribut-ribut soal terorisme, bom-boman, Jamaah Islamiyah, Al 
Qaeda, Osama bin Laden, Baasyir, dan lain sebagainya, hari-hari berubah 
sangat cepat, dalam hitungan menit. Perkembangan dan perubahan cepat ini 
mengharuskan kita harus, sebaiknya, menahan diri untuk membuat konklusi, 
atau membuat pernyataan. Banyak hal telah membalik-balikkan apa yang semula 
kita pahami, bahkan, yakini, ternyata buyar ketika muncul kabar lain. DR HH 
yang berani bilang 'tak ada teroris', lalu 'langkahi mayat saya sebelum 
menangkap Baasyir', dan bahwa 'Baasyir tak mungkin bikin ulah selayak 
teroris, hari-hari ini mulai terbantahkan, setidaknya mulai hambar, ketika 
satu demi satu pelaku teror tertangkap. Seperti si Amrozi ini.

Amrozi (34), yang ditangkap di Lamongan, Jawa Timur (Jatim), Rabu (6/11) 
lalu, kini berada di tahanan provoost Markas Kepolisian Daerah (Polda) Bali, 
Denpasar. Ia diperiksa intensif sebagai tersangka yang bertugas mengamankan 
situasi dan bertanggung jawab di lapangan pada peledakan Sari Club, di Jalan 
Raya Legian, Kuta, Bali, 12 Oktober, yang menewaskan 180 orang lebih 
itu.Penegasan Amrozi bertugas mengamankan situasi dan bertanggung jawab di 
lapangan itu datang dari Kepala Kepolisian Negara RI (Polri) Jenderal (Pol) 
Da'i Bachtiar di Kantor Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan 
(Menko Polkam), Jakarta, Kamis, atas dasar pengakuan Amrozi.

      "Mereka itu beberapa orang, di antaranya memang Amrozi yang mengakui 
datang ke sana. Amrozi ini bertugas mengamankan, bertanggung jawab di 
lapangan," kata Da'i.

      Menjawab pertanyaan wartawan, Da'i menyatakan, Amrozi mengakui 
melakukan peledakan di Bali. "Ia mengatakan baru di Bali. Detailnya nanti. 
Ini baru satu orang," ujar Da'i.

      Di Denpasar, Wakil Kepala Badan Hubungan Masyarakat (Humas) Markas 
Besar Polri Brigjen (Pol) Edward Aritonang menyatakan, Amrozi dibawa ke Bali 
Rabu malam dengan pesawat Bouraq, BO 789, dan mendarat pukul 21.00. 
Penangkapan Amrozi ini, katanya, dikaitkan dengan semua informasi yang 
terkumpul, yaitu dari gambar sketsa, bukti fisik, dan keterangan saksi.

      Faktor L 300

      Mengenai penangkapan Amrozi ini, Kepala Polri memperjelasnya. Awalnya, 
katanya, adalah penyelidikan di tempat kejadian perkara dengan ditemukan 
jenis bom. "Kemudian kir kendaraan dan identifikasi mobil yang dijadikan bom 
mobil, (Mitsubishi) L 300," ujarnya.

      "Seperti sudah diungkapkan, nomor sasis (chassis) ataupun nomor mesin 
sudah dipersiapkan untuk hilang dengan dihapus. Tapi, kami menemukan nomor 
itu. Yang lebih penting lagi yang dapat kami ungkapkan, yakni pemilik mobil 
yang terakhir (Amrozi-Red)," kata Kepala Polri.

      Da'i mengatakan, sudah banyak yang diungkapkan Amrozi. "Karena itu, 
kami sedang melakukan pengejaran dan penangkapan terhadap teman-temannya. 
Tentunya kami belum bisa memberikan nama-namanya karena petugas masih 
mengejar terus," ujarnya.

      Menjawab pertanyaan, Da' i juga mengatakan, informasi yang diperoleh 
dari Amrozi akan dicek ke saksi-saksi lain.

      "Nah, nanti kalau berkait ke arah mana pun, termasuk Abu Bakar 
Ba'asyir, ya kami akan proses juga. Ini semua sedang kami kumpulkan 
informasi-informasinya," ujar Kepala Polri.

      Menurut Yudi, pemilik L 300 bernomor polisi DK 1324 BS yang kemarin 
ditemui di Denpasar, hingga pertengahan 2002, kendaraan itu dibeli rekannya 
satu kampung, Anas dari Tuban, Jatim. Setelah dijual ke Anas, dia hanya 
mendengar kendaraan itu dijual lagi ke seseorang bernama Amrozi.

      Sumber Kompas menambahkan, semula polisi tidak percaya atas pengakuan 
Amrozi bahwa ia pelaku. Namun, dengan adanya bukti-bukti pendukung, seperti 
ditemukannya jok belakang L 300 yang dicopot dan lima ban mobil L 300 yang 
baru, kemudian polisi mulai percaya.

      Zat kimia

      Dalam perkembangan lainnya, aparat bagian Reserse Ekonomi Polda Jatim 
memeriksa dua pemilik toko yang menjual bahan-bahan kimia. Dua pemilik toko 
itu adalah Silvester Tendean, pemilik Toko Tidar Kimia di Jalan Tidar, 
Surabaya, dan Herlina, pemilik Toko Aneka Kimia di Jalan Waspada, Surabaya. 
Polisi memeriksa dua pemilik toko itu karena mendapat informasi bahwa Amrozi 
membeli bahan kimia di Toko Tidar Kimia lima bulan lalu.

      Selain dua pemilik toko itu, polisi juga memeriksa enam karyawan Toko 
Tidar Kimia, yaitu Tomo, Hadi, Asmari, Muslim, Amir, dan Fauzi. Keenam 
karyawan toko ini diperiksa sejak Rabu hingga Kamis siang kemarin. Menurut 
keterangan Tomo, pertanyaan polisi berkisar tentang kapan Amrozi membeli 
bahan kimia di toko tempatnya bekerja. Mengaku tidak ingat, polisi lalu 
menyodorkan foto Amrozi.

      "Awalnya saya ragu-ragu karena lupa-lupa ingat. Tapi, akhirnya saya 
mengiyakan karena waktu itu saya yang melayaninya membeli bahan kimia itu," 
ujar Tomo. Tomo tidak mau mengatakan jenis dan berat bahan kimia yang dibeli 
Amrozi. Sejak Rabu lalu, Toko Tidar Kimia di Jalan Tidar disegel polisi.

      Setelah pemeriksaan terhadap pemilik toko, diakui bahwa Amrozi membeli 
bahan kimia di toko Tidar Kimia. Makanya, pemilik itu diperiksa, selain 
untuk konfirmasi sebagai saksi juga ada pemalsuan kuitansi pembelian.

      Amrozi lalu diketahui membeli potaseum florat dalam jumlah yang cukup 
besar, tetapi dalam kuitansi ditulis sodium benzoat.

      Sementara kuasa hukum Herlina, pemilik Toko Aneka Kimia, Sudiman 
Sidabuke, mengatakan, kliennya diperiksa sebagai saksi lantaran namanya 
sering disebut-sebut Silvester yang mengaku selalu membeli bahan kimia untuk 
kemudian dijual di tokonya dari Toko Aneka Kimia.

      "Klien saya dipanggil karena sering disebut-sebut Silvester dan tidak 
ada kaitannya dengan Amrozi karena dia tidak pernah beli bahan kimia ke 
Aneka Kimia," ujar Sudiman.

      Saat dikonfirmasi wartawan mengenai pemeriksaan sejumlah saksi, Kepala 
Bagian Reserse Ekonomi Polda Jatim Ajun Komisaris Besar Conny TR memilih 
bungkam. Aksi tutup mulut juga dilakukan Kepala Direktorat Reserse Polda 
Jatim Komisaris Besar Ade Raharja.

      Sketsa

      Kemarin, Aritonang mengedarkan satu lagi sketsa wajah seorang 
laki-laki yang dibuat berdasarkan keterangan saksi-saksi. "Saat ini sudah 
kami lakukan pencarian dan pengejaran," ujarnya.

      Pria tersebut memiliki ciri-ciri tinggi badan sekitar 160 sentimeter 
(cm), berkulit sawo matang, dan berambut pendek, dengan status sebagai 
tersangka. Wajahnya tipikal Indonesia, tapi belum jelas kewarganegaraannya. 
Dengan demikian, polisi telah menyebarkan empat sketsa wajah, setelah tiga 
sebelumnya disiarkan kepada publik.

      Menurut Aritonang, pelaku peledakan bom di Kuta, Bali, itu terdiri 
dari antara 6-10 orang. "Kami minta bantuan masyarakat yang melihat orang 
yang sesuai dengan gambar ini. Kami minta untuk melaporkan kepada pos polisi 
terdekat," katanya.

      Perburuan terus dilakukan polisi untuk secepatnya menangkap tersangka 
peledakan bom. Di Malang, misalnya, polisi memburu Abdul Wahab alias Abdul 
Manan alias Cak Dul (40), warga Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, bagian 
paling utara yang berjarak sekitar 50 kilometer dari Kota Malang. Dia 
dicurigai terlibat peledakan di Bali oleh polisi, karena mirip salah satu 
sketsa.

      Keluarga Abdul Wahab beserta tetangganya selama beberapa hari terakhir 
ini diresahkan kedatangan polisi yang mencari informasi tentang bapak yang 
memiliki empat anak tersebut. Sulastri, istri Abdul Wahab, mengatakan, 
suaminya sejak 26 Oktober hingga sekarang sedang tidak berada di rumah.

      Keberadaan Abdul Wahab yang ditengarai polisi sebagai calon tersangka 
peledakan bom di Bali, sejak 26 Oktober itu pergi ke Desa Pesiraman, 
Kecamatan Arjasa, Kabupaten Sumenep, Madura. Ia bermaksud mengunjungi ibunya 
yang sedang sakit keras.

      Sulastri sendiri menyatakan, ciri-ciri suaminya sama sekali tidak 
seperti tiga sketsa tersangka yang diedarkan polisi. Abdul Wahab atau Cak 
Dul berperawakan agak gemuk dan berkumis.

      Pada saat kejadian peledakan bom, yang bertepatan hari Sabtu itu pula, 
menurut Sulastri, suaminya berada di rumah. Sebab, setiap hari Sabtu, 
suaminya yang tidak memiliki pekerjaan tetap, memiliki kebiasaan menunggu 
nomor undian yang keluar pada perjudian togel. Menurut Sulastri, Abdul Wahab 
memang berasal dari Sumenep, Madura. Tetapi, data di perusahaan bus Puspa 
Indah, Abdul Wahab bukan kelahiran Sumenep, melainkan kelahiran Jombang. 
Wahab adalah mantan kondektur bus tersebut di Malang.

      Di Jakarta, Kepala Bidang Penerangan Umum Polri Komisaris Besar 
(Kombes) Prasetyo SH, MM mengatakan, posisi Amrozi memang sudah cukup kuat 
untuk dijadikan tersangka.

      Menurut keterangan yang dihimpun Kompas, Amrozi juga telah di-line up 
di depan para saksi mata. Mereka menyatakan, Amrozi memang mereka lihat ada 
di lokasi pada malam peristiwa peledakan bom. Dalam kaitan kasus Bali, Polda 
Metro Jaya juga menahan dan memeriksa seorang laki-laki bernama Slamet 
Arifin. Tetapi, Kepala Satuan Serse Umum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris 
Besar Raja Erizman yang diminta konfirmasinya mengatakan tidak mengetahui 
penangkapan itu. (ISW/COK/ANO/NAW/OSD/ELY/MBA/T03/inu/mt/lom)


      Jumat, 8 November 2002



      Sidang Kabinet Setujui

      Tujuh Langkah Hadapi Dampak Peledakan Bom di Bali

      Jakarta, Kompas - Sidang kabinet lengkap yang dipimpin Presiden 
Megawati Soekarnoputri dan dihadiri Wakil Presiden Hamzah Haz yang 
berlangsung selama sekitar empat jam di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, 
Kamis (7/11) kemarin, membahas dan menyetujui tujuh langkah bidang politik 
dan keamanan untuk menghadapi dampak peristiwa peledakan bom di Bali tanggal 
12 Oktober lalu.

      Hal ini diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan 
(Menko Polkam) Susilo Bambang Yudhoyono kepada para wartawan usai sidang 
kabinet. Dikatakan, sidang kabinet paripurna ini membahas dua hal yang 
berkaitan, yaitu mengenai dampak peristiwa 12 Oktober di Bali. Jadi, yang 
dibahas adalah implikasinya dan apa langkah yang diambil pemerintah di 
bidang politik dan keamanan, ekonomi serta kesejahteraan rakyat (kesra). 
Masalah implikasi bidang ekonomi dijelaskan oleh Menko Perekonomian 
Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, dan bidang kesejahteraan dijelaskan oleh Menko 
Kesra Jusuf Kalla.

      Sebelum menyampaikan tujuh langkah pemerintah menghadapi dampak 
peristiwa 12 Oktober di Bali, Yudhoyono mengatakan, pemerintah perlu 
memberikan penjelasan yang gamblang agar kesimpangsiuran yang dirasakan bisa 
diatasi. "Kami tidak ingin publik mendapatkan berita yang beragam dan 
menjadi bingung dan lantas tidak percaya kepada pemerintahnya," ujar 
Yudhoyono.

      Sel teroris

      Menurut Yudhoyono, dampak peristiwa Bali dapat dilihat dalam konteks 
nasional dan internasional. "Munculnya rasa simpati yang kuat dari 
masyarakat internasional terhadap apa yang dialami Indonesia. Di sisi lain, 
masyarakat internasional mengatakan ternyata ada sel-sel terorisme di 
Indonesia. Tentunya dunia akan membantu Indonesia dalam mengatasi sel-sel 
terorisme tersebut. Inilah implikasi pada tingkat dunia," ungkap Yudhoyono.

      Pada tingkat nasional, katanya, muncul kesadaran baru bahwa kejahatan 
terhadap kemanusiaan harus dicegah, dihentikan, dan diberantas. Namun, 
muncul dampak ikutan dari peristiwa itu, barangkali karena ada 
miskomunikasi, misunderstanding, dan karena faktor lain sehingga ada masalah 
sosial dan politik, yang harus diatasi secara bijak. "Misalnya, silang 
pendapat tentang perpu, silang pendapat apa betul pemerintah bekerja untuk 
negerinya sendiri, apakah bukan untuk kepentingan lain-lainnya. Terhadap 
keduanya, pemerintah akan melakukan langkah yang intensif ke depan, enam 
bulan sampai setahun ke depan," ujarnya.

      Tujuh langkah

      Kemudian, Yudhoyono menyebutkan tujuh langkah yang dibahas dan 
disetujui sidang kabinet. Pertama, peningkatan upaya investigasi. "Upaya ini 
bukan hanya untuk menangkap pelaku di lapangan, tetapi juga ingin tahu 
motif, jaringan, dan kalau ada pihak-pihak di belakang itu, bisa kami angkat 
sekaligus, sebagaimana yang kami lakukan di waktu lalu, seperti kemampuan 
kami mengangkat pelaku, motif, dan jaringan dari serangkaian peledakan bom 
di Jakarta, Bandung, Ambon, dan Poso," kata Yudhoyono.

      "Dengan tertangkapnya pelaku, jaringan, dan motifnya, itu akan 
memberikan satu kepastian dan keyakinan bagi rakyat dan pihak internasional 
bahwa kita telah bekerja penuh dan kita berusaha mengeliminasi sumber 
kekerasan baru di negeri ini," ujarnya.

      Kedua, mengajak masyarakat untuk memiliki kesadaran terhadap keamanan 
dan kewaspadaan yang tinggi. Karena sumber terorisme dan kejahatan ada di 
mana-mana. "Semakin sadar dan waspada, rakyat semakin berfungsi sebagai mata 
dan telinga yang baik. Maka, secara keseluruhan kita bisa mencegah dan 
menangkal terjadinya aksi teror," katanya.

      Ketiga, ditingkatkan upaya pengamanan pusat kegiatan masyarakat, 
public utility, obyek vital, obyek strategis nasional, termasuk pusat 
transportasi massal. "Ini akan kita jadikan sebuah kegiatan yang sistemik, 
yang struktural, agar secara nasional kapan pun, proteksi terhadap obyek itu 
makin efektif," kata Yudhoyono.

      Keempat, peningkatan kerja sama internasional. "Rasa simpati dunia itu 
tentunya diwujudkan dengan kerja sama yang baik, kerja sama yang tidak 
mencampuri kedaulatan Indonesia, kerja sama yang menguntungkan kepentingan 
nasional kita," ujarnya.

      Kelima, meningkatkan kerja sama dan koordinasi di tingkat pemerintahan 
sendiri, baik itu intelijen maupun penegakan hukum secara menyeluruh.

      Keenam, terus melakukan pencerahan sosialisasi dan penjelasan yang 
gamblang kepada publik bahwa apa yang dilakukan pemerintah ini 
konstitusional, menjunjung tinggi supremasi hukum, berdasarkan undang-undang 
dan peraturan yang berlaku, serta menghindari tindakan yang berlebihan. 
"Dengan demikian, kita punya akuntabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, 
jika semua itu telah kita lakukan, tidak ada alasan lagi ada keragu-raguan 
dan pandangan yang keliru terhadap pemerintah," ujarnya.

      Ketujuh, dibangun desk koordinasi pemberantasan terorisme yang 
dilengkapi unsur-unsurnya. Sebelum 15 November, desk ini akan bisa bekerja 
efektif. Desk ini bekerja 24 jam untuk melakukan pemantauan, koordinasi, dan 
sinkronisasi dari semua upaya pemerintah dalam memerangi terorisme ini.

      "Itulah yang kami lakukan. Banyak lembaga internasional yang bersedia 
membantu meningkatkan kapasitas di dalam negeri menghadapi bahaya terorisme, 
misalkan keamanan bandara dan keamanan obyek vital yang lain. Untuk mencegah 
kerugian yang lebih besar lagi bagi negara ini, kalau obyek vital itu 
terganggu, terancam, atau bahkan menjadi sasaran teroris," kata Yudhoyono. 
(osd/ely/mba)



_________________________________________________________________
MSN 8 helps eliminate e-mail viruses. Get 2 months FREE*. 
http://join.msn.com/?page=features/virus