[Nusantara] Orang Malang Korban Bom?

gigihnusantaraid gigihnusantaraid@yahoo.com
Fri Oct 18 10:00:46 2002


Orang Malang Korban Bom? 


MALANG - Benarkah korban ledakan bom di Kuta, Bali, salah satunya 
berasal dari Malang? Hingga sekarang belum ada jawaban pasti. Polisi 
pun masih menunggu kejelasan informasi dari Jakarta. 

Yang jelas, informasi bahwa ada warga Malang menjadi korban 
pengeboman di Bali, langsung menjadi diskusi menarik masyarakat. 
Apalagi, menurut kabar ini, identitasnya telah ditemukan, meski tak 
dapat dibaca jelas. Satu-satunya petunjuk, hanya nama. Itupun masih 
diberi inisial MF. Karena itu, di mana alamat rumah dia, juga belum 
diketahui. 

Kapolwil Malang Kombes Drs Mudji Waluyo, SH MM juga belum berani 
komentar tentang masalah tersebut. "Saya belum berani komentar, lagi 
pula saya tidak tahu soal masalah itu," tandas Mudji ketika dihubungi 
lewat ponsel, kemarin.

Kapolwil hanya mengatakan, untuk antisipasi kemungkinan dampak lain 
dari peristiwa di Bali, dia telah memerintahkan Polresta dan Polres 
Malang melakukan operasi handak (bahan peledak) di beberapa tempat. 
Hasilnya? Nihil. Petugas tidak menemukan apa-apa berkaitan dengan 
imbas peristiwa Bali. 

Untuk wilayah Polres Malang, operasi dibagi tiga tempat. Masing-
masing wilayah utara disisir mulai Lawang, sebelah barat di 
perbatasan Batu dengan Pujon. Sedangkan wilayah selatan di depan 
Polsek Sumberpucung. 

Sedangkan di wilayah Polresta Malang, operasi dipusatkan di kawasan 
hiburan di Jl. Sunandar Priyo Sudarmo serta di Jl Raya Bale Arjosari 
perbatasan Kota dengan Kabupaten Malang. Hasil operasi di dua tempat 
ini, juga tidak mendapatkan hasil.

Hanya dalam operasi tersebut, polisi menemukan tiga orang pembawa 
sajam di kawasan tempat hiburan di Jl. Sunandar Priosudarmo. Ketiga 
orang tersebut langsun digiring ke Polsek Blimbing. 

Sementara itu, mengantisipasi meluasnya aksi teror, Perum Jasa Tirta 
I mengoptimalkan kewaspadaan dan pengamanan di sejumlah taman wisata 
bendungan di bawah pengelolaan lembaga tersebut. Antara lain 
Bendungan Selorejo, Karangkates, Sengguruh, dan Lahor. Bendungan yang 
juga berfungsi sebagai objek wisata tersebut kerap dikunjungi 
wisatawan asing.

Jasa Tirta bakal menambah personel keamanan di lokasi-lokasi tadi. 
Saat ini, tenaga pengaman di kawasan wisata bendungan itu terdiri 
atas satpam, aparat kepolisian yang memang direkrut sebagai tenaga 
sekuriti, dan polisi pariwisata (polpar). 

"Yang jelas, kami bakal menambah jumlah personel sebagai antisipasi 
teror," ujar Kasub Divisi Jasa Konstruksi, Konsultasi, dan PATA Jasa 
Tirta I Ir Alfan Rianto di sela-sela pelatihan operasi dan 
pemeliharaan bendungan tingkat nasional di taman wisata Selorejo 
kemarin.

Untuk itu, dalam waktu cepat, Jasa Tirta bakal mengadakan koordinasi 
dengan pihak kepolisian. Selain peningkatan jumlah personel keamanan, 
pengawasan kepada pengunjung juga dimaksimalkan. 

Peningkatan pengamanan di sejumlah taman wisata bendungan tersebut 
juga direspons positif Sekretaris Komisi Keamanan Bendungan 
Departemen Kimpraswil Ir Pudji Hastowo Dipl HE. Menurut dia, untuk 
menciptakan stabilitas keamanan di lokasi wisata, seharusnya Jasa 
Tirta cepat melakukan antisipasi dengan memperbanyak jumlah tenaga 
pengamanan. "Tujuan dibangunnya tempat wisata agar masyarakat bisa 
refreshing. Kalau sudah tidak aman, lantas apa yang mereka cari?" 
kata Pudji, yang juga salah satu pembicara dalam pelatihan 
mengantisipasi dampak kekeringan panjang terhadap bendungan tersebut. 

Sementara itu, berbagai elemen masyarakat mengungkapkan keprihatinan 
atas bom yang mengguncang Bali. Salah satunya FKUB (forum komunikasi 
antarumat beragama). Sikap FKUB ini ditandangani wakil dari PC NU 
Kota Malang, Ikatakan keluarga Besar Arema (IKB Arema), serta dua 
presedium FKUM yakni moh Syafik (Islam) dan Romo Benny S (Katolik), I 
Wayan legawa (Hindu), Bs Anton Triyono (Kong Hu Cu), Sudjarno 
(Budha), M Djayusman (penghayat kepercayaan).

Selain menghimbau kepada seluruh elemen dan dunia untuk sama-sama 
meberantas segala bentuk teriorisme, mereka meminta agar nama agama 
tidak dikaitkan dengan pengeboman tersebut. "Dalam hal ini FKUB akan 
terus menciptakan perdamaian di seluruh daerah," ujar pentolan FKUB 
Romo Benny S.

Sam halnya dengan FKUB, aktivis mahasiswa yang berasal dari PMII Kota 
Malang, DPC KMHDI, DPC KAMMI, DPC PMKRI, DPC GMKI, Sema STFT, serta 
Humanitas Malang juga merasa prihatin dengan peristiswa di Bali 
ini. "Tindak lanjut dari pernyataan sikap ini adalah dengan berbagai 
bentuk aksi jika aparat tidak bersikap tegas dalam tragedi ini," ujar 
Ketua PC PMII Subhan Salim.

Untuk itu, elemen mahasiswa akan tetap menggalang kekuatan untuk 
menyerukan pada aparat serta pemerintah yang dinilai bertindak lamab. 
Terutama kinerja intelejen yang tidak tanggap adanya terorisme di 
Indonesia. (dim/yn/ziz/tyo)