[Nusantara] Milisi Perpanjang Konflik Poso
gigihnusantaraid
gigihnusantaraid@yahoo.com
Fri Oct 25 04:03:17 2002
Milisi Perpanjang Konflik Poso
PALU - Intelijen menengarai, milisi yang beroperasi di wilayah Poso
masih
banyak. Keberadaan mereka telah ikut memperpanjang konflik bernuansa
SARA di
Provinsi Sulteng (Sulawesi Tengah) itu. Mereka bergabung dengan
kelompok-kelompok eksklusif dan kelompok keagamaan.
Sumber intelijen menyatakan, para milisi itu mulai terlihat saat
pecah
kerusuhan Poso fase ketiga pada 23 Mei 2000. Kehadiran mereka
disebabkan
lemahnya jaminan perlindungan keamanan terhadap warga sipil yang
diberikan
pemerintah sebelumnya.
"Banyaknya korban jiwa dari kalangan warga sipil serta harta-benda
mereka
ketika pecah kerusuhan fase ketiga itu memicu kehadiran milisi-
milisi
dengan
cara menggabungkan diri ke dalam lingkungan kedua kelompok
bertikai,"
ujar
sumber tersebut.
Tapi, menurut sumber itu, kemampuan milisi di wilayah Poso sangat
terbatas.
Hal itu berbeda jauh dengan AFRC di Kolombia, Macan Tamil Elam di
Srilangka,
atau HAMAS di Palestina yang memiliki persenjataan modern.
"Mereka yang di Kabupaten Poso umumnya hanya menggunakan persenjataan
tradisional seperti golok, tombak, dan senjata api rakitan," ujarnya.
Sumber tersebut juga mengatakan, aparat keamanan hingga kini belum
menemukan
indikasi keterkaitan gerakan milisi-milisi tersebut dengan jaringan
terorisme internasional. "Dugaan ke arah itu memang ada. Namun,
sampai
sekarang masih terus diselidiki," jelasnya.
Dia menolak menyebutkan kelompok-kelompok milisi tersebut. Namun, dia
mengakui, banyak warga Poso mengetahui adanya Pasukan Kelelawar,
Brigade
Manguni, Laskar Jihad, Laskar GEM (Gerakan Efendy Manoarfa), dan
lainnya.
Khusus Laskar Jihad secara nasional sudah dibubarkan pada 14 Oktober
2002.
Sebagian besar eks anggotanya yang bertugas di daerah konflik Poso
telah
kembali ke daerah asal mereka.
Para tokoh milisi yang banyak berasal dari luar Sulteng itu mampu
menjalin
hubungan baik dengan kedua kelompok bertikai di Poso. "Membesarnya
konflik
Poso salah satunya disebabkan adanya pemasyarakatan doktrin
keagamaan
yang
bersifat ekstrem kepada kedua kelompok yang bertikai," tuturnya.
Guna memulihkan kondisi kamtibmas di daerah konflik Poso, sumber
tersebut
menyarankan, kelompok-kelompok yang menjadi kendaraan para milisi
tersebut
perlu dibubarkan. Orang-orang luar juga harus segera dipulangkan.
"Tapi,
pemulangan mereka itu harus disertai perbaikan sistem perlindungan
keamanan
bagi warga sipil setempat, termasuk harta benda mereka," katanya.
Kapolda Sulteng Brigjen Pol Drs Zainal Abidin Ishak SH membenarkan
kehadiran
laskar-laskar yang mirip para militer di wilayah Poso itu, terutama
setelah
pecah konflik bernuansa SARA fase ketiga pada 23 Mei 2000.
"Memang, seyogianya, semua yang bernama laskar di Poso dan di mana
pun
di
negeri ini harus dibubarkan. Mereka perlu mengikuti cara yang sudah
dilakukan Laskar Jihad," tegasnya. (jpnn/ant)