[Nusantara] Benedict Anderson : Nationalisme Kini dan di Masa Depan.
gigihnusantaraid
gigihnusantaraid@yahoo.com
Fri Oct 4 08:24:26 2002
Berikut adalah catatan dari pidato prof. Benedict Anderson ketika
menghadiri hari ulang tahun majalah TEMPO bulan Maret tadi. Karena
cukup
panjang, maka akan disampaikan dalam 4 seri. Semoga .... [ba16]
--------------------------------------------------------------------
Jakarta 10 Maret 1999
Nationalisme Kini dan di Masa Depan.
Menurut pengalaman saya, nasionalisme sering disalah tafsir. dan pagi
ini saya ingin mulai dengan sedikit uraian tentang dua "salahtafsir"
tadi, dengan memakai Indonesia sebagai salah satu contoh dari
serentetan
fenomena yang boleh dikatakan hampir universal selama abad yang
hampir
habis/mampus ini.
l. Konsep bahwa kebangsaan dan nasionalisme adalah sesuatu yang
sangat
antik dan menjadi "warisan" dari nenekmoyang yang tentu saja
cemerlang.
Jadi sesuatu yang timbul dengan sendiri bersama dengan darah-daging
kita
masing2. Sebenarnya nasionalisme adalah suatu yang cukup baru,
mungkin
sekarang ini baru berumur dua ratus tahun lebih sedikit. Deklarasi
Kemerdekaan yang pertama, pada tahun 1776 di kota Philadelphia tidak
pernah sebut tentang nenekmoyang apapun, malahan perkataan "Amerika"
itu
sendiri tak nampak. Deklarasi Sukarno-Hatta pada tahun 1945 sama
juga.
Sebaliknya "penyakit" mencari nenekmoyang yang cemerlang sering
menimbulkan hal yang bukan2 yang malahan berbahaya.
Satu contoh yang baik adalah Pangeran Diponegoro yang dijadikan
Pahlawan
Nasional Utama pada tahun 1950an, seolah2 Diponegoro memimpin
pergerakan
pembebasan bangsa Indonesia dari cengkeraman Belanda. Tetapi kalau
membaca memoirnya sang Pangeran sendiri, beliau mengatakan bahwa
targetnya - dan ini kata2nya sendiri - adalah: "menakklukan (yah
menaklukkan) tanah Jawa." Konsep "Indonesia" sama sekali asing untuk
almarhum. Seperti diketahui, kata ini yang asalnya kombinasi kata2
Yunani dan Rumawi, sangat moderen, malahan baru menjadi sedikit
lumrah
kira2 80 tahun yang lalu, setelah ibu saya lahir. Buktinya
organisasi
pertama yang pakai kata itu adalah PKI, dan itu baru pada tahun 1920,
dimana ibu saya sudah 15 tahun umurnya.
2. KONSEP KEDUA yang bikin keliru adalah bahwa nation [bangsa] dan
negara kalau bukan identik paling sedikit seperti suami-isteri yang
akrab. Realitasnya sering sebaliknya. Boleh dikatakan 85% dari
pergerakan
nasionalis pada semula adalah gerakan anti-negara, baik negara
kolonial
maupun negara kerajaan feodal-absolutis. Bangsa dan negara baru bisa
"kawin" jauh belakangan, dan perkawinan itu tidak selalu bahagia.
Pada
umumnya si negara, yang diantara teman2 suka disebut, <bold>si
Siluma<bigger>n</bigger></bold>, jauh lebih tua. Sekali lagi
Indonesia
memberikan contoh yang bagus. Silsilah negara Indonesia berasal di
Batavia pada permulaan abad ke-17. Kontinuitasnya jelas sekali
walaupun
daerah kekuasaan lama-lama bertambah besar.
Batas negara Indonesia sekarang ini (dengan pengecualian TimTim)
adalah
batas negara Hindia Belanda yang baru selesai pembentukannya dengan
dicaploknya Bali Selatan, Aceh, dan Irian pada dasawarsa pertama abad
ini. Dan kita harus selalu ingat bahwa pada zaman terakhir
kolonialisme
di Hindia Belanda ini, yaitu pada tahun 30 han, 90% -- saya ulangi
90% --
dari manusia-skerup dalam mesin negara itu adalah manusia pribumi.
Tentunya ada sedikit banyak pergeseran pada zaman Revolusi dan
sesudahnya
tetapi kontinuitas personalia sebagian besarnya tidak diganggu. DPR
pertama penuh orang2 pribumi yang ikut2an Belanda, dan tentarapun
banyak
diantaranya berasal dari lembaga kolonial. Baik Nasution maupun Harto
mulai kariernya sebagai tentara kolonial. Dan dalam kasus Harto,
sudah
diketahui bahwa dia sama sekali nggak ada urusan dengan pergerakan,
tetapi pertama2 menjadi serdadu KNIL musuh besar pergerakan, dan
setelah
itu masuk PETA bikinan Jepang. Ada ironi disini yang pernah
disinyalir
Jenderal Sayidiman. Karena U2D 45 dijadikan bahan antik-kramat --
padahal
dibikin secara darurat dalam situasi yang serba tak tentu -- gambaran
yang mendital didalamnya tentang batas2 negara Indonesia, alias
mantan
Hindia Belanda tak bisa dirobah sampai sekarang sehingga usaha
pencaplokan Tim Tim, kata Sayidiman, jelas melanggar U2D 45!! Untung
beliau seorang Jendral, jadi sedikit banyak aman. Maksud saya dalam
uraian pendek tadi cuman sebagai peringatan sedikit. Awas pada
klompok
yang mendewa2kan si Negara, dan awas pada golongan yang banyak
ngomong
tentang "nenekmoyang yang cemerlang." Bisa2 kita jadi kecopetan.
Kalau begitu, nasionalisme yang sebenarnya apa? Kalau meliat
sejarahnya
yang pendek itu, bisa dikatakan bahwa nasionalisme bukan suatu
warisan
dari masa baheula, tetapi suatu proyek bersama untuk masa kini dan
untuk
masa depan. Dan itu menjadi proyek yang sering minta pengurbanan,
bukannya korban lho. Karena itu tidak ada ide dkalangan perintis
pembebasan kemerdekaan bahwa mereka berhak membunuh sesama orang
Indonesia, tetapi malahan mereka merasa harus berani masuk bui,
dipukul,
dan diasingkan demi kepentinganan sesama bangsanya.
Nasionalisme timbul pada ketika manusia didaerah tertentu mulai
merasa
bahwa mereka punya nasib yang sama, dan -- ini paling penting -
<bold>suatu masa depan yang bersama</bold>. Atau, seperti pernah saya
tulis, mereka merasa diri terikat oleh suatu solidaritas horizontal
yang
mendalam. Timbulnya pertama2 bisa cepat sekali malahan mendadak. Dan
betapa dia berkaitan dengan harapan, dengan visi masa depan, jelas
dibuktikan dari sekian nama2 organisasi nasionalis di Indonesia pada
permulaan abad ini. Jong Java, Indonesia Muda, Jong Islamieten
Bond,
Jong Minahasa dan banyak lagi yang senadanya. Tak pernah ada
organisasi
ketika itu yang namanya Jawa Sepuh, Minahasa Abadi dan sebagainya.
Orientasinya kemasa depan, dan basisnya angkatan muda. Sampai
sekarang
kekuatan khusus dari mahasiswa digelanggang politik Indonesia
berdasarkan
status sosialnya sebagai lambang masadepannya bangsa. Lebih dari
itu,
anak2 muda pada tahun 1910an mulai merasa bahwa mereka memerlukan
solidaritas dengan anakmuda yang sebaya dari seluruh daerahnya Hindia
Belanda - tidak peduli kerajaan Aceh pernah menaklukkan pasisir
Minangkabau, raja2 Bugis memperbudak orang Toraja, bangsawan2 Jawa
kurang ajar sama orang Sunda dan sebagainya. Seandainya kita bisa
kembali
ke tahun 1945 dan ngomong dengan orang2 perintis kemerdekaan dan
perang
gerilya melawan Belanda, mereka pasti tidak akan percaya bahwa 50
tahun
kemudian "fungsi" ABRI yang sebenarnya bukan untuk membela bangsa
terhadap bahaya dari luar tetapi justeru berhadapan dengan orang2
bangsa
sendiri, dalam banyak hal tidak terlalu jauh dari fungsi KNIL di
zaman
kolonial. Tetapi demikianlah yang sering terjadi. Mungkin para
perintis
masa itu kurang sadar akan konsekwensinya perkawinan antara bangsa
dengan
negara.
* * * * * * *
bersambung di 2/4