[Nusantara] OPINI tentang AGAMA

gigihnusantaraid gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Oct 29 11:04:43 2002


 OPINI tentang AGAMA---->Re: [ppi-jepang] Digest Number 687 
       
 


Wah-wah, diset daily digest, rupanya seru juga
jadinya. Aha, yang di negeri sini sampai 'budeg'
telinga diteror berita bom (memang bom itu
teroris kok sekarang ini, bahkan semenjak di-
ketemukan alat ledak berupa dynamite oleh 
Nobel, sudah ditengarai akan menjadi teroris
dahsyat di belakang hari (dan sayangnya sangat
terbukti dengan teror bom akbar, Nagasaki-Hiroshima,
bukan?) sampai sang penemu menyediakan hadiah
NOBEL), yang di mailing list ppi-jepang@ahak-ahak.jp
beropini ria tentang agama... wuik edan!

Baiklah buat menghibur diri sendiri, aku mau 
nulis tentang agama. Tapi bukan agama yang 
formalized dan legalized lho... tapi agama dalam
artian agama yang aku fahami sebagai orang
Jawa yang terlalu bangga menjadi Indonesia.

Tapi ada baiknya pula aku kemukakan bahwa
di Jepang situ pernah dilakukan sensus penduduk
dan diteliti tentang spiritualitasnya, yaitu ingin
dianalisis berapa jumlah penduduk yang beragama-
nya dibanding dengan jumlah penduduk total.
Al hasil, ketika penduduk Jepang ini masih 120 juta
(berarti sekitar 7 atau 8 tahun yang lalu) ternyata
didapati 200 juta penduduk beragama. Jadi kalau
diproporsikan saja sudah 'geseh' masak ada riligionized
people suatu negeri kok 200/120 x 100% ? (hitunglah
sendiri). Belum lagi tentunya penduduk yang beragama
itu adalah yang sudah BALIGH. Lha lantas gimana tuh?
(kuncinya: SALAH bila ada orang berkata bahwa
orang/bangsa Jepang itu umumnya tidak BERAGAMA!)
-------

Nah sekarang agama itu apa? 
Orang sering mengartikan agama secara keliru dengan
bahasa Sanskerta, dengan a = tidak dan gama = kacau.
Jadi agama = tidak kacau.... weleh, dari manaaaa tuh?
Kemudian ada yang menyatakan bahwa agama itu
didefinisikan dengan meminjam bahasa lain lagi yaitu
'Arab dengan 'Diin' (= jalan?). Yaaah terserahlah, yang
jelas dengan pengertian-pengertian itu agama menjadi
sempit. Karena menjadi sempit, orang (baik mengatas-
namakan seseorang nabi atau wali atau ketua sekte,
atau sekedar panglima sebuah laskar) dengan seenak-
nya menamai agama menjadi berbagai nama. Membagi
agama menjadi 2, katanya ada agama langit ada agama
budaya... wuik..... sombong amat!

Orang menganggap agama langit datangnya dari Timur
Tengah, karena para nabi yang dianggap sebagai utusan
TUHAN kebanyakan (atau semua? gimana dengan Adam,
Nuh, dan beberapa nabi yang konon hanya selisih
beberapa generasi saja dari manusia yang dianggap 
sebagai manusia pertama itu) dari Timur Tengah.
Agama-2 selain itu dianggap sebagai agama kebudayaan.
Lho.... kok berani ya?
----

Baik sekarang aku mau menyatakan sesuatu tentang
agama dari bahasa Jawa Kuno dan Kawi. Awalan 'a' dalam
kedua jenis bahasa yang sering berimpit makna ini 
artinya 'berbuat' atau 'melaksanakan'. Misal saja 
dari pepatah jawa modern: "RUKUN AGAWE SANTOSA".
Atau bahasa-bahasa daerah yang masih menyisakan
kedua bahasa itu, misalnya Madura dengan Agelek =
tertawa (gelek = tawa), alakok = berjalan (lakok = jalan).

Nah sekarang apa artinya gama?
Dalam 2 bahasa yang sering digunakan sebagai bahasa
sastra Jawa kuna itu 'gama' bermakna 'ajaran'. Dari
situ misalnya kemudian muncul sastra kuna berjudul
ASMARAGAMA = ajaran-ajaran tentang asmara (;=))]
Nah jadi dapatlah kita maknai sekarang gama dalam
agama itu apa. Agama no gama to iu no ha nan desuka?
Tak lain adalah ajaran menempuh hidup. Di Hindu dan Budha
ada istilah DHARMA, di Islam ada Syari'at, di Kristen ada
Etika (kalau ndak salah), di Jawa ada LAKU. Itulah
menurutku yang disebut agama no gama itu! 

Kebetulan kemarin studio ANTEVE mengakhiri sinetron
kolosal dari India, Mahabharata, dengan keterangan
bagus sekali di penghujung cerita, yaitu ajaran Maha
Guru Viyasa. Ajaran yang disampaikan oleh saudara
tiri Viyasa, DEVA BHARATA (Bhisma) menjelang dia
berpamitan untuk kembali ke sorga-loka kepada cucu-2
pemenang Bharatayuda, para Pandawa disaksikan oleh
Vasu Deva (Krishna). Dinyatakan bahwa Dharma adalah
keseimbangan antara HAK dan KEWAJIBAN hidup
seorang manusia, bahkan semua malhluk. Baik yang
ditengarai sebagai makhluk berjiwa dan berpikiran
sampai yang dianggap sebagai benda mati, seperti
laut, gunung, langit, matahari, batu, molekul, atom,
foton, elektron dan sebagainya. Karena apa?

Karena belum ada yang bisa menyimpulkan dimana
batas kecilnya materi dan batas mahabesarnya
jagat raya. Juga belum ada yang menyatakan bahwa
jagat raya ini benda hidup atau mati. Yang bisa di
laksanakan ya baru dharma masing-masing. Dharma
yang sangat tergantung kepada status, budaya
dan akal budi.

Nah tak usah panjang-panjang lagi.. karena memang 
takut kepanjangan... Di negeriku tercinta ini, khususnya
di lingkup budaya Jawa, ada suatu faham spiritualisme
azasi, bermata tiga yaitu:
1. MANEMBAH kepada yang berhak disembah
2. MANUHI (bersahabat) dengan semua isi alam
3. MEMAYU HAYUNING BAWANA (berusaha keras
   untuk keselamatan dunia)

Manembah, artinya berbuat 'tunduk' bukan karena
sekedar takut siksa, takut dosa dan ingin pahala,
melainkan memang SESEMBAHAN itu ya harus
disembah. Sampai-sampai karena manusia (Jawa)
tidak mampu menggambarkan DIA, disebut saja
menjadi KANG TAN KINAYANGAPA (Yang tidak ada
perumpamaannya).

Manuhi segala isi alam. Bersahabat dengan alam,
mencari keseimbangan. Maka orang jawa kenal
dengan istilah Sedulur Papat Lima Pancer. Saudara
mereka berada di 4 mata angin dan juga di pusat
tempat dianya berada. Simak saja dan coba jawab
pertanyaanku ini: "Siapakah Ki Sanak sebenarnya?
Untuk apa dan mengapa serta akan kemana
sehingga Ki Sanak ada?" 

Memayu hayuning bawana adalah kesimpulan
implementatif Manembah dan Manuhi alam itu.
Maka dari itu bahasa timur (jawa, sunda, jepang)
selalu kenal dengan bahasa halus. Bahasa yang
dipergunakan terhadap orang yang baru dikenalnya
atau yang lebih tua. Memang sepele, tapi itulah
wujud dari implementasi MANEMBAH dan 
Manuhi alam. (Bayangkan saja seandainya
2 orang jawa bertengkar tetapi dengan bahasa
kromo... mustahil bukan? atau orang jepang berteng-
kar dengan Keigo.... lucu bukan?).

Nah saudara-saudara adakah ajaran spiritualisme
yang mencakup 3 mata tersebut selain budaya
Timur kepulauan? Adakah sebutan sesama dengan
Ki Sanak, atau - San (untuk Jepang) pada lingkup
budaya atau ajaran agama yang lain? Tata cara untuk
bergaul seperti itu, terus terang aku belum menemukan
pada ajaran-ajaran agama, termasuk agama yang
aku anut, yaitu ISLAM. 

Yang ada yaaaa pengkastaan. Ada kasta ulama, kyai haji,
santri, abangan dan lain-lain. Dimana suatu kasta
mendominasi 'hak' spiritual umat awam. Bahkan kasta
itu sekarang kembali dikait-kaitkan dengan darah ke-
turunan. Sebutan Habieb misalnya. Termasuk juga
sebutan Imam, Pendeta, Pastor, Biarawan dan sebagainya.

Ah, lama-lama aku sadar, bahwa ajaran-ajaran agama
legal dan formal sekarang ini semuanya adalah
produk IMPOR bagi budaya nusantara, apalagi budaya
jawa. Dahulu nenek-moyangku berhasil membangun
budaya yang kuat dan disegani. Dalam wujud Srivijaya,
sayang melumpuh karena campur tangan pemerintahan
(Dharma Raja) terhadap spiritualitas rakyat terlalu kuat.
Sriwijaya konon melemah, karena kuatnya agama
Budha.

Kemudian terbit Majapahit. Ini pun mengulangi sejarah
masa lampau. Dharma Raja sampai membuat lembaga
Sapta Prabu, termasuk di dalamnya pimpinan-2 agama.
Dan lemah pula dengan masuknya Islam, bukan?

Nah sekarang Islam kelihatannya menguat di Negeri
ini. Namun sayang menguatnya bukan menyangkut
isi (atau dalam kejiwaan) para penganutnya, melain-
kan sebatas baju-baju kekuasaan dan 'merasa'
dominan dari komponen-komponennya. Apa iya,
negeri ini yang sekarang skalanya adalah NKRI,
bukan hanya Sriwijaya (dominan jawa-sumatera) ma-
upun Majapahit (dominan jawa), melainkan meliputi
17.000 pulau Nusantara, ini akan melemah gara-
gara agama lagi?

Tidakkah kita bisa melacak apa sumber penyebab
PERANG SALIB? Tak lain dan tak bukan hanya
berebut TANAH SUCI, makam Ibrahim, bukan? 
Kalau begitu kan sama saja berebut (bangsa-bangsa
itu) untuk menjadi semacam JURU KUNCI MAKAM?

Dan dulu perang salib itu berkesudahan dengan
penghinaan luar biasa atas umat beragama di TimTeng
serta Eropa. Disapu bersih oleh suatu bangsa yang
'liar', tidak beragama dan sak kepenake dhewe....
yaitu Jengish Khan dengan badai dari Timurnya,
berupa bangsa Mongol. 

Dan kini, rame-rame bernuansa agama kembali di-
sediakan bahan ledekan oleh Yang Maha Kuasa,
yaitu dengan makhluk yang disebut dengan TEKNO-
LOGI. Teknologi BOM.

Sekian, terimakasih dan maaf bila kepanjangan.

KDP - sedang memaknai hadirnya Bom sebagai
          alat beragama modern.
----------------------------------------