[Nusantara] Abdurrahman Wahid : Dwifungsi ABRI: Prinsip dan Cara (Bagian 1)

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Sep 17 12:48:59 2002


Dwifungsi ABRI: Prinsip dan Cara (Bagian 1)  
  
Oleh: Abdurrahman Wahid 

Dwifungsi ABRI telah memberikan bekas yang sangat
mendalam bagi kehidupan kita sebagai bangsa. Apa yang
dituduhkan pada Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ABRI)—(Sekarang TNI- red) di Aceh, umpamanya, adalah
gambaran dari dalamnya bekas kesejarahan yang
dimainkan oleh ABRI. Belum lagi sekian banyak
peristiwa lain yang terjadi dalam sejarah Indonesia
semenjak 32 tahun terakhir. 

Salah satu diantaranya adalah kenyataan, bahwa masalah
Dwifungsi ABRI itu sendiri tidak didekati secara
proporsional dan benar. Contoh dari pendekatan tidak
proporsional terhadap kenyataan Dwifungsi ABRI itu,
antara lain negitu banyaknya pidato dan makalah
mengenai Dwifungsi ABRI yang tidak mencantumkan
pembedaan antara hal itu sebagai konsep dan kenyataan.
Seolah-olah kenyataan sejarah berjalan sesuai dengan
konsep, padahal ada kesenjangan antara keduanya.

Dalam konsepnya Dwifungsi adalah baik, namun dalam
kenyataannya pemerintah selalu menjajakan Dwifungsi
sebagai konsep, dan masyarakat senantiasa
mempertanyakan; apa gerangan yang membuat konsep itu
menjadi buruk ketika diterjemahkan dalam kenyataan? 

Salah satu contoh yang dapat dikemukakan adalah
tulisan Romo YB Mangunwijaya dalam Media Indonesia
Edisi 6 Oktober 1998. Melalui tulisan itu, Romo kita
ini menunjukkan kapada kenyataan dalam sejarah kita,
yaitu antara kekuasaan dan Dwifungsi sejak dulu
senantiasa ada kolusi. Walaupun yang dicontohkan
adalah kenyataan dalam sejarah Mataram, tetapi prinsip
yang dikemukakan adalah apa yang terjadi sekarang.
Pengaburan antara konsep yang menunjukkan adanya
ketakutan orang membicarakan masalah ini secara utuh. 

Kalau para praktisi pemerintahan dan pemimpin militer
memaksudkan konsep dengan istilah Dwifungsi, dan para
cendekiawan memaksudkan kenyataan dalam istilah yang
sama, herankah kita kalau lalu terjadi dialog semu dan
perbedaan maksud? Inilah yang dimaksudkan penulis
sebagai kerancuan. Kerancuan seperti itu seharusnya
dihindari dalam membahas masalah sepenting Dwifungsi
ini, karena semakin banyak kita berbicara akan semakin
besar kerancuan yang timbul. Dengan kata lain, kalau
berbicara hal sepenting itu disamakan dulu persepsinya
antara berbagai pihak yang terlibat. 

Salah satu sisi yang harus diketahui adalah persepsi
pihak militer sendiri tentang Dwifungsi. Di satu
pihak, para bintara, tamtama dan perwira pertama,
melihat Dwifungsi ABRI sebagai alat untuk mencampuri
urusan semua pihak tanpa terbendung lagi. Orang sipil
seolah-olah tidak mempunyai hak sama sekali untuk
menentukan segala sesuatu tanpa izin ABRI, seperti
pemilihan lurah dan sebagainya. Bahkan demikian jauh
masuknya ABRI dalam urusan-urusan yang bukan
tanggungan mereka, sehingga urusan POMG (Persatuan
Orangtua Murid dan Guru) mereka masuki juga, dengan
alasan ada orangtua murid dari lingkungan tentara. 

Jelas bagi golongan ini bahwa ABRI adalah pemegang
supremasi kehidupan yang harus ditunduki dan ditaati
sejauh mungkin. Dalam pandangan ini, hak ABRI untuk
mengurusi semua bidang jelas sekali terpampang.
Akibatnya patahnya inisiatif di bawah karena orang
merasa tidak ada gunanya lagi mencari alternatif.
Semua toh akan dikalahkan alternatif dari militer. Ini
adalah pandangan yang paling ekstrim, namun inilah
yang banyak dirasakan oleh berbagai kalangan di negeri
kita. Hanya ada sedikit bidang yang tidak dapat
dirambah oleh kalangan militer, seperti ceramah di
mesjid atau pengajian-pengajian umum.Pandangan kedua
mengenai peranan ABRI dilihat pada kenyataan karena
sipil tidak mampu melakukan hal yang benar, karena
pertentangan di antara mereka. Menurut pandangan ini,
hal tersebut akan memnbuat persoalan menjadi
terkatung-katung tanpa ada keputusan. Tanpa ada yang
mengambil keputusan atas suatu masalah, karena
pertikaian yang terus menerus terjadi di kalangan
sipil, maka kaum militer yang telah dibekali
ketrampilan dan pandangan yang cukup perlu tampil
untuk mengambil keputusan. 

Karena itulah timbul suatu asumsi tanpa ada tentara
segala masalah tidak akan ada keputusan dan menjadi
terkatung-katung. Untuk itu dibutuhkan Dwifungsi ABRI
sebagai cara untuk mengambil keputusan, bahkan dalam
soal-soal paling kecil sekalipun. 



Bersambung ke bagian Dwifungsi ABRI: Prinsip dan Cara
(Bagian II) 
 


=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! News - Today's headlines
http://news.yahoo.com