[Nusantara] Mencari Akar Radikalisme (2-Habis)
Gigih Nusantara
gigihnusantaraid@yahoo.com
Thu Nov 28 05:37:21 2002
Mencari Akar Radikalisme (2-Habis)
Berhentilah Sembunyikan State Terrorism
Oleh Irfan S. Awwas *
Menegakkan syariat Islam dan radikalisme seperti itu
merupakan dua hal yang bertentangan secara diametral.
Inilah bagian kedua (terakhir) tulisan Ifran S. Awwas.
Sebelum tertangkapnya Imam Samudra yang mengaku tidak
mengenal Ba’asyir, polisi berusaha mengeksploitasi
pernyataan Amrozi yang meski tidak pernah nyantri di
Ngruki namun mengagumi Ba’asyir.
Sebagai ulama penegak syariat Islam, mungkin saja
ustad punya banyak penggemar. Namun, yang sudah pasti,
Ustad Ba’asyir banyak dibenci oleh mereka yang tidak
sepaham dengan perjuangannya. Dalam hal ini, terkait
apa pun tindakan yang dilakukan oleh mereka yang
mengidolakan ataupun membencinya, Ba’asyir tidak bisa
dimintai tanggung jawab. Firman Allah menyebutkan:
Wala taziru wa ziratun wizra ukhra (Seseorang tidak
bertanggung jawab terhadap kesalahan yang diperbuat
orang lain).
Dapatkah kita menyalahkan Bung Karno, misalnya, hanya
karena salah seorang anaknya menjadi presiden RI lalu
melakukan berbagai kesalahan seperti membela
konglomerat hitam, mengabaikan wong cilik, mengunjungi
Bali pascaledakan Legian, tetapi sama sekali
mengabaikan kasus pengungsi TKI di Nunukan, membiarkan
Sjamsul Nursalim kabur ke Singapura, membiarkan
Soeharto jalan-jalan ke Nusakambangan, sementara itu
membawa paksa Ustad Ba’asyir dalam keadaan sakit ke
Jakarta?
Dari kasus Amrozi ini, kita bisa mendapatkan dua
pesan. Pertama, pakar amunisi di Indonesia, Amerika,
Australia, dan sebagainya bisa belajar dari Amrozi
yang terbukti mampu membuat bahan peledak dengan biaya
murah dari bahan baku yang mudah diperoleh seperti
potasium klorat, namun bisa menghasilkan daya ledak
yang setara dengan mikronuke.
Kedua, sudah saatnya Amerika Serikat, Israel, dan
dunia Barat pada umumnya waspada bahwa kelak akan
lahir sebuah superpower dari Desa Tenggulun, Lamongan,
Jawa Timur. Bila seorang Amrozi yang pendidikan
formalnya tidak begitu tinggi mampu memproduksi aksi
teror yang dahsyat, sesuatu yang jauh lebih dahsyat
bisa saja terjadi, mengingat di Indonesia terdapat
jutaan Insinyur dan jutaan sarjana lain.
Karena itu, Amerika dan dunia Barat pada umumnya,
berhentilah melakukan kejahatan kemanusiaan dengan
meneror negara lain. Berhentilah mengenakan kedok
humanis untuk menyembunyikan state terrorism yang
melekati wajahmu. Bila tidak, itu sama saja dengan
menyuburkan benih-benih radikalisme di dunia. Dengan
begitu, kelak akan lahir Amrozi lain yang bersama
kawan-kawannya akan melumat mereka kelak di kemudian
hari. Wallahu a’lam bis shawab.
*. Irfan S. Awwas, ketua Lajnah Tanfidziah Majelis
Mujahidin Indonesia
=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com
__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail Plus - Powerful. Affordable. Sign up now.
http://mailplus.yahoo.com