[Nusantara] Gus Dur : Wapres Akomodir Teroris Domestik

gigihnusantaraid gigihnusantaraid@yahoo.com
Sat Oct 12 11:24:02 2002


Gus Dur : Wapres Akomodir Teroris Domestik


Solo (SIB)
Gus Dur mempertanyakan fungsi RUU Terorisme yang akan disahkan sebagai
Undang Undang dalam waktu dekat, apakah benar untuk memberantas atau 
justru
melindungi terorisme. Dia juga menyesalkan sikap Wapres Hamzah Haz 
yang
sering mengunjungi dan terkesan mengayomi para tokoh yang seharusnya
ditindak karena aksi-aksi kekerasannya.
"Kita lihat dulu apa RUU Terorisme tersebut betul-betul untuk 
memberantas
terorisme atau justru memberikan perlindungan kepada mereka. Kita kan 
belum
tahu, RUU itu bisa baik, tapi UU-nya lain. Tawar-menawar, UU-nya itu 
jadi
lain. Saya ndak tahu UU itu (memberantas apa melindungi), karena 
prosesnya
saja tidak pernah transparan," kata Gus Dur kepada wartawan usai 
berziarah
di makam KGPAA Mangkunagoro VI di Astana Utara, Nayu, Solo, Rabu 
(9/10/2002)
dinihari.
Mengutip perkataan mantan PM Inggris Winston Churchil, Gus Dur 
mengatakan,
ada dua hal di dunia yang kalau tahu caranya membuat orang tidak mau
memakainya.
"Satu adalah sosis yang seperti tempe itu, buatnya diinjak-injak 
dengan 
kaki
yang kotor. Yang kedua adalah UU, kalau tahu bagaimana UU dibuat,
tawar-menawar, apalagi sekarang pakai suap-suapan," lanjutnya.
Gus Dur sendiri tetap pada penilaiannya bahwa beberapa tokoh garis 
keras di
tanah air adalah teroris domestik. Menurutnya, siapapun yang bawa-bawa
pedang, celurit dan bom rakitan maka mereka adalah teroris.
"Sebab yang namanya teroris itu adalah yang membuat takut orang lain,"
tegasnya sambil menambahkan bahwa mengenai keterkaitan teroris 
domestik 
itu
dengan jaringan terorisme internasional adalah tugas pemerintah untuk
membuktikannya.
Karena itu, Gus Dur menyayangkan sikap Wakil Presiden Hamzah Haz yang 
justru
mengakomodir dan terkesan melindungi tokoh-tokoh garis keras yang 
disebutnya
sebagai teroris domestik itu. Menurutnya, Hamzah tidak pantas 
melakukan 
itu
meskipun dia sangat membutuhkan para tokoh itu.
"Seharusnya pemerintahan bertindak mencegah mereka, bukannya malah
sebaliknya. Wapres Hamzah Haz itu mengunjungi Ja'far Umar Thalib di 
tahanan,
mengunjungi Ba'asyir. Mestinya itu nggak boleh. Wakil Presiden tidak 
bisa
melepaskan diri dari kaitan politik, berarti politiknya butuh dengan 
para
teroris itu," tegas Gus Dur.
"Tapi bagaimanapun, ya tidak boleh begitu. Dia sebagai pejabat harus 
mampu
menjaga jarak. Kalau seperti itu, nanti sembarang orang masuk ke 
tempat 
dia,
ndompleng nama, preman-preman dan sebagainya," lanjutnya.
Gus Dur khawatir, jika mereka yang sering membuat resah itu dibiarkan,
negara ini sedang menuju pada ambang revolusi sosial. Gus Dur melihat 
banyak
warga yang menenteng senjata kesana kemari dengan bebasnya adalah 
indikasi
dari revolusi sosial itu.
"Sebab itu membuat rakyat jengkel. Kalau rakyat sudah marah, apa sih
sulitnya niru. Buat celurit, bom rakitan segala macam. Itulah revolusi
sosial," paparnya.
Wapres: AS Takut Saya Bawa Islam Seperti Taliban
Sementara itu, Wapres Hamzah Haz mengaku dirinya menjadi incaran AS.
"Barangkali khawatir kalau saya membawa Islam seperti Taliban," alasan
Hamzah.
Hal ini diungkapkan Hamzah usai melakukan pertemuan dengan 200 habib 
di
Masjid Al Akbar, Surabaya, Rabu (9/10/2002). "Semenjak menjadi 
wapres, 
baru
kali ini saya dicecar oleh AS," akunya lagi.
Hamzah juga menegaskan bahwa di negeri ini tidak ada teroris atau pun
Taliban. "Karena di Indonesia Islamnya rahmatan lil alamin (rahmat 
bagi
semesta alam)," kata ketua umum PPP ini.
"Tuduhan-tuduhan asing terhadap teroris di Indonesia, selama tidak ada
bukti,. kita tidak bisa menindak siapa pun," tegas Hamzah. Terhadap 
tuduhan
Australia bahwa Abu Bakar Ba'asyir adalah teroris, Hamzah juga tak 
ambil
pusing. "Itu terserah pemerintah Australia. Kalau kita, tidak bisa 
menindak
kalau tidak ada bukti," tegasnya.
Sekadar diketahui, dalam dialog dengan para habib pimpinan Ali 
Bakhrudin
dari Pasuruan itu, Hamzah lebih banyak bicara tentang ekonomi bangsa.
Setelah itu, Hamzah bersilaturahmi dengan 5.000-an santri Jam'iyyah 
Ahlih
Thoriqoh Al Mu'taharroh Nahdliyah. (dtc/x1/o)