[Nusantara] Amrozy Sering Bawa Uang Banyak

Ra Penak edipur@hotmail.com
Tue Nov 12 03:24:13 2002


Amrozy Sering Bawa Uang Banyak

KEHIDUPAN Amrozy, tersangka peledakan bom di Legian, Bali, sangat tertutup. 
Amrozy, waktu masih kecil di kalangan keluarganya dikenal sebagai anak 
pemalas dan bandel. Itu terlihat dari pendidikan formal yang hanya sampai di 
bangku SMP di Desa Paciran. Itu pun tidak sampai lulus. Dibandingkan tujuh 
saudara kandungnya yang semuanya minimal menyelesaikan pendidikan SMA. Rumah 
Amrozy hanya berjarak beberapa meter dari Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Islam 
pimpinan KH Zakaria cukup sederhana. Rumah yang berdinding kayu itu berdiri 
di atas tanah 300 m2 dihuni Toriyam (70) dan Nur Hasyim (80) (ibu dan bapak 
Amrozy-red).

Amrozy merupakan anak keenam pasangan Toriyam dan Nur Hasyim. Lima kakaknya, 
Alimah, Afiah, Moch. Chozin, Djafar Sidiq, Gufron. Dua adiknya, bernama Amin 
(alm) dan Ali Imron. Moch. Chozin dan Djafar Sidiq -- dua kakak Amrozy -- 
merupakan pendiri Ponpes Al-Islam, yang disebut-sebut memiliki jaringan 
dengan Ustad Abu Bakar Ba'asyir, pemimpin tertinggi Majelis Mujahidin 
Indonesia yang juga pimpinan Ponpes Al-Mukmin Ngruki, Solo. Ketika Bali Post 
mengunjungi rumahnya di Desa Tenggulun Kecamatan Solokuro, hanya ada kedua 
orangtuanya, Toriyam dan Nur Hasyim. Nur Hasyim -- sang ayah Amrozy -- 
sakit-sakitan. Orangtua Amrozy saat itu didampingi Djafar Sidiq dan Moch. 
Chozin. ''Adik saya Amrozy, sejak kecil sudah tidak memiliki gairah sekolah. 
Makanya, sekolahnya hanya sampai SMP. Itu pun tidak lulus,'' kata Moch. 
Chozin, saat mendampingi ibunya Toriyam, Jumat (8/11) kemarin.

Keengganan Amrozy kecil untuk sekolah sangat nampak. Padahal saat itu, Nur 
Hasyim -- sang ayah -- sangat dikenal di Desa Tenggulun Kecamatan Solokuro 
Kabupaten Lamongan. Sebab, Nur Hasyim pernah menjabat Sekdes Tenggulun 
selama 32 tahun.

Meski dikenal sebagai anak pemalas dan bandel, kata Chozin, pergaulan di 
masyarakat, Amrozy sangat gaul. Bahkan, dari beberapa desa di Kecamatan 
Solokuro, Amrozy sangat dikenal. Pergaulan yang memasyarakat di kampungnya 
itu sebelum Amrozy memutuskan menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di 
Malaysia mulai 1990 hingga 1997. Di saat hidup di negeri jiran itulah 
keluarganya di Desa Tenggulun tidak banyak mengetahui apa saja yang 
dilakukan. Sebab, sepulang dari Malaysia, perilaku Amrozy -- yang dulu 
sangat dikenal gaul -- berubah 180 derajat. ''Amrozy jarang pulang dan tidak 
lagi gaul. Kalau pulang paling ikut salat jamaah di Masjid Nurul Iman di 
kompleks Ponpes Al-Islam berbaur dengan santri. Jadi, Amrozy bukanlah 
santri. Juga bukan pengurus yayasan maupun Ponpes Al-Islam. Juga bukan guru 
di Al-Islam,'' kata Moch. Chozin, yang juga Ketua Yayasan Al-Islam, sedikit 
meluruskan berita yang muncul akhir-akhir ini.

Terhadap penangkapan Amrozy? Mulanya, seluruh keluarga tidak menduga dan 
tidak percaya Amrozy terlibat pengeboman Bali yang menewaskan ratusan orang 
itu. Hal itu didasari dengan bentuk fisik Amrozy, yang tidak memiliki 
potongan sebagai seorang teroris. Namun, setelah berita penangkapan Amrozy 
menyebar sampai penjuru desa, lama-lama percaya juga.

Ketidakpercayaan juga dikemukakan istri Amrozy, Susi. Dari Susi, Amrozy 
dikaruniai dua anak. Demikian juga dengan ibunya, Toriyam. Apalagi Nur 
Hasyim, yang sakit-sakitan dan punya penyakit lupa ingatan. Tentang mobil 
L-300 DK 1324 BS yang menyebabkan Amrozy ditangkap tim gabungan itu, diakui 
Moch. Chozin pernah dibawa pulang ke Lamongan oleh Amrozy satu kali. 
''Seingat saya, hanya satu kali melihat mobil L-300 milik Amrozy itu. Karena 
memang Amrozy bisnis jual-beli mobil,'' akunya. Tiap kali pulang ke rumah di 
Lamongan, Amrozy sering ganti-ganti mobil dan membawa uang banyak. 
Ganti-ganti mobil ini mungkin bisa dimaklumi. Karena memang, menurut 
pengakuan Chozin, adik kandungnya itu saat ini bisnis jual-beli mobil. (baw)

Adik dan Istri Amrozy juga Diburu

Tertangkapnya Amrozy oleh tim gabungan yang terdiri atas Mabes Polri, Polda 
Jatim dan Polda Bali memberi semangat jajaran kepolisian. Oleh karena itu, 
tim buser Polda Jatim terus memburu tersangka lain yang terkait dengan 
Amrozy. Bahkan, kini salah satu pemilik toko penjual bahan kimia, tempat 
Amrozy membeli, juga ditetapkan sebagai tersangka. Penegasan itu dikemukakan 
Kapolda Jatim Irjen Pol. Heru Susanto kepada wartawan usai salat Jumat di 
Masjid Mapolda Jatim, Jumat (8/11) kemarin.

Sumber di Mapolda Jatim menyebutkan, setelah menangkap Amrozy, kini sasaran 
berikutnya mencari adik Amrozy, Ali Imron, dan istrinya Susi. Saat 
penangkapan Amrozy, baik Ali Imron maupun Susi, tidak berada di rumah. Tidak 
dijelaskan mengapa polisi mencari Ali Imron dan Susi. Ali Imron sudah dicari 
di kawasan Glagah (Lamongan) dan Kencong (Jember). Tetapi, hingga kini belum 
ditemukan.

Menurut Kapolda, pemeriksaan Amrozy dan saksi pengusaha toko kimia di Jalan 
Tidar Surabaya itu ditangani langsung oleh tim gabungan. ''Sekali lagi, 
Polda Jatim tugasnya hanya membantu. Bantuan itu sudah diberikan seperti 
menangkap Amrozy,'' katanya.

Tentang pengakuan pemilik toko kimia bahwa Amrozy telah membeli bahan kimia 
jenis NHCL03 belerang, clorat dan nitrat yang dibeli satu ton, kata Kapolda, 
saat ini juga sedang diselidiki tim laboratorium forensik (labfor). Surabaya



_________________________________________________________________
Add photos to your e-mail with MSN 8. Get 2 months FREE*. 
http://join.msn.com/?page=features/featuredemail