[Nusantara] Aneh, Membandingkan korban 65 dengan orang yang tidak disukai Orba

gigihnusantaraid gigihnusantaraid@yahoo.com
Fri Oct 4 08:25:00 2002


Aneh, Membandingkan korban 65 dengan orang yang tidak disukai Orba 

Buku Dr. Ribka bergulir terus menjadi topik dalam
berbagai diskusi di radio dan televisi. Beberapa hal
yang selalu muncul dalam perdebatan itu antara lain :
(1).Posisi komunisme sebagai pemberontak sejak Tahun
1926, jaman kolonial yang kapitalistis, tentunya
Belanda  anti Komunis juga; sampai dengan tahun 65
periode Bung Karno Bapak Bangsa. (2). Membandingkan
antara orang yang tidak disukai Orba, mau berkumpul, 
mau saresehan, mau ceramah (agama, politik dll) selalu
diawasi, harus ijin, dibuntuti aparat dan sejumlah
tindakan represif lainnya yang membawa korban. Ini
sebagai penderitaan yang dianggap sama dengan korban
65 yang tidak pernah lepas dari pengawasan penguasa. 
Khusus poin 2; selalu disimpulkan oleh presenternya
sebagai sama menderitanya, seperti dalam Pro Kontra
TPI hari Kamis tanggal  3 Oktober jam 22.00 WIB, yang
menampilkan Gus Dur dan Dr. Ribka berhadapan dengan
Harry Tjan dan Alfian Tanjung dari Hammas. 
Mudah - mudahan penelpon yang  menyerang habis Dr.
Ribka dan Gus Dur benar - benar telpon yang masuk
tanpa  ditanya  dulu opini awalnya oleh operator.
Kalau membela Harry Tjan diberi kesempatan beropini.
Kalau membela Gus Dur, masuk dalam antrian yang
kesekian.... dan tak kunjung  opininya diperdengarkan.
Kecurigaan itu ada mengingat TPI..yah TPI....televisi
yang berkembang tidak secara alamiah dalam pasar
persaingan sempurna.
Sangat aneh, dimana letak samanya ?. Kalau sekadar
orang yang  misalnya vokal tidak disukai Orba, begitu
mereka mau menerima ide Orba dan bergabung; akan
diterima dengan sangaaaat baik..!; bahkan mereka
selalu didekati supaya mau kerjasama dengan Orba. 
Sebaliknya korban 65  dan keluarganya, walaupun mereka
sudah berusaha untuk mengikuti maunya Orba, tetap saja
tidak bisa diterima dengan baik, malah dicurigai
musang berbulu domba, kalau baik dianggap "ya wajar
sebagai orang yang bermasalah"...ini sering
dikemukakan oleh para petinggi  birokrasi pemerintahan
Republik Indonesia. Tetap saja  tidak dapat kerja di
perusahaan besar, oil company, kerja jadi tentara,
kerja di pemerintah, tetap saja diributkan jadi
petinggi PPP, Tetap saja digusur dari PDI. Dan tetap
saja ditendang jadi pimpinan Golkar. Dijaman tiga
partai seperti itu, malah dianggap menyusup.
Dimana letak samanya.....?. Tetap saja ada perbedaan.


Roni Wijaya