[Nusantara] Skenario Bali jadi daerah baru konflik antar-agama

gigihnusantaraid gigihnusantaraid@yahoo.com
Fri Oct 18 10:00:57 2002


Skenario Bali jadi daerah baru konflik antar-agama 

Pengantar: Ketua PB NU, Hasyim Muzadi benar-benar sibuk. Ia harus 
mondar-mandir Surabaya- Jakarta, dalam hitungan jam harus berada di 
dua tempat ini. Kesibukan semacam itu sebenarnya tak aneh bagi 
peengasuh Ponpes Al Hikam, Malang ini. Tetapi kesibukannya kali ini 
bagi Hasyim Muzadi terasa begitu penting. Ia harus berbicara panjang 
lebar, mencerahkan umatnya atas terjadinya kasus ledakan di Bali. Apa 
pendapat Hasyim mengenai kasus bom Bali? Berikut pernyataan-
pernyataannya saat berada di Kediri dan ketika diwawancarai wartawan 
Surya, lewat telepon dari Jakarta, Rabu (16/10). 


----------------------------------------------------------------------
----------

Kediri, Surya - Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi memperingatkan 
kepada semua pihak agar berhati-hati menyikapi peledakan bom di Bali, 
karena kalau salah Pulau Dewata itu bisa menjadi daerah baru konflik 
antar agama di Tanah Air. 

Pemerintah harus cekatan, kemungkinan ada provokator masuk yang 
membenturkan antaragama, di mana Islam di wilayah tersebut golongan 
minoritas. 

"Ini harus diwaspadai, tadi sore (kemarin,red) saya mendengar 
informasi ada gejala konflik antaragama. Ada peluang masuk, ini yang 
saya khawatirkan kejahatan kemanusian dihubungkan dengan agama. 
Masalahnya menjadi besar," papar KH Hasyim Muzadi menjawab pertanyaan 
wartawan seusai memberikan pengajian pada acara Ramah Taman Purna 
Siswa III Aliyyah di Ponpes Lirboyo, Kota Kediri, Selasa (15/10) 
malam. 

Tampak hadir pada acara tersebut Menag Prof Dr Said Agil Al Munawar. 
Serta sejumlah kiai khosh, antara lain Gus Maksum, KH Anwar Iskandar 
dan tuan rumah, KH A Idris Marzuqi. 

Sementara Wakil Ketua MPR dari FKB KH Cholil Bisri yang juga hadir 
pada acara itu mengatakan, kejadian itu sungguh luar biasa. Siapapun 
pelakunya perlu dikutuk, karena mereka sudah sangat tidak 
mempertimbangkan nyawa. 

Dalam Islam, apalagi menyangkut banyak nyawa, siapapun dia, membunuh 
seorang sama dengan membunuh seluruh manusia. Dalam Islam tidak ada 
ajaran seperti itu. 

Mbah Cholil, minta peristiwa bom Bali jangan dikaitkan dengan agama 
yang kemudian akan terjadi konflik antar agama. Kalau terjadi 
Indonesia bisa rusak. 

Sebelumnya saat berkhotbah, KH Hasyim Muzadi mengungkapkan ada kabar 
orang-orang Bali akan melakukan sweeping terhadap umat Islam. Itu 
dilakukan karena ada isu pengeboman itu dilakukan olah orang-orang 
Islam yang cemburu dengan rezeki penduduk Bali. 

Untuk itu kalau tidak hati-hati dalam menangani peristiwa tersebut, 
ada dua dampak yang timbul. Pertama, kalau pengusutan tidak tuntas, 
akan ternjadi tuduh menuduh serta pembentukan polarisasi opini 
publik. 

Ujung-ujungnya mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. "Sekarang kan 
sudah kelihatan, ada yang bilang skenario Amerika, ada yang bilang Al 
Qaeda, ada yang macama-macam. Padahal semua ini harus berdasarkan 
fakta, tidak boleh berdasarkan asumsi. Kalau asumsi didahulukan dia 
berpotensi untuk konflik," ujarnya. 

Yang kedua dampak internasional. Pertama kali terasa adalah ekonomi, 
karena ekspor impor terganggu. Sementara kurs rupiah akan turun dan 
faktor hegemonitas politik global untuk Indonesia juga akan bisa 
menurun. Dalam arti hubungan-hubungan internasional. 

Apalagi sekarang ada 37 negara yang dubesnya belum bisa diangkat, 
karena terkendala setiap pengangkatan harus melalui DPR sehingga 
terjadi keterlambatan. 

"Jadi ada penurunan kualitas diplomasi kita di luar negeri. Di 
samping kalau sampai agenda ini masuk PBB, Indonesia bisa 
dikucilkan," katanya. 

Oleh karenanya, sangat mendesak pemerintah melalui presiden 
mencanangkan gerakan anti terorisme yang didukung seluruh rakyat. 

Caranya tidak boleh tuduh menduduh, semuanya harus berdasarkan fakta 
yang ada. Dan bila ada yang ditangkap jangan diagamakan atau digiring-
giring ke agama, sebab itu berbahaya. 

Dan pemuka agama saat berkumpul di Bali, semua menagatakan tidak 
satupun agama yang membenarkan tindakan keji seperti itu. Sehingga 
bila ada orang beragama yang melakukan tindakan keji, berarti dia 
melawan nilai agamanya sendiri. 

"Maka jangan sekali kali menggiring nanti pelaku-pelaku kalau sudah 
tertangkap kepada agama atau institusi agama. Biarlah ini sebagai 
kejahatan kemanusian, diusut tuntas dan dihukum berat. Selebihnya 
tidak dibicarakan." paparnya. 

Gus Dur ngotot 

Beberapa jam sebelumnya, KH Abdurahman Wahid ditemui seusai menjadi 
pembicara utam di Haflah Ponpes Hidayatuf Thullab, Desa Petok, 
Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, bersikukuh pelaku pengeboman Bali 
adalah orang Indonesia. 

"Tidak perlu diarah-arahkan siapa orang Indonesia pelaku pengeboman 
itu. Yang penting bagaimana pihak keamanan meneliti apakah informasi 
yang saya terima itu betul atau tidak. Jangan gampang menyalahkan 
luar negeri" ujarnya menjawab pertanyaan para wartawan. 

Sebenarnya, lanjut Gus Dur tidak salah kalau ada pihak yang menyebut 
Indonesia sarang teroris. Dia selanjutnya mencontohkan 
sekelompokorang yang bebas berkeliaran dengan membawa pedang. 

Baik KH Hasyim Muzadi atau KH Cholil Bisri menyayangkan pernyataan 
Gus Dur tersebut. Termasuk juga dengan pernyataan Menhan Mathori 
Abdul Djalil yang menuduh Al Qaeda dibalik peristiwa tersebut. 

"Itu kan mendahuli penyidikan, seharusnya semua menunggu polisi. 
Bukan hanya Gus Dur, termasuk Menhan sendiri. Dia terlalu cepat 
memberikan reaksi, ada juga yang menuduh Amerika, itu sudah terlalu 
cepat," kata Hasyim Muzadi. 

Menurutnya hal itu tidak menyelesaikan masalah, malah mengembangkan 
masalah. Semua pihak arus berhati-hati jangan sampai pengeboman di 
Bali ini beranak konflik antar elemen bangsa. 

Dia belum bisa mengatakan siapa pelakunya. Hal itu bisa dilakukan 
satu golonga, bisa konspirasi. Juga bisa conditioning kemudian 
menjebak orang. "Semuanya serba mungkin, karena ini bukan peristiwa 
kriminil, ini peristiwa politik," imbuhnya. 

KH Cholil Bisri mengatakan pernyataan Gus Dur tidak perlu ditanggapi. 
Sebelum nyata-nyata tidak boleh ngarani (menuduh), sebaik serahkan 
kepada polisi. 

Pelakunya, masih menurut Cholil Bisri, bisa dari dalam negeri yang 
dibantu orang luar negeri. Kalau pun pelakunya dari luar negari, 
pasti ada pengikutnya di dalam negeri. 

"Serahkan polisi saja, kalau perlu bekerja sama dengan interpol yang 
punya peralatan canggih dan bisa menemukan siapa pelakunya. Dan 
ketika sudah ketemu pelakunya baru mengatakan dia yang bertanggung 
jawab," katanya. (gos/ofi)