[Nusantara] "Ambon" : Buta Huruf dan Kegagalan Pendidikan

Ra Penak edipur@hotmail.com
Mon Sep 2 09:44:19 2002


"Ambon" : Buta Huruf dan Kegagalan Pendidikan
30 Aug 2002 21:46:05 +0200

SUARA PEMBARUAN DAILY
--------------------------------------------------------------------------------
TAJUK RENCANA

Buta Huruf dan Kegagalan Pendidikan

Masalah buta huruf dan lupa huruf menarik untuk diamati. Masalah ini
berkorelasi dengan lemahnya pengelolaan pendidikan mengakibatkan
tingginya angka drop out (DO) atau putus sekolah. Dalam konteks inilah, kita
perlu mencermati berita harian ini bahwa ''Sebanyak 18,7 juta penduduk
Indonesia masih buta huruf'' (Pembaruan, 28/8). Artinya, jumlah penduduk
Indonesia yang buta huruf saat ini tercatat 18,7 juta orang. Sebanyak 6
juta penduduk buta huruf berusia 10 sampai 44 tahun dan 12,8 juta
penduduk berusia 45 tahun ke atas.

Angka buta huruf yang tinggi itu akibat masih besarnya jumlah siswa
putus sekolah di tingkat SD kelas satu sampai kelas tiga sebanyak 250.000
tiap tahun yang sangat potensial untuk kembali menjadi buta huruf dan
lupa huruf.

Sengaja kita mengungkapkan data-data itu untuk menunjukkan bahwa
Departemen Pendidikan Nasional gagal melaksanakan tugasnya mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dengan kata lain, kurang efisien dan efektifnya
pengelolaan pendidikan mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan. Dampak lebih
jauh, Indonesia akan kehilangan satu generasi. Ka-lau demikian halnya,
bagaimana kita bisa bersaing secara global? Yang jelas, kita sebetulnya
telah gagal menerapkan wajib belajar sembilan tahun, di mana seharusnya
setiap anak diwajibkan masuk SD dan SLTP.

Fenomena buta huruf dan lupa huruf memang sulit untuk dibuktikan secara
empiris, namun kita dapat memahaminya. Sebab, berdasarkan pengalaman,
putus sekolah merupakan konsekuensi logis dari kesulitan ekonomi
orangtua, tidak adanya motivasi belajar, dan kurang gizi.

KEMBALI ke persoalan pokok. Korelasi antara tingginya angka putus
sekolah dengan kurang efisien dan efektifnya pengelolaan pendidikan, harus
dilihat dari aspek lain. Putus sekolah merupakan salah satu indikator
rendahnya efisiensi pendidikan.

Dalam konteks itulah, kita perlu menyadari bahwa aspek pengelolaan
sistem pendidikan yang efektif dan efisien memegang peranan yang penting
dalam keseluruhan proses belajar-mengajar. Untuk itu, diperlukan satu
sistem pengendalian dan pengawasan yang didukung oleh keterlibatan semua
pihak, yaitu orangtua, lingkungan sekolah (guru) dan masyarakat,
terutama pengelolaan pendidikan yang profesional dan partisipatif. Kita 
memang
merasa optimistis jika anggaran pendidikan nasional sesuai dengan
amanat UUD 1945 yang diamendemen mencapai alokasi anggaran sebanyak 20
persen, betul-betul dimanfaatkan untuk pendidikan. Keputusan itu sangat
membantu percepatan jumlah pengentasan jumlah buta huruf.

KITA mau mengatakan, upaya menyelamatkan generasi muda dari buta huruf
seharusnya menjadi skala prioritas pemerintah karena angka buta huruf
menjadi indikator dalam menghitung Human Development Index (HDI).
Sehubungan dengan itu, perlu memberikan pelayanan secara terpadu terhadap
anak, yang mencakup pendidikan, kesehatan, dan gizi. Padahal, ketiga aspek
tersebut punya korelasi dan saling keterkaitan satu sama lain dalam
upaya mempersiapkan agar kelak mereka siap memasuki sekolah.

Kita menyadari, situasi anak-anak saat ini makin rumit dalam upaya
untuk memberi kesempatan bertumbuh dan berkembang secara wajar. Memang
sudah tampak kemauan politik dan komitmen tinggi pemerintah terhadap
anak-anak, misalnya adanya RUU tentang Perlindungan Anak, yang sekarang
ditunda.

TANPA mengabaikan tujuan yang ideal dari RUU itu, kita hendak
mengatakan, anak-anak yang putus sekolah akhirnya menjadi pekerja di sektor
formal maupun informal, dan kemudian menjadi anak jalanan. Kita hendak
mengatakan, anak sebagai harapan masa depan keluarga, masyarakat dan
bangsa, perlu diberikan pembinaan terencana dan terarah sedini mungkin,
bahkan sejak dalam kandungan. Kita perlu galang gerakan masyarakat terhadap
anak-anak. Sebab itu, perlu tindakan konkret, mungkin program khusus
untuk meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan hak-hak anak untuk
belajar dan memperoleh pendidikan dasar yang pantas dan layak.



_________________________________________________________________
MSN Photos is the easiest way to share and print your photos: 
http://photos.msn.com/support/worldwide.aspx