[Nusantara] Bung Karno dan Pengkhianatan Orde Baru
gigihnusantaraid
gigihnusantaraid@yahoo.com
Fri Oct 4 08:12:39 2002
Bung Karno dan Pengkhianatan Orde Baru
Oleh A. Umar Said
SELAMA lebih dari 30 tahun, setiap tanggal 30 September selalu
mengingatkan
banyak orang kepada kejadian pada tanggal 1 Oktober 1965.Kalau kita
renungkan dalam-dalam sejarah bangsa kita, maka nyatalah bahwa
peristiwa
G30S merupakan permulaan dari serentetan panjang pengkhianatan
terhadap
tujuan Negara Kesatuan RI yang diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus
1945.
Peristiwa G30S telah membuka jalan lebar bagi ditegakkannya Orde
Baru
oleh
Soeharto dan kelompoknya. yang menjalankan diktatur militer dalam
kurun
waktu yang terlalu amat panjang, yaitu lebih dari 30 tahun! Era Orde
Baru
adalah kurun waktu yang merupakan halaman hitam dalam sejarah bangsa
Indonesia.
Oleh karena besarnya dampak kerusakan-kerusakan parah yang telah
dibikin
oleh Orde Baru di segala bidang, maka sudah sepatutnyalah bahwa
bangsa
kita
membaca peristiwa G30S ini dengan fikiran yang lebih jernih, dengan
pandangan sejarah yang lebih menyeluruh, dan mengutamakan mencari
kebenaran
dari kenyataan. Sebab, kita semua tahu bahwa selama lebih dari 30
tahun,
ketika Orde Baru berkuasa, banyak kebohongan dan pemalsuan sejarah
telah
terus-menerus dijejal-jejalkan secara paksa dan sistematis.
Kebohongan dan pemalsuan sejarah ini tidak hanya berkaitan dengan
berbagai
soal sekitar peran Presiden Soekarno, peran PKI dan ormas-ormasnya,
melainkan juga sekitar peran pimpinan TNI-AD waktu itu dan peran
kekuatan
asing yang sejak lama berusaha menghancurkan politik Presiden
Soekarno.
Strategi Hancurkan Soekarno
Sekarang ini, makin jelas bagi banyak orang bahwa dengan alasan
"menumpas
G30S/PKI" Soeharto bersama-sama konco-konco militernya, dengan
dukungan
kekuatan asing beserta sekutu-sekutunya di dalam negeri telah
mengkhianati
perjuangan bangsa Indonesia. Dengan dalih "menyelamatkan negara"
Soeharto
dan kelompoknya—baik militer maupun sipil—bukan saja telah
menggulingkan
Presiden Soekarno, melainkan juga telah berusaha menghancurkan
ajaran-ajaran
revolusioner atau gagasan-gagasan besar beliau.
Dengan melikuidasi Bung Karno secara politik dan fisik dan mematikan
ajaran-ajaran Soekarno yang revolusioner dan berorientasi kerakyatan,
Soeharto (beserta pendukung-pendukungnya) telah membikin dosa
sejarah
yang
amat besar terhadap bangsa kita. Bung Karno adalah salah satu di
antara
perintis kemerdekaan kita yang amat terkemuka, dan juga tokoh
pemersatu
bangsa. Banyak orang di Indonesia, bahkan juga di luar negeri yang
memandang
Bung Karno sebagai pemimpin besar bangsa Indonesia dan dunia.
Gagasan-gagasan beliau yang besar, yang sebagian tercermin dalam
buku
Di
bawah Bendera Revolusi menunjukkan dengan jelas bahwa sejak muda-
belia
Bung
Karno memang seorang pejuang nasionalis yang berpandangan maju dan
revolusioner. Sikap politiknya yang anti-imperialisme dan
anti-kolonialisme
inilah yang telah menjadikan Soekarno sebagai seorang tokoh
internasional
yang terkemuka bagi banyak rakyat di benua Asia, Afrika dan Amerika
Latin.
Peran yang dimainkan Bung Karno di Konferensi Asia-Afrika di
Bandung,
dan
Gerakan Non-Blok telah menjadikan dirinya sebagai musuh utama bagi
banyak
negara Barat, waktu itu.
Pembantaian besar-besaran setelah tahun 1965, yang memakan korban
jutaan
jiwa, dan penahanan ratusan ribu orang tidak bersalah, tidaklah
terlepas
dari strategi besar untuk tujuan utama Orde Baru, yaitu menghancurkan
Soekarno. Itu semua tidak terlepas dari faktor Perang Dingin yang
sedang
berlangsung dengan sengitnya.
Dalam rangka ini marilah sama-sama kita endapkan dalam renungan kita
hal-hal
yang berikut: apa yang sudah terjadi di Indonesia sejak 1966-1967
menunjukkan bahwa Orde Baru telah dibangun dan dibesarkan di atas
tumpukan
korban manusia, dan juga di atas kehancuran Bung Karno. Kiranya,
pentinglah
kita ingat bersama bahwa sesudah peristiwa G30S, maka bukan saja
Bung
Karno
telah kehilangan pendukung utamanya, melainkan juga seluruh kekuatan
revolusioner. Sejak itu, selama lebih dari 30 tahun, bangsa
Indonesia
telah
kehilangan jiwa revolusionernya, kehilangan pemimpinnya, dan
kehilangan
arahnya atau pegangannya. Akibatnya adalah situasi menyedihkan,
seperti
yang
kita saksikan dewasa ini.
Selama kurun waktu yang amat panjang, Orde Baru telah berusaha
terus-menerus "mengharamkan" Bung Karno beserta ajaran-ajaran beliau.
Momok "bahaya laten PKI" telah dipakai sebagai dalih palsu dan
senjata
untuk
menindas, terus-menerus dan sistematis-segala kekuatan dalam
masyarakat
yang
berani menyatakan diri sebagai pendukung ajaran-ajaran Bung Karno.
Teror ini
banyak menyerupai praktik-praktik fasis Nazi-nya Hitler,
Foto-foto Bung Karno terpaksa dihilangkan, atau menghilang, dari
dinding-dinding banyak rumah penduduk. Buku-buku yang berbau "Orde
Lama"
terpaksa harus disembunyikan dalam laci-laci, atau dibakar. "
De-Soekarnoisasi" yang dilakukan oleh Orde Baru dalam jangka waktu
yang
begitu lama adalah bagian penting dari usaha untuk menghancurkan
kekuatan
revolusioner dalam masyarakat Indonesia.
Dengan dihancurkannya Soekarno dan kekuatan-kekuatan politik
pendukungnya,
maka boleh dikatakan bahwa revolusi Indonesia sudah disabot, bahkan
dibunuh
atau dihancurkan oleh Orde Baru-nya Soeharto.
Ketika negara dan bangsa dewasa ini sedang menghadapi begitu banyak
masalah
parah, maka nampak sekali bahwa sumber dari segala keterpurukan dan
pembusukan yang menyeluruh itu adalah masih banyaknya sisa-sisa
kekuatan
Orde Baru, yang terus menyebarkan racun dan penyakit, terutama di
bidang
moral. Oleh karena itu, selama sisa-sisa Orde Baru ini masih belum
dilumpuhkan, maka perbaikan besar-besaran dan radikal tidak akan
mungkin
terjadi. Artinya, reformasi akan macet, dan kerusakan akan berjalan
terus.
Lebih Berdosa
Mengingat itu semuanya, maka bisa difahami kalau ada orang yang
mengatakan
bahwa kontra-revolusi Orde Baru adalah lebih lebih besar dosanya
dibandingkan dengan kontra-revolusi PRRI-Permesta. Kontra-revolusi
PRRI-Permesta telah menentang politik Bung Karno dengan mengadakan
pemberontakan dan mengorbankan banyak orang di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi dan pulau-pulau di Indonesia Timur dan Nusa Tenggara
(terutama
Bali). Namun usaha yang tidak bisa dicapai oleh kontra-revolusi
PRRI-Permesta hanya berhasil dilaksanakan oleh Orde Baru, yaitu
melikuidasi
Bung Karno dan membunuh dan menahan dengan sewenang-wenang ribuan
pendukungnya.
Banyak hal dalam sejarah tentang G30S dan Orde Baru perlu ditulis
kembali
(dan diteliti terus), mengingat banyaknya pemalsuan atau
penggelapan,
yang
telah dilakukan oleh Soeharto beserta para pendukungnya selama ini.
Penulis adalah mantan wartawan, pengamat sosial dan politik.