[Nusantara] Perdagangan bebas tidak selalu menguntungkan - kharis siswanto

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Nov 19 08:48:33 2002


<p>Perdagangan bebas tidak selalu menguntungkan

<p>Perdagangan bebas berangkat dari keinginan untuk
menghilangkan 
kemiskinan dengan
cara membuat negara-negara bisa mendapatkan produk 
yang lebih murah , 
sementara
pada saat bersamaan , negara-negara miskin bisa
meningkatkan pendapatan
orang-orang miskin nya, terutama petani, peternak,
nelayan dan petambak 
kecil dg
cara melakukan ekspor ke negara-negara maju.

<p>Cita-cita yg ideal itu, saat ini, ternyata tidak
menguntungkan 
negara-negara
miskin.Terjadi ketidak puasan dimana -mana.Demonstrasi
besar di 
Seattle, A S,
beberapa tahun lalu thd negara-negara kaya , adalah
bukti ketidak 
adilan itu.

<p>Terakhir adalah tulisan Joseph Stiglitz, pemenang
hadiah Nobel tahun 
2001 untuk
ekonomi , berjudul Globalization and its Discontent,
memaparkan dg 
gamblang
bagaimana dominasi negara kaya , terutama AS, dalam
lembaga-lembaga 
keuangan
dunia, seperti bank dunia, Dana Moneter International,
dan organisasi
perdagangan dunia, merugikan negar-negara berkembang.,

<p>Subsidi terhadap petani, dinegara-negara kaya
menyebabkan hasil 
pertanian
dinegar-negara berkembang sepertinya dihasilkan dg
cara tidak 
efisien.Hambatan
import produk pertanian  primer oleh negara kaya atas
produk pertanian 
negara
berkembang dalam bentuk non tarif, misalnya melalui
standart kesehatan,
menyebabkan petani negara miskin tidak bisa menjual
produknya.

<p>Dalam kenyataan, ketidakseimbangan itu benar-benar
seperti semut 
melawan
gajah.Negara-negara kaya memiliki sumber daya , riset
, data, dan mampu 
membayar
staf yang terus -menerus mengikuti perkembangan
perundingan,sementara 
negara
berkembang sering kali tidak mampu mennyediakan hal
itu.Akibatnya dalam
perundingan , negara brkembang sering dibuat tak
berkutik.Dan bila 
hasilnya
adalah keuntungsn utk negara kaya dan kerugian utk
negara niskin, itu 
disebut
sebagai sebuah perundingan yg adil.

<p>Selain ketidak adilan yg sangat nyata didalam
liberalisasi perdagangan 
tsb, ada
hal lain yg sebenarnya jauh lebih merugikan
negara-negara miskin.

<p>Ekofeminis Vandana Shiva dalam menanggapi laporan
Oxfam international 
tentang
perdagangan bebas mengungkapkan bagaimana perdagangan
bebas itu tidak 
lain
adalah bentuk dari kolonialisme baru.

<p>Seolah-olah akses pasar yg lebih besar utk
negara-negara berkembang 
akan
menguntungkan negar-ngara ini, tetapi pada kenyataanya
justru mereka 
lebih
banyak mengalami kerugian.

<p>Akses pasar, demikian shiva, sama artnya dg
meningkatkan eksport.Apa 
artinya
meningkatkan eksport ke negara-negara kaya? Artinya
komoditas yg 
diusahakn adalh
yg dibeli konsumen dinegara-negara kaya, dan itu,
menurut Shiva, adalah 
daging,
tanaman hias, / bunga potong dan udang.

<p>Dampak lebih jauh dari komoditas tsb, adalh
beralihnya petani ke 
produksi
komoditas eksport tsb, dan meninggalkan tanaman pangan
yg sebenarnya 
penting utk
ketahanan pangan lokal.

<p>Dg mengutip penelitian Utsa Patnaik , ekonom india
terkemuka , Shiva 
menunjukkan
bahwa dibawah kolonialisme inggris , produksi pangan
perkapita orang 
India turun
dari 200 kg/ ha pd th 1918, menjadi hanya 150 kg pd th
1947.Sementara 
pada
periode yg sama , eksport non biji-bijian naik 10 kali
lebih cepat 
dibandingkan
biji-bijian yang merupakan sumber pangan.Di Jawa
dibawah pemerintahan 
kolonial
Belanda eksport komoditas perkebunan naik 600 persen ,
sementara 
konsumsi beras
turun dari 199 kg/ kapita pada th 1885 menjadi 162 kg
pd th 1940.

<p>Kerugian lain adalah kerusakan lingkungan , seperti
yg terjadi pada 
pengembangan
tambak yang intensif. Di jawa pengembangan tambak
udang di pantai utara 
jawa
telah mengorbankan hutan bakauyg ditebang utk
pembuatan lahan tambak.

<p>Untuk perempuan dampak dari globalisasi,yg
mendorong terjadinya eksport 
ini juga
tidak sedikit.Yg paling sering menjadi bahan kajian
adalah sektor 
manufaktur yg
beorientasi eksport.spt alas kaki dan tekstil.

<p>Bukan hal baru tjd feminisasi tenaga  kerja karena
disini perempuan 
dianggap
lebih teliti, ,lebih sabar , bersedia bekerja dg jam
kerja lebih 
panjang, tetapi
dg fasilitas upah dan tuntutan lain tidak setinggi
buruh 
laki-laki.Buruh
perempuan juga lebih tidak terorganisir sehinghga
kurang mampu 
berunding dg
manajemen.

<p>Karena berorientasi eksport artinya bersaing dlm
kualitas dan harga, mk 
upah
buruh menjadi faktor yg sering ditekan.Demenstrasi
buruh yg menuntut 
kenaikan
upah selalu dipandang sebagai hal yg menyebabkan
larinya investor , 
tetapi
perginya investor asing sebenarnya juga disebabkan
oleh masalah di 
perusahaan
induk dinegara asalnya spt yg terjadi pd perusahaan
eleltronik Aiwa.

<p>Jadi persoalan globalisasi adalah persoalan semua
masyarakat , 
laki-laki,
perempuan.Tetapi perempuan bisa menjadi pihak yg
paling dirugikan 
karena
kerusakan lingkungan akan membuat perempuan lebih
bekerja lebih keras 
utk
mencari air bersih , misalnya.Perubahan komoditas
tanaman dari tanaman 
pangan ke
tanaman eksport juga akan lebih menguntungkan
laki-laki karena 
penyuluhan akan
diberikan kpk lali-laki sebab perempuan harus mengurus
rumah dulu 
sebelum bisa
keluar rumah.(NMP)


=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Web Hosting - Let the expert host your site
http://webhosting.yahoo.com