[Nusantara] "panca" : Agama bukan Alat Manipulasi
Gigih Nusantara
gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Sep 17 10:24:29 2002
"panca" : Agama bukan Alat Manipulasi
Agama bukan Alat Manipulasi
KONON di negara-negara Barat banyak orang meninggalkan
agama resmi yang
diatur secara institusi formal. Pada mulanya harapan
mereka agama
dijadikan
sumber kekuatan untuk melayani dan membina manusia
menjadi manusia yang
berkualitas. Dengan demikian mereka dapat membina
hidup bahagia secara
individu dan harmonis dalam kebersamaannya di
masyarakat. Dalam
kenyataannya banyak orang kecewa karena institusi
agama itu dijadikan
alat
untuk menguasai dan memanipulasi manusia.
Agama seharusnya dapat dijadikan kekuatan untuk
memberikan kesejukan
rohani
kepada pemeluknya. Dengan kesejukan rohani itu manusia
dapat menata
hidupnya di dunia ini menjadi semakin baik dan lebih
mulia. Meskipun
banyak
yang meninggalkan agama resmi, mereka tetap percaya
pada Tuhan.
Kepercayaannya kepada Tuhan itu secara individu
dijadikan kekuatan
untuk
didayagunakan menopang hidupnya untuk berbuat nyata,
saling menolong
dengan
sesama mengatasi berbagai persoalan hidup.
Agama sebagai karunia Tuhan jangan dijadikan media
untuk menguasai dan
memanipulasi umat penganut. Oknum-oknum yang menguasai
institusi agama
itu
janganlah bagaikan penguasa untuk menjadikan
paradigmanya sendiri
sebagai
sesuatu yang paling benar. Lebih-lebih dalam ajaran
Hindu menyediakan
banyak pilihan untuk mengembangkan kepercayaan dan
bhaktinya kepada
Tuhan.
Institusi agama hanya sebagai mediator dan fasilitator
dalam kehidupan
beragama. Agama sebagai sabda Tuhan memiliki dimensi
yang tidak
terbatas.
Umat harus dijamin kemerdekaannya untuk menjangkau
dimensi yang sangat
luas
dari sabda Tuhan itu sesuai dengan kemampuan
masing-masing umat. Jangan
ada
oknum di jajaran institusi agama sepertinya lebih
pintar dari Tuhan.
Para
pemimpin di institusi agama hendaknya memfasilitasi
agar umat menemukan
sendiri jalan yang paling pas bagi dirinya dalam
pendakian
spiritualnya.
Pilihan umat mungkin saja ada yang berbeda dengan
pilihan jalan
spiritual
pemimpin institusi agama yang bersangkutan. Dalam hal
ini pimpinan
institusi agama harus merasa bangga dan merasa
berhasil karena telah
mampu
memfasilitasi umat menemukan sendiri jalan yang
dianggap paling cocok
dengan dirinya.
Pilihan jalan spiritual yang ditempuh oleh pemimpin
institusi agama
jangan
dipompakan kepada umat. Karena bukan itu fungsi
institusi agama
diadakan.
Janganlah kehendak pemimpin itu direkayasa sebagai
kehendak agama.
Pemimpin
agama itu hendaknya membeberkan secara jujur semua
jalan spiritual yang
ditunjukkan oleh kitab suci. Selanjutnya umat
diberikan kemerdekaan
untuk
memilihnya. Janganlah menggunakan institusi agama
untuk mereka yasa
selera
spiritual penguasa agar diikuti oleh umat tidak
berdasarkan kemurnian
hati
nuraninya. Karena ada kalanya institusi agama
dijadikan alat untuk
membina
pengikut agar oknum penguasa itu merasa punya banyak
pengikut untuk
melanggengkan kekuasaannya. Bagi mereka yang mengikuti
selera penguasa
itu
akan mendapat berbagai fasilitas yang dikuasai oleh
sang penguasa. Cara
membina kehidupan beragama seperti itu dapat
menghilangkan semangat
umat
untuk mendaya gunakan ajaran agamanya menemukan jalan
hidup yang lapang
menuju pantai bahagia.
Kalau agama yang dianut tidak memberikan mereka jalan
yang lapang maka
agama akan dirasakan sebagai beban hidup yang
memberatkan. Kalaupun
mereka
kelihatannya beragama namun hal itu dilakukan hanya
untuk mendapatkan
akses
sosial semata. Institusi yang memiliki akses menangani
kehidupan
beragama,
baik institusi pemerintah maupun yang nonpemerintah
hendaknya jangan
menjadikan institusi itu sebagai alat untuk menguasai
umat agar
beragama
menurut kehendak pribadi pemegang institusi tersebut.
Bahkan sebaliknya
kehendak institusi itu adalah sebagai wujud dari
kehendak umat. Dalam
kitab
Arthasastra dinyatakan bahwa kehendak rakyatlah
hendaknya menjadi
kehendak
pemimpin. Hal ini wajib dilakukan untuk tetap menjaga
agar jangan umat
meninggalkan agama resmi yang diatur secara
institusional formal.
Umat jangan dibuat takut karena kekuasaan institusi.
Karena pada
hakekatnya
institusi agama itulah sebagai alat untuk melayani
umat mewujudkan
aspirasi
spiritualnya dalam kehidupan ini. Meskipun umat tetap
berada dalam
koridor
institusi agama, institusi agama itu bukan sebagai
penghalang bagi
umat,
bahkan justru sebagai alat untuk melindungi
kemerdekaannya beragama.
Sesuatu yang didapatkan karena pilihan sendiri jauh
lebih dapat
memberikan
kebahagiaan dari pada disuapi oleh orang lain.
Lebih-lebih menyangkut
masalah kerohanian yang tentunya sangat sulit untuk
diseragamkan.
(Bali Post, Selasa, 17 September 2002)
=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com
__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! News - Today's headlines
http://news.yahoo.com