[Nusantara] Negeri Para Makelar!

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Nov 19 03:01:22 2002


Negeri Para Makelar! 

Mbak Parti termasuk mahasiswi UT yang rajin. Beliau
bekerja sebagai bendahara pada sebuah instansi
pemerintah daerah yang menangani masalah-masalah
sosial. Orangnya lugu. Lugu sekali. Karena keluguannya
itu, teman-teman di kelas UT sering mengorek 'dongeng'
tentang pekerjaannya. 

"Bulan ini kantor rencananya mau bikin pengadaan
gerobak dorong buat membantu masyarakat tidak mampu
supaya bisa berjualan apa saja dengan gerobak
dorongnya itu!" Mbak Parti memulai dongengannya. 

"Wah, anggarannya besar dong, mbak!" Kang Parmin
langsung menyambar. 

"Iya! Hampir lima ratus jutaan lah!" 

"Wuaah, besar amat! Emang gerobak dorongnya mau beli
berapa sih, mbak?" 

"Ya banyaklah! Kalo satu gerobak baru aja harganya
sampe lima ratus ribu, bisa dapet seribu gerobak
kan?", katanya sambil tersenyum. 

Seribu gerobak dorong. Lumayan banyak buat membantu
para pengangguran di universitas NKRI. Minimal bisa
memberi mereka pekerjaan buat menyambung hidup di
tengah himpitan beban ekonomi yang semakin lama
semakin tidak tertanggungkan ini. 

"Dua minggu yang lalu pimpronya dah bikin survei dan
proposal tender buat pengadaannya!" 

Weleh, bikin gerobak pun pake acara tender segala
ternyata! 

***** 

Universitas NKRI, jika dilihat dari posisi
geografisnya, terletak diantara dua benua dan dua
samudera. Semua orang tahu hal ini. Karena itulah
bangsa ini gemar memerantarai apa saja. Yang namanya
perantara, dimana-mana harus fleksibel agar dapat
menjembatani dua kepentingan. Dalam banyak hal, posisi
demikian akan sangat menguntungkan, terutama ditinjau
dari sudut ekonomi perdagangan. Dan mestinya, tanpa
menggali kekayaan alam secara membabi-buta, bangsa ini
- sekali lagi mestinya - bisa menjadi bangsa yang
kaya. 

Tapi kenyataannya tidak. Bangsa ini tidak menjadi
kaya. Yang kaya adalah individu-individu yang menjadi
agen perantara, yang memerantarai apa saja, khususnya
mereka yang menjadi perantara bidang bisnis politik
dan ekonomi. 

Sebenarnya sah-sah saja menggeluti profesi sebagai
perantara. Tapi karena sudah dari sononya berada
diantara dua benua, mungkin gen bawaan lahir sebagai
perantara ini tidak lagi mengenal tempat, bahkan tidak
lagi mengenal 'muka'. Apa saja bisa diperantarai,
bahkan untuk dua kepentingan yang seharusnya
dipisahkan: pribadi dan publik. Ini semakin runyam
ketika dicampuraduk dengan kepentingan politik dan
ekonomi pribadi, yang mengatasnamakan kepentingan
publik atau orang banyak. 

LSM banyak dicurigai mengemban misi 'pribadi' dengan
mengatasnamakan kepentingan rakyat. Ini boleh
dikatakan sudah 'jamak'! Tapi yang lebih menyedihkan
adalah para wakil rakyat yang mestinya bekerja
mewakili rakyat, ternyata justru rebutan tender buat
kroni-kroni dagangnya sendiri: paman, teteh, aa, adik,
bibi, bunda. Parahnya, gigi mereka bisa keluar
menyeringai dan menakutkan para birokrat-birokrat
pemilik proyek melalui senjata pertanggungjawaban
seandainya urusan mereka tidak lancar. 

Ya, pertanggungjawaban seakan menjadi momok yang
menakutkan para pejabat birokrasi. Sebenarnya hal
demikian, ya bagus dan sah-sah saja. Toh jabatan
birokrasi merupakan jabatan titipan publik yang memang
harus dipertanggunjawabkan. Namun seandainya
pertanggungjawaban ini dijadikan senjata untuk
menghantam birokrasi secara sewenang-wenang, apalagi
jika urusan hantam menghantam ini ternyata ada udang
dibalik kepentingan titipan, ini yang musti kita
sama-sama hantam juga! 

Jadinya ya memang tidak mudah, karena dalam kehidupan
yang sebenarnya, tidak ada istilah hitam atau putih.
Berpikir lurus atau apalagi lugu, tidak hanya naif,
tapi bisa menjadi hantaman balik ke diri sendiri. 

Jaman sekarang memang bukan tempatnya orang lurus! 

***** 

"Kemaren ada anggota DPR yang nitip sodaranya supaya
bisa ikutan tender gerobak!" 

Buset dah! Kok sempet-sempetnya anggota dewan yang
terhormat itu ikut-ikutan 'nyemplung' ke urusan tender
gerobak yang 'ndak seberapa' itu! 

"Eh, setelah tender dimenangin, yang bingung malah
kontraktornya! Lha gimana ndak bingung, wong gerobak
yang harganya lima ratus ribu sebuah, dia *censored*an
terima dua ratus ribu doang per buah! Akhirnya, ya
mutu gerobak yang dikorbanin!" 

"Lho? Ya kan tinggal jumlah gerobaknya aja dikurangin
mbak, supaya tetep bisa dapet gerobak yang mutunya
seharga lima ratus ribu!" 

"Lha itu jumlahnya emang dah dikurangin, tapi tetep
aja saya disuruh nyatetnya ya seribu gerobak!" 

Wahai para akuntan, tolong bikinkan mbak Parti ayat
jurnal transaksinya! 

Salam, 

Alliq - Lulusan UT kelas Ekonomi jurusan pasca-sarjana
Serpong-Kota 




=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Web Hosting - Let the expert host your site
http://webhosting.yahoo.com