[Nusantara] "He-Man" <fokus@bdg> : Politik TKW Arroyo nan Jitu
Ra Penak
edipur@hotmail.com
Thu Sep 12 13:49:00 2002
"He-Man" <fokus@bdg> : Politik TKW Arroyo nan Jitu
8 Sep 2002 19:36:15 +0700
Politik TKW Arroyo nan Jitu
SANGAT menarik memperhatikan sikap dan langkah-langkah yang ditempuh
Pemerintah Filipina, khususnya Presiden Gloria Macapagal-Arroyo,
dalam dua pekan terakhir dalam menangani masalah pemulangan oleh
Malaysia ribuan warga Filipina yang berstatus penduduk dan pekerja
ilegal di negeri jiran itu.
Pendeportasian besar-besaran imigran gelap Filipina dilakukan
menyusul diberlakukannya undang-undang keimigrasian Malaysia yang
baru, awal Agustus lalu, yang mengancam kaum pendatang haram dengan
berbagai hukuman berat, termasuk hukuman cambuk dengan tongkat rotan.
Pada Kamis, 29 Agustus lalu, Arroyo dikabarkan khusus terbang ke
Bongao, kota pelabuhan di wilayah paling selatan Filipina, untuk
menyambut kedatangan lebih dari 1.000 warganya yang dideportasi dari
Malaysia. Dalam sebuah berita foto diperlihatkan Arroyo tengah
membantu seorang ibu menuntun anaknya saat baru turun dari kapal
angkatan laut yang mengangkut mereka dari Sabah, wilayah Malaysia di
Kalimantan bagian utara.
Pada saat sama, beredar isu yang menyebut adanya 13 anak yang
meninggal dunia karena dehidrasi dan penyakit paru akibat buruknya
kondisi tempat penampungan imigran di Sabah, Malaysia timur.
Filipina segera bereaksi meski Corazon Soliman, menteri
kesejahteraan sosialnya, memastikan jumlah anak yang tewas hanya
tiga orang.
Jumat pekan lalu Arroyo secara pribadi menelepon Mahathir,
menyampaikan keprihatinannya tentang berita tersebut. Hasilnya,
Mahathir setuju memenuhi permintaan Arroyo agar Malaysia
menangguhkan proses pemulangan para pekerja gelap Filipina. Dalam
sebuah pernyataan pers yang dikeluarkan pada Sabtunya, Mahathir juga
menyatakan tak berkeberatan dengan rencana Arroyo mengirim delegasi
khusus untuk mengecek kondisi di kamp-kamp penampungan imigran gelap
yang akan direpatriasi.
SIKAP dan langkah-langkah Filipina ini menunjukkan keseriusan
Pemerintahan Arroyo membela kepentingan warganya yang terdeportasi
dari Malaysia. Hingga saat ini jumlah imigran gelap Filipina yang
sudan dipulangkan berjumlah sekitar 12.000 orang, dan akan terus
bertambah jika tidak dihentikan.
Taktik diplomasi Arroyo yang jitu telah mengubah posisi Malaysia
dari pihak yang pada awalnya merasa superior dan benar menjadi pihak
yang terkesan bersalah dan tersudut karena tudingan pelanggaran hak-
hak asasi manusia. Sebaliknya, hal itu membuat Filipina memiliki
posisi tawar lebih kuat, yang dapat memaksa Malaysia memenuhi,
sampai tingkat tertentu, berbagai tuntutan Filipina demi kepentingan
warganya yang terperangkap dalam undang undang keimigrasian baru
Malaysia.
Setelah mengunjungi sebuah kamp pendeportasian di Kota Kibabalu,
ketua delegasi pencari fakta Filipina Nur Jaafar, hari Rabu lalu
mendesak Malaysia memperbaiki kondisi tempat-tempat penahanan itu,
terutama yang diperuntukkan bagi kaum perempuan dan anak-anak,
sampai sesuai dengan hukum internasional.
Filipina mendapatkan peluru baru untuk menyodok Malaysia setelah
diterimanya laporan yang menyebut seorang gadis Filipina berusia 13
tahun telah menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan seorang
polisi Malaysia saat ia tinggal di sebuah kamp pendeportasian di
Sabah untuk menunggu giliran pemulangan. Rabu malam lalu, Arroyo
mengirim surat kepada Mahathir, mendesak agar tersangka pelakunya
segera dituntut ke pengadilan.
Hari berikutnya, Kamis, Menteri Luar Negeri (Menlu) Filipina Lauro
Baja bahkan menyatakan, Pemerintah Manila tengah mempelajari
kemungkinan mengajukan protes melalui komisi hak-hak asasi manusia
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berkenaan dengan insiden yang
terjadi di sebuah pusat pendeportasian di Kota Kinabalu itu. Meski
Baja mengatakan tak berharap hubungan kedua negara terganggu,
rencana membawa perkara ini ke forum internasioal dapat dipastikan
membuat Malaysia kian merasa tersudut.
Bukan baru kali ini Arroyo menunjukkan perhatian yang besar kepada
kaum pekerja, terutama tenaga kerja wanita (TKW), Filipina yang
bekerja di mancanegara. Setiap melakukan lawatan resmi ke
mancanegara, Arroyo hampir dapat dipastikan akan menyempatkan diri
bertemu dengan para TKW-nya.
Saat berkunjung ke Singapura, Agustus tahun lalu, misalnya, Arroyo
sengaja menjadwalkan pertemuan dengan kaum perempuan Filipina yang
bekerja di negara pulau yang kaya itu. Berbagai media massa ketika
itu melaporkan, Arroyo disambut dengan sukacita oleh lebih dari
seribu TKW Filipina di Singapura, yang sebagian besar berprofesi
sebagai pekerja rumah tangga (PRT).
Dalam kesempatan itu Arroyo menyampaikan pujiannya kepada kaum
permpuan bangsanya itu, yang rela meninggalkan keluarga dan kampung
halaman tercinta, untuk mencari nafkah di luar negeri. Di Singapura
terdapat sekitar 120.000 tenaga kerja Filipina, 80.000 di antaranya
adalah perempuan PRT.
***
KENAPA Arroyo begitu serius dan gencar memperjuangkan nasib para
tenaga kerja, khususnya TKW, Filipina di luar negeri? Apa latar
belakang yang membuatnya memberi perhatian begitu besar kepada
mereka?
Jawabannya, mungkin, adalah karena Arroyo seorang presiden yang
kebetulan juga seorang doktor ekonomi. Itu sebabnya ia menjadi
sangat paham arti penting para pekerja migran Filipina sebagai
pemasok devisa yang ikut menunjang perekonomian negaranya.
Suatu ketika Arroyo pernah berkata, terdapat sekitar tujuh juta
warga Filipina yang bekerja di berbagai negara lain. Setiap tahun
mereka mengirim uang ke Filipina sekitar 8 milyar dollar AS.
Secara politis, dukungan kepada Arroyo di dalam negeri sesungguhnya
amat rapuh. Begitu diangkat menjadi presiden pada awal 2001, setelah
menggulingkan pendahulunya Presiden Joseph Estrada lewat aksi massa
People Power II yang dipimpinnya, berbagai manuver politik terus
dilakukan lawan-lawan politik yang berniat menggoyang
kepemimpinannya.
Usaha-usaha oposisi dalam negeri menggoyang posisi Arroyo kian
memudar seiring dengan makin giatnya ia memperhatikan nasib wong
cilik, termasuk kaum pekerja Filipina di mancanegara. Segenap rakyat
Filipina tampaknya terpesona pada sikap keibuan yang ia tunjukkan
pada kelompok-kelompok yang selama ini terabaikan dan terpinggirkan.
Arroyo menyadarkan rakyat Filipina bahwa para pekerja, khususnya TKW
Filipina yang rela mencari nafkah sampai ke luar negeri sesungguhnya
para pahlawan yang ikut berjasa menyelamatkan banyak rakyat lain di
kampung halaman dari himpitan krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Berkat "politik TKW"-nya, segenap anggota Kongres (Parlemen
Filipina) kini tampaknya juga sudah kompak mendukung Arroyo dalam
menghadapi Malaysia yang dianggap arogan dan berlebihan dalam
menangani masalah imigran gelap, termasuk yang asal Filipina.
(Mulyawan Karim)
_________________________________________________________________
Send and receive Hotmail on your mobile device: http://mobile.msn.com