[Nusantara] "He-Man" <fokus@: Perang dan Perempuan
Ra Penak
edipur@hotmail.com
Fri Sep 13 11:14:15 2002
"He-Man" <fokus@: Perang dan Perempuan
Materi Wanita Muslimah
Edisi 11 September 2002
PERANG DAN PEREMPUAN
oleh : He-Man
Hari ini tepat setahun tragedi WTC yang memakan sebegitu banyak korban dan
masih meninggalkan luka yang dalam di hati sebagian orang.Peristiwa ini juga
kemudian memicu pecahnya perang antara Amerika dan sekutunya melawan
Taleban yang berkuasa di Afghanistan.
Perang , sebuah cara yang dipandang sebagian pihak sebagai solusi terbaik
mengatasi konflik , tapi perang juga berarti kesengsaraan dan penderitaan
bagi yang terlibat di dalamnya baik secara langsung ataupun tidak langsung
termasuk diantaranya kaum perempuan dan anak-anak yang pada umumnya
berada di luar lingkaran konflik.
Posisi perempuan sangat rentan dalam konflik , karena kondisi fisik mereka
yang lemah ditambah lagi biasanya mereka adalah pihak yang tidak
bersenjata membuat mereka sangat mudah mendapatkan perlakuan
tidak manusiawi dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik terutama
bila jatuh di tangan musuh.Kasus-kasus perkosaan massal sejak masa
lalu selalu menyertai setiap pertempuran tapi hal ini seringkali jarang
diungkapkan kalaupun diungkapkan hanya akan menjadi
catatan kecil saja dalam sejarah .
Korban Perempuan , Ekses atau Strategi
Kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan perang dan konflik bersenjata
seringkali dianggap sebagai ekses saja dari sebuah peperangan.Suasana perang
yang penuh dengan jargon-jargon maskulinitas seperti keberanian , kegagahan
, keperkasaan dll menenggelamkam kaum perempuan sebagai makhluk yang
tidak berdaya dan tidak berguna sehingga keberadaannya seringkali diabaikan.
Tindak kekerasan terhadap perempuan dalam perang terutama perempuan "musuh"
dianggap sebagai sebuah kewajaran , bahkan seringkali perempuan dianggap
sebagai pampasan perang yang bisa diperlakukan semaunya.Pada masa Arab
Jahiliyah berkembang budaya membunuh anak perempuan , karena memiliki
anak perempuan dianggap sebagai aib , salah satu penyebabnya adalah karena
ketakutan akan kehinaan yang sering dikarenakan para gadis yang ditawan
pihak musuh akan dijadikan obyek pelecehan terhadap kehormatan sukunya ,
pada masa itu masyarakat Arab terbagi atas sejumlah suku/tribal yang masing-
masingnya sering berperang satu dengan lainnya , sehingga simbol-simbol
maskulinitas lebih dominan diterapkan.
Akan tetapi benarkah tidak kekerasan terhadap perempuan hanyalah sebuah
ekses dari perang , kasus perkosaan massal Bosnia Herzegovina memperlihatkan
pada dunia bahwa tindakan kekerasan terhadap perempuan dalam perang bukanlah
aksi agresif individu (prajurit yang berperang) melainkan sebuah aksi yang
dilakukan secara sistimatis dan terencana.
Dan peristiwa-peristiwa serupa pada masa lalu juga memperlihatkan pola yang
sama , dimana tindak kekerasan terhadap perempuan (musuh) merupakan sebuah
strategi peperangan bahkan dijadikan semacam psy war terhadap pihak lawan .
Tindakan perkosaan atau bentuk pelecehan seksual lainnya terhadap perempuan
di daerah lawan bukan dilakukan atas dasar nafsu sex melainkan semangat
kebencian , sehingga tindakan tersebut tidak bisa dimasukkan semata-mata
sebagai sebuah kejahatan sex (sexual crime) melainkan sebagai kejahatan
kebencian (hate crime).
Tubuh perempuan di daerah musuh disimbolkan sebagai bendera musuh
yang harus diturunkan dan dikoyak-koyak untuk melampiaskan dendam
dan/atau melaksanakan hukuman , sehingga jarang sekali perempuan
diperkosa secara "normal" dalam perang melainkan secara brutal ,
kejam dan beramai-ramai untuk memberi efek yang menyakitkan
terhadap perempuan tersebut.
Tindak perkosaan dan pelecehan seksual lainnya terhadap perempuan
juga sering dianggap sebagai cara untuk menaikkan moral prajurit , bahkan
pada masa PD II di kalangan tentara Jepang beredar mitos bahwa memperkosa
gadis yang masih perawan akan menambah kekuatan dan keperkasaan
dalam pertempuran.Tindak perkosaan ini juga dilakukan untuk menjatuhkan
moral prajurit lawan , sehingga seringkali dilakukan secara provokatif .
Pada operasi DOM di Aceh , perkosaan terhadap istri atau anak perempuan
seseorang yang dianggap anggota GAM sering dilakukan untuk memaksanya
turun gunung dan menyerah.
Perlindungan Terhadap Perempuan di Daerah Konflik
Walaupun posisi perempuan pada umumnya berada diluar lingkaran konflik
tapi posisi perempuan sangat rentan terhadap tindak kekerasan.Kondisi
fisik perempuan yang cenderung lebih lemah dari laki-laki menyebabkannya
tidak bisa berlari dengan cepat menghindari konflik dan ditambah lagi
biasanya perempuan dalam posisi harus melindungi anak sehingga semakin
memperlambat pergerakannya menjauhi wilayah konflik.Akibatnya kalangan
perempuan dan anak-anak biasanya seringkali terjebak dan tidak bisa
keluar dari wilayah konflik sehingga ketika wilayah itu jatuh ke pihak lawan
mereka akan menjadi sasaran empuk kekerasan baik secara fisik , psikis
maupun seksual.
Ketikal laki-laki musuh yang ditawan biasanya dibunuh , sebagian perempuan
justru akan dibiarkan hidup dibawah teror , penderitaan dan luka yang
mendalam.
Dalam sejarah perang seringkali perempuan "musuh" ditempatkan dalam
kamp perkosaan yang sengaja didirikan dan dijadikan sebagai perempuan
penghibur bagi kalangan prajurit dan komandannya.
Karena itulah pada tanggal 15 juni 1998 di Roma ditetapkan pakta yang
menentang tindak perkosaan sebagai alat peperangan , dan badan dunia
PBB pun kemudian mengeluarkan Konvensi Perlindungan terhadap
perempuan dan anak-anak dalam Perang dan Konflik Bersenjata.
Pelanggaran terhadap hal ini bisa menjadi alasan untuk menyeret
pelakunya ke muka pengadilan kejahatan perang internasional.
Perempuan dan Perdamaian
Ketika George W Bush secara berapi-api meminta penjaminan dari kongres
AS untuk menggunakan kekuatan persenjataan tanpa batas untuk memerangi
terorisme , seorang anggota kongres perempuan berkulit hitam Barbara Lee
naik ke atas podium dan menentang dengan tegas permintaan tersebut
walaupun saudara sepupunya turut tewas dalam pesawat yang menabrak
Pentagon.Dan akhirnya ia berdiri seorang diri berhadapan dengan 421
anggota kongres lainnya yang mendukung aksi balasan tersebut.
Tindakan dan keberanian Barbara Lee ini harus menjadi teladan bagi
kaum perempuan untuk secara aktif menyuarakan pesan perdamaian.
Kaum perempuan harus menetang tindak kekerasan sebagai cara
penyelesaian masalah karena kaum perempuan lah yang paling rentan
dan menjadi korban dari aksi kekerasan.
Ketika sebagian pihak termasuk kaum agamawan maupun kalangan
yang mengaku beragama dengan ta'at menggunakan standar ganda
dalam menyikapi konflik dengan berteriak marah ketika pihaknya
ada yang terbunuh tapi sebaliknya berteriak gembira kalau pihaknya
membunuh pihak lawan , maka kaum perempuan yang dilimpahi
oleh Allah sifat kasih sayang haruslah melihat konflik dari sisi
kemanusiaan siapapun korbannya dari pihak manapun adalah
manusia juga .Keteladanan yang ditunjukkan Barbara Lee harus
diikuti kaum perempuan dengan meninggalkan sikap keberpihakan
kepada pihak yang berkonflik dan menunjukkan sikap keberpihakan
kepada kemanusiaan karena inilah landasan utama untuk berpihak
pada perdamaian.
Referensi :
Brownmiller, Susan , Againts Our Will : Man , Women and Rape , Canada :
Fawcett Book , 1993
Stiglmayer , Alexandra , Mass Rape : The War Againts Women in
Bosnia-Herzegovina , Lincoln and London : University of Nebraska Press ,
1995
Mertus , Julie A , War Offensive on Women: The Humanitarian Chalange in
Bosnia , Kosovo and Afghanistan , Kumarian Press , 2000
Barstow , Anne Llewellin , War Dirty Secret : Rape , Prostitution , and
other Crimes Againts Women , Ohio , Pilgrim Press , 2001
Jurnal Perempuan no 24 , Perempuan di Wilayah Konflik , Jakarta : Yayasan
Jurnal Perempuan , 2002
_________________________________________________________________
Chat with friends online, try MSN Messenger: http://messenger.msn.com