[Nusantara] TA Legowo : Masa Depan Golkar
Ra Penak
edipur@hotmail.com
Fri Sep 13 11:14:25 2002
TA Legowo : Masa Depan Golkar
Kamis, 12 September 2002
Di awal era reformasi dulu, banyak yang memprediksikan Golkar akan
kolaps
karena keterikatan dan keterkaitannya dengan rezim Soeharto. Ternyata,
Partai Golkar - nama baru yang disandangnya - di bawah kepemimpinan
Akbar
Tandjung dapat selamat mengikuti Pemilu 1999 dengan perolehan suara
sebesar
22 persen, kedua terbesar setelah PDIP (33 persen). Suara 22 persen itu
sangat bermakna bagi Golkar di era reformasi sekarang ini. Mungkin
sekali
persentase itu adalah "suara murni" yang diraup partai berlambang pohon
beringin itu.
Masalahnya sekarang, apakah "suara murni" itu dapat dipertahankan
Golkar
pada Pemilu 2004? Dengan kata lain, bagaimana masa depan Golkar setelah
ketua umumnya tersandung kasus Buloggate? Ini secara signifikan sangat
dipengaruhi oleh bagaimana keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap
nanti, dan kepiawaian Golkar dalam "memainkan" opini publik dan
mengelola
para pendukung tradisionalnya.
Kasus Akbar adalah kasus besar karena bersangkut-paut dengan beberapa
dimensi. Yakni, dimensi hukum, politik, pejabat negara, uang negara
yang
non-neraca atau (non-budgeter), dan kondisi "kebatinan" masyarakat luas
dalam suasana reformasi yang sangat bersemangat memberantas korupsi,
kolusi,
dan nepotisme (KKN). Karena itu, Akbar dan Golkar harus bisa mengambil
manfaat dari kasus besar ini untuk kepentingan politik 2004. Sikap
mempertahankan Akbar tetap aktif sebagai Ketua Umum Partai Golkar tentu
sah
saja bagi para pengurus partai. Karena itu adalah masalah intern partai
yang
pasti sudah memperhitungkan plus-minusnya mempertahankan kepemimpinan
Akbar.
Tetapi, untuk mempertahankan posisi Akbar tetap sebagai Ketua DPR
adalah
perjuangan yang sangat berat bagi Partai Golkar. Karena, posisi Akbar
sebagai Ketua DPR berkaitan dengan jabatan publik. Jabatan publik Ketua
DPR
tidak hanya ditentukan oleh Partai Golkar melalui Fraksi Partai Golkar
(FPG)
di DPR, tetapi juga ditentukan oleh fraksi-fraksi lainnya. Sementara
faktor
lain yang juga tidak boleh diabaikan adalah tekanan opini masyarakat.
Memang, vonis tiga tahun yang dijatuhkan Majelis Hakim PN Jakarta Pusat
terhadap Akbar belum berkekuatan hukum tetap karena masih dalam proses
banding. Namun, keputusan itu menyatakan Akbar bersalah, dan itu tidak
bisa
diubah sampai dengan ada keputusan lain yang membatalkan oleh peradilan
di
tingkat atasnya. Nah, untuk sampai kepada suatu keputusan hukum
berkekuatan
tetap, masih panjang jalan yang harus dilalui dan diperlukan waktu yang
tidak singkat.
Secara politis situasi dan kondisi itu menjadi beban yang sangat berat
bagi
Golkar yang seharusnya sudah dapat memfokuskan perhatiannya untuk
memenangi
Pemilu 2004. Terperangkapnya Golkar dalam kondisi seperti ini tentu
sangat
menguntungkan bagi lawan-lawan politik, baik lawan politik Akbar maupun
lawan-lawan politik Golkar. Mereka tentu berharap agar seluruh enerji
Golkar
akan terkuras untuk menangani kasus yang membelit figur ketua umumnya,
dan
tidak sempat lagi mempersiapkan diri secara baik mengikuti Pemilu 2004.
Adanya tekad dan semangat yang kuat dalam mempertahankan kepemimpinan
Akbar
di Golkar yang diperlihatkan oleh para pengurus partai - baik pusat
maupun
daerah - mengindikasikan tingkat soliditas partai. Namun di sisi lain,
juga
memberikan kesan kepada publik bahwa Golkar sangat tergantung kepada
figur
Akbar. Terkesan, Akbar sebagai figur yang sangat dibutuhkan dan tidak
mudah
tergantikan dalam Golkar. Artinya, Akbar dipandang sebagai sosok yang
mempersatukan, menjadi jaminan keutuhan, dan keselamatan partai.
Jika benar demikian, sesungguhnya itu tidak sehat bagi Golkar sebagai
sebuah
institusi politik. Itu berarti, Golkar telah "gagal" dalam talent
scouting
kepemimpinan partai. Terkesan pula, Golkar tidak siap melakukan suksesi
kepemimpinan organisasi secara mendadak. Padahal selama ini Golkar
terkesan
sebagai partai yang paling siap dan terorganisasi dengan baik.
Maka ke depan, Golkar harus mampu mengonsolidasikan diri menjadi lebih
solid, dan mengefektifkan kemampuannya dalam menyerap, mengagregasikan,
menyalurkan, dan memperjuangkan aspirasi rakyat. Selain itu, perlu
lebih
memantapkan sistem dan mekanisme suksesi kepemimpinan, serta pembinaan
kaderisasi, baik di tingkat pusat maupun daerah-daerah. Partai tidak
boleh
lagi tergantung kepada satu figur pemimpin, tetapi harus bersandar
kepada
sistem. Hanya itulah yang membuat Golkar tetap eksis, bahkan mungkin
mendapat dukungan lebih besar dari masyarakat.
TA Legowo adalah Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen
Indonesia.
_________________________________________________________________
MSN Photos is the easiest way to share and print your photos:
http://photos.msn.com/support/worldwide.aspx