[Nusantara] Bom di Legian Berbobot 100 Kg

gigihnusantaraid gigihnusantaraid@yahoo.com
Fri Oct 25 04:04:47 2002


Bom di Legian Berbobot 100 Kg

KUTA - Penelitian tim investigasi gabungan Polri dan kepolisian 
mancanegara
menyimpulkan, pada 12 Oktober lalu terjadi tiga kali ledakan bom di 
Pulau
Dewata.

Pertama, bom jenis TNT satu kilogram meledak di bagian bangunan 
Paddy's 
Bar
di Jalan Raya Legian Kuta dan kedua tidak jauh dari tempat itu, 
yakni 
di
depan Kafe Sari Club.

"Yang di depan Kafe Sari Club, bom jenis RDX berbobot 50-100 
kilogram,
sehingga ledakannya begitu dahsyat," kata Brigjen Pol Drs Edward 
Aritonang,
kepala penerangan tim investigasi kasus bom di Legian, kepada 
wartawan 
di
Kuta, Senin petang.

Didampingi Bredtswan, ahli forensik dari Australian Federal Police 
(AFP),
Edward mengungkapkan, ledakan yang ketiga terjadi di daerah Renon, 
dekat
kantor Konsulat Amerika Serikat. Ledakan yang terakhir itu diketahui
menggunakan bom jenis TNT berbobot sekitar 0,5 kilogram.


"Jadi, itu yang paling kecil dari rentetan letusan yang nyaris 
bersamaan
pada Sabtu (12/10) malam itu," ucapnya.

Ledakan di Renon tidak menimbulkan korban jiwa dan luka-luka, kecuali
sebatang pohon pelindung jalan rebah. Yang di Legian merenggut 185 
nyawa dan
ratusan yang lain luka-luka.

Ditanya soal pelaku peledakan itu, Edward menyebutkan, hingga kini 
hal
tersebut masih dalam penyelidikan dan pelacakan. "Kami sudah 
memeriksa 
70
saksi untuk mengungkap kasus itu. Nmaun, hingga kini belum ada yang 
mengarah
kepada tersangka pelakunya," kata Edward yang juga Wakaba Humas 
Polri 
itu.

Diperpanjang

Dia mengungkapkan, kegiatan olah tempat kejadian yang semula akan 
diakhiri
pada Rabu (23/10) mendatang, akhirnya akan diperpanjang hingga akhir 
Oktober
nanti.

"Jadi, pada awal November 2002 baru kami bisa buka police line yang 
selama
ini mengitari lokasi bekas ledakan bom di Legian, Kuta itu," katanya.

Pengunduran pembukaan lokasi peledakan tersebut dilakukan setelah 
pihaknya
diminta oleh warga Desa Adat Kuta. Mereka meminta lokasi peledakan 
jangan
dulu dibuka, karena masih diperlukan untuk pelaksanaan upacara 
keagamaan.
"Baru saja kami menerima permintaan itu," ujarnya.

Upacara mecaru yang akan dilakukan warga Desa Adat tersebut 
dimaksudkan
untuk membersihkan secara niskala/gaib terhadap aneka "kotoran" di 
bekas
ledakan yang banyak terdapat korban jiwa itu, kata Edward.

Guna memperhatikan keinginan yang bertalian dengan kepercayaan adat 
dan
agama itulah, pembukaan TKP diundur hingga awal November mendatang.

Ledakan bom pada 12 Oktober lalu di Legian, Kuta tersebut, hingga 
kini
tercatat menelan 189 korban tewas dan 328 yang lain mengalami luka-
luka
gores, bakar dan menganga cukup serius.

Selain itu, ledakan juga merusak puluhan bangunan yang enam di 
antaranya
ambruk total, menghanguskan 20 mobil, 6 sepeda motor, barang-barang 
dan
fasilitas umum yang lain.

Perangkat I-site

Sementara itu, tim investigasi kasus peledakan bom di Legian, Kuta, 
kini
memasang perangkat i-site di lokasi kejadian guna merekam pernik-
pernik
tragedi tersebut.

Perangkat berbasis komputer milik Australian Federal Police (AFP) 
itu,
dikerahkan untuk melengkapi hasil penelitian sebelumnya oleh tim 
forensik
mancanegara.

Brad Amstrong, anggota AFP ketika ditemui di lokasi kejadian 
mengatakan,
pengoperasian i-site itu untuk menyapu detail fakta dan data yang 
luput 
dari
pengamatan sebelumnya.

"Dengan perangkat tersebut, akan diketahui di mana posisi ledakan 
bom 
yang
sebenarnya dan unsur-unsur apa saja yang timbul dari ledakan 
tersebut,"
ucapnya.

Dia menyebutkan, dengan mengetahui posisi dan kandungan kimia serta 
bahan
lain dari benda yang meledak, akan dapat terkuak jenis barang yang 
telah
memorak-porandakan kawasan Legian tersebut.

Selain itu, lanjutnya, pengoperasian perangkat itu juga untuk mencari
pernik-pernik lain yang berhubungan dengan aksi teroris di Legian.

Tingkatkan Intelijen

Australia kemarin menyatakan akan meningkatkan kehadiran 
intelijennya 
di
Indonesia saat negara tersebut mengeluarkan peringatan-peringatan 
lebih
keras tentang risiko potensial bagi warga Barat setelah pengeboman 
di 
Bali.

Organisasi Intelijen dan Keamanan Australia (ASIO) telah meningkatkan
operasi-operasi pengumpulan data intelijen di Indonesia, menyusul 
serangan
kamikaze di AS 11 September tahun lalu. Namun, operasi itu mungkin
diperbesar setelah kasus di Bali.

"Suatu keputusan telah diambil untuk segera meningkatkan kehadiran 
ASIO 
di
Indonesia," kata Jaksa Agung Daryl Williams kepada parlemen.

Langkah itu diambil saat PM John Howard mengatakan, beberapa korban
pengeboman 12 Oktober lalu di Bali mungkin tidak pernah 
teridentifikasi.
Tragedi tersebut merenggut lebih dari 180 nyawa.

Setelah pengeboman di Bali, Pemerintah Australia menyatakan menerima 
laporan
intelijen baru tentang ancaman serangan terhadap warga Barat di 
Indonesia.
Negara itu kembali mengimbau warganya agar meninggalkan Indonesia 
jika
mungkin dan menunda semua perjalanan yang tidak penting. Nasihat 
serupa
dikeluarkan oleh Pemerintah Inggris. (rtr,niek, ant-16ek)