[Nusantara] kebangsaan
Kisondong Mandali
kisondongmandali@yahoo.com
Fri Oct 4 06:00:21 2002
KEBANGSAAN INDONESIA
Pesan apakah yang sepatutnya disampaikan INDONESIA
kepada AMERIKA ?
Begitulah topik Siaran VOA INDONESIA yang bekerjasama
dengan Indosiar tayangan Kamis pagi, tgl. 21 Pebruari
2002.
Saya telah mengirim tanggapan melalui Email
diantaranya sebagai berikut :
“ Seperti Anda, bangsa Amerika, kami bangsa Indonesia
lahir dari peleburan berbagai etnis/sub etnis dengan
beragam budaya masing-masing. Oleh karena itulah
Indonesia sebenarnya mirip (meski tidak sama benar)
dengan Amerika yang merupakan contoh bisa bertemunya
berbagai ragam umat manusia dengan budaya
masing-masing dalam satu kebangsaan yang damai. Sejak
jaman kuno leluhur kami telah mewariskan karakter
toleransi yang lebih mengutamakan keselarasan dan
perdamaian dalam segala aspek kehidupan. Maka
keselarasan dan perdamaian abadi di dunia juga
merupakan idaman segenap warga bangsa Indonesia.
Semoga saja cita-cita kami ini sama dan sejalan dengan
cita-cita Anda dalam membangun peradaban manusia yang
damai di seluruh planet bumi milik kita bersama ini.
Barangkali saja proses meng-Amerika Anda sudah
selesai, sedang proses meng-Indonesia kami masih
berjalan. Sehingga kami masih sering lupa dan
bertengkar sendiri, serta tanpa sadar melukai dan
menghambat ke-Indonesiaan kami sendiri. Namun
percayalah bahwa kami tetap berusaha memberikan
kontribusi terbaik untuk mewujutkan ketertiban dunia
sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi negara kami. “
Saya kutipkan kembali kalimat tersebut karena saya
merasa sedih dengan hubungan antara Indonesia dengan
Amerika sedang “tidak nyaman lagi” saat ini. Berita
New York Time tentang ditangkapnya Al Farouq oleh CIA
di Cijeruk-Bogor, pemicunya. Apalagi disebut-sebut
kalau yang bersangkutan juga merencanakan pembunuhan
terhadap Presiden Indonesia, Megawati Sukarno Putri.
Muncul dugaan bahwa AS melakukan propaganda intelijen
untuk mengadu domba sesama bangsa Indonesia.
Pemerintah digugat oleh sekelompok “tokoh” bahwa
kurang cepat bereaksi. Maka bayangkan saja betapa
terbengongnya rakyat di akar rumput membaca berita
atau menyaksikan tayangan TV tentang hal tersebut.
Kembali kita rasakan betapa banyak rintangannya untuk
mewujudkan ke-Indonesia-an yang utuh sebagaimana
dicita-citakan para “founding-fathers” kita. Gangguan
dari luar maupun dari dalam masih saja terjadi dan
menghambat proses melebur menjadi Indonesia. AS
sebagai negara super power sudah pasti melakukan
pengamatan dan “bermain” di seluruh bagian dunia,
termasuk negeri kita. Untuk kepentingan itu mereka
sampai mempunyai lembaga yang khusus mengkaji dan
mengamati seluruh bagian dunia. Dengan keunggulan ilmu
dan tehnologi yang mereka miliki, dunia saat ini
sepertinya sudah berada dalam genggaman mereka.
Sedikit gerak di salah satu bagian dunia yang mereka
anggap “mengganggu” dengan cepat dan tanpa belas
kasihan langsung dilibas dan digerus dengan berbagai
cara. Barangkali kita cukup punya pengalaman dengan
sepak terjang Amerika Serikat tersebut.
Propaganda anti terorisme oleh AS disebarkan ke
seluruh dunia dengan efektif. Maka tergantung
kemampuan setiap orang mengoperasionalkan nalar dan
nuraninya dalam menyikapi propaganda tersebut. Ragam
warga bangsa Indonesia begitu banyak, maka sudah pasti
tidak sama pendapatnya dalam menghadapi propaganda
tersebut. Apalagi kalau kita asumsikan bahwa proses
meng-Indonesia sendiri memang belum tuntas.
Kenyataan bahwa masih ada kelompok/golongan baik atas
dasar keyakinan agama maupun etnis belum benar-benar
rela menjadi Indonesia. Ke-Indonesia-an yang
diteriakkan golongan semacam ini sebenarnya palsu
belaka. Meski mereka hidup di bumi Indonesia, tapi
hati dan jiwa mereka sama sekali tidak membumi di
persada Nusantara ini. Hati dan jiwa mereka di langit
superioritas agama atau etnis mereka. Maka sepak
terjangnya sangat menyakiti Indonesia dalam berbagai
hal. Golongan/Kelompok seperti inilah sebenarnya
benalu dalam sejarah ke-Indonesia-an kita.
Saya pernah mewacanakan bahwa berdirinya Indonesia
bukan sekedar bernuansa lahiriah empiris belaka,
tetapi juga bernuansa spirituil dan bahkan merupakan
bagian dari dinamika kesemestaan jagad raya.
Indonesia merupakan monumen (tanda) dimulainya
perubahan peradaban umat manusia di seluruh dunia.
Dengan tegas dan jelas tuntutan perubahan peradaban
tersebut dimuat dalam Mukadimah UUD 1945. Dimana
dinyatakan bahwa kemerdekaan hak segala bangsa dan
penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Selanjutnya pula Indonesia berikrar akan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
itulah yang pada kenyataannya menjadi aspirasi dan
tujuan seluruh umat manusia di dunia. Maka semua
sikap dan tata nilai yang bertentangan dengan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
akan menjadi musuh bersama umat manusia di seluruh
dunia ini. Lihatlah betapa AS sendiri terkena
gempuran perubahan tersebut saat mereka harus memenuhi
tutntutan warga bangsanya yang negro. Demikian pula
Eropa yang termotivasi untuk bersatu dan menggusur
Komunisme. Maka Indonesia sudah mendahului semua itu
sejak berdiri atau lahir di dunia ini.
Apa yang ditulis dalam Pembukaan UUD 1945 bukan
sekedar untaian kalimat yang hampa. Tetapi merupakan
ekspresi spirituil setiap orang yang berani menyatakan
diri sebagai warga bangsa Indonesia. Maksudnya,
ke-Indonesia-an adalah suatu benih spirituil yang
tertanam di setiap hati orang Indonesia. Benih
spirituil tersebut yang kemudian menggerakkan semua
orang di persada Kepulauan Nusantara ini meleburkan
diri menjadi Indonesia. Kekuatan benih spirituil
ke-Indonesia-an tersebut akan selalu bertambah besar
dan tak terbendung lagi karena bersemayam di setiap
sanubari warga bangsa Indonesia. Hanya saja
bersemayamnya kekuatan benih spirituil di sanubari
kita itu banyak yang tidak menyadari. Bahkan
terlalaikan sama sekali karena tuntutan untuk memenuhi
kebutuhan hidup kita sendiri-sendiri.
Dengan segala hormat saya mengajak Para Pejuang
Kebangsaan Indonesia untuk melakukan upaya-upaya
membangkitkan benih spirituil ke-Indonesia-an yang ada
di sanubari rakyat Indonesia itu. Tanggalkanlah baju
golongan, kelompok, dan partai kita masing-masing demi
Indonesia. Maka dengan optimis akan kita temukan rasa
bangga menjadi dan memiliki Indonesia. Dan perlu
diingat bahwa merasa bangga menjadi dan memiliki
Indonesia tidak akan menjadikan kita murtad dari agama
kita masing-masing.
Ki Sondong Mandali
__________________________________________________
Do you Yahoo!?
New DSL Internet Access from SBC & Yahoo!
http://sbc.yahoo.com