[Nusantara] BIN Gelar Operasi Intelijen di NTB

gigihnusantaraid gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Oct 29 11:01:29 2002


BIN Gelar Operasi Intelijen di NTB

JAKARTA - Badan Intelijen Negara (BIN) benar-benar ingin bergerak 
cepat.
Sejak keluar inpres yang memberikan kewenangan fungsi koordinasi 
kepada
lembaga-lembaga intelijen lainnya, BIN menggelar operasi intelijen.

Ke mana? Sasaran operasi intelijen yang dipimpin Deputi BIN Mayjen TNI
Muchdi P.R. itu adalah NTB. Sebab, ada salah seorang WNI asal Sumbawa 
yang
diduga sebagai tersangka peledakan bom di Legian, Bali.

Sumber Jawa Pos di lingkungan intelijen menyebutkan, operasi tersebut 
juga
melibatkan unsur intel TNI, Polri, kejaksaan, dan imigrasi. Mereka 
tergabung
dalam Satuan Tugas Intelijen Gabungan (Satgas Intelgab) yang khusus 
dibentuk
untuk menguber para tersangka kasus pengeboman di Bali.

Dia membenarkan bahwa saat ini sejumlah orang menjadi target 
intelijen.
Mereka diduga sebagai pelaku pengeboman di Bali. Dua di antara mereka
berkewarganegaraan asing, yang diduga berasal dari Yaman. Satu 
tersangka
lagi dari Indonesia asal Sumbawa.

Aktivitas dan gerak-gerik WNI asal Sumbawa itu terus dipantau. 
Bahkan, 
Tim
Intelgab sudah disebar ke seluruh wilayah NTB beberapa hari 
lalu. "Saya
kira, tak lama lagi si pelaku asal Indonesia itu dapat ditangkap," 
katanya.

Sebelumnya, Asisten Sosial dan Kemasyarakatan Kepala BIN Muchyar Yara
mengakui ada operasi intelijen gabungan yang dipimpin Muchdi P.R. Dia
memastikan, tim yang dipimpin mantan komandan Kopassus itu sedang 
mencari
para tersangka kasus pengeboman di Bali. Hanya, dia tak menjelaskan 
lokasi
operasinya.

Muchyar sendiri menyatakan rasa optimismenya terhadap operasi 
intelijen 
yang
sedang dilakukan Muchdi P.R. Bahkan, dia memastikan, dalam tempo tak 
lama
lagi, tersangka pelaku pengeboman Bali sudah terungkap.

Mengenai operasi intelijen gabungan yang dikoordinasi BIN, menurut 
Muchyar,
hal itu tak lepas dari kehadiran Inpres No 5 Tahun 2002. Dengan 
begitu,
mulai terasa efektivitas operasi intelijen yang dilakukan.

"Selama ini, yang jadi titik lemah lembaga-lembaga intelijen di 
Indonesia
adalah tidak adanya fungsi koordinasi," ujar Muchyar kepada Jawa Pos.

Muchyar mengakui, sejak tidak adanya fungsi koordinasi, badan-badan
intelijen yang ada berjalan sendiri sesuai fungsi masing-masing. 
Padahal,
ada masalah lintas sektoral yang tidak mungkin ditangani salah satu 
badan
intelijen tersebut. Misalnya, operasi pengungkapan kasus pengeboman 
Bali.

Masalah itu tidak akan berhasil kalau badan-badan intelijen yang ada 
hanya
bekerja sendiri-sendiri. Karena itu, perlu ada koordinator dari sebuah
operasi intelijen sehingga memudahkan penanganannya.

Apakah BIN tidak khawatir tugasnya bentrok dengan badan intelijen lain
karena faktor ego kesatuan? Muchyar memastikan hal itu tidak akan 
terjadi.
Sebab, masing-masing badan intelijen tetap bekerja di sektor 
masing-masing
yang hasilnya nanti tinggal dikoordinasi lewat BIN. Contohnya, intel 
polisi
menjalankan tugas kepolisian. Begitu juga intel dari TNI.

Hanya, kalau ada kasus yang memerlukan penanganan lintas sektor, di 
situlah
BIN mengambil alih kasus tersebut. "BIN kemudian merinci tugas-tugas
operasional khusus terhadap kasus yang dianggap lintas sektoral itu,"
paparnya. (nev)