[Nusantara] TIME: Jaringan teroris di Indonesia (yang sebetulnya tidak ada - Dr Haha)

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Fri Sep 20 03:24:01 2002


TIME: Jaringan teroris di Indonesia (yang sebetulnya
tidak ada - Dr Haha)

 
ADVERTISEMENT
 
 
 Selasa, 17 Sept 2002 
Ba'asyir Diungkit Lagi 

JAKARTA - Abubakar Ba’asyir, Agus Dwikarna, dan Fathur
Rohman Al-Ghozi tak henti-hentinya diobok-obok. Kali
ini yang melakukan majalah Time edisi terbaru yang
dirilis kemarin.

Dengan mengutip hasil interogasi dinas rahasia AS -CIA
(Central Intelligence Agency)- terhadap Omar Al-Faruq,
majalah itu mengait-kaitkan operasi Al Qaidah di Asia
Tenggara dengan orang-orang Indonesia tersebut. 

Al-Faruq kini ditahan di kamp militer AS di Bagram,
Afghanistan. Pria 31 tahun asal Kuwait ini dituduh
sebagai anggota Al Qaidah untuk Asia Tenggara. Menurut
Time, Al-Faruq ditangkap di masjid kawasan Cijeruk,
Bogor, pada 5 Juni 2002. Dia kemudian dikirim ke
Afghanistan dan diinterogasi CIA secara rahasia.

Soal penangkapan di Bogor itu hingga kini juga masih
misterius. "Kami tak pernah menangkapnya," bantah
Kapolri Jenderal Da’i Bachtiar belum lama ini. 

Lantas, siapa? Kabarnya, penangkapan Al-Faruq
merupakan hasil operasi intelijen tingkat tinggi.
Yakni, gabungan intel Indonesia dan AS. Namun, belum
ada penjelasan resmi soal ini.

Kabar penangkapan itu kemudian terlupakan. Kehebohan
terjadi ketika Time membeberkan "pengakuan seorang
teroris Al Qaidah" dalam edisi 15 September ini.

Laporan Time itu memang makin menyudutkan Ba’asyir,
Agus, dan Ghozi. Nama-nama ini sebelumnya tak pernah
secara langsung dikaitkan dengan Al Qaidah. Namun,
"pengakuan Al-Faruq kepada CIA" tersebut menyebut
keterkaitan itu. 

Yang aneh, Al-Faruq mengaku sebagai pelaku banyak
kasus kekerasan dan perencana kekerasan di Indonesia,
termasuk rencana membunuh Megawati.

Time membeberkan, Al Qaidah yang dipimpin Usamah Bin
Laden itu disebut-sebut mendapatkan bantuan keuangan
dan operasional di Asia Tenggara dari Jamaah Islamiyah
(JI) dengan perantaraan Al-Faruq. Ba’asyir, 64,
dianggap sebagai pemimpin spiritual organisasi yang
ditengarai aktif di Indonesia, Filipina, Malaysia,
Singapura, dan Brunei itu. 

Disebutkan juga, Ba’asyir memberikan kuasa kepada
Al-Faruq menggunakan tenaga dan sumber daya JI untuk
mengebom kedutaan yang direncanakan minggu lalu.
Inilah yang diduga menyebabkan Washington memerintah
Kedubes AS di Asia Tenggara ditutup. 

Al-Faruq juga mengaku kepada CIA bahwa Ba’asyir
memerintah seorang anggota JI bernama Abu Al-Furkan
untuk mengawasi rencana serangan terhadap Kedubes AS
di Malaysia. 

Yang lebih dramatis lagi, CIA menyatakan, Al-Faruq
adalah dalang semua pengeboman pada malam Natal di
Indonesia pada 2000, yang menewaskan 18 orang dan
melukai lebih dari seratus lainnya. 

Awal tahun itu, Al-Faruq juga berencana mengebom
Kedubes AS di Jakarta dengan bom mobil besar. Rencana
itu gagal karena keamanan diperketat setelah
diterimanya serangkaian ancaman meyakinkan pada
Oktober 2000. Berdasar informasi Al-Faruq, AS yakin
Asia Tenggara adalah konsentrasi terbesar Al Qaidah di
luar Afghanistan dan Pakistan.

Masih menurut Time, Al-Faruq mengatakan kepada CIA
bahwa beberapa operasi Al Qaidah di wilayah itu
dibiayai melalui cabang Al-Haramain Islamic
Foundation. Ini yayasan internasional yang berkantor
pusat di Arab Saudi, dengan kantor cabang di beberapa
negara Islam. 

Dalam sebuah memo intel regional, lanjut majalah
internasional itu, Al-Faruq mengatakan bahwa uangnya
dicuci melalui yayasan yang menerima donor dari Timur
Tengah. 

Sumber-sumber pemerintah AS mengatakan kepada Time,
mereka yakin yayasan itu adalah sumber signifikan
pembiayaan teroris yang berhubungan dengan Al Qaidah
di Asia Tenggara. Para pejabat penanggulangan
terorisme sedang menyelidiki kemungkinan hubungan Al
Qaidah dengan pejabat Al-Haramain di Saudi. 

Pengakuan Al-Faruq dianggap indikasi bahwa Al Qaidah
tetap kuat di seluruh dunia. "Mereka mulai bersatu,"
kata seorang pejabat AS. "Kita belum berhasil
mengalahkan mereka."

Time mengulas, bagi organisasi seperti Al Qaidah,
Al-Faruq adalah tokoh ideal. Pria itu lahir di Kuwait
pada 24 Mei 1971 dan pertama bergabung dalam jihad
awal 1990-an. Saat itu, dia menjalani latihan di kamp
Al Qaidah di Khaldan, Afghanistan. 

Al-Faruq tiga tahun tinggal di kamp itu, dekat dengan
Al-Mughira Al-Gaza’iri, pemimpin kamp, dan Abu
Zubaydah, pembantu senior Usamah. 

Pada 1995, atas saran Zubaydah, Al-Faruq membuat
paspor palsu dan berangkat bersama Mughira ke
Filipina. Di negeri ini dia bergabung di kamp Abubakar
(bukan Ba’asyir) milik Front Pembebasan Islam Moro. Di
tempat ini, Al-Faruq tidak berhasil mendaftar di
sekolah penerbangan.

Karena Nomor HP

Akhir 1990-an, Al-Faruq masuk ke Indonesia untuk
menguasai operasi di Asia Tenggara. Time menilai,
dengan jatuhnya rezim Soeharto, teroris Al Qaidah
memiliki kesempatan berkembang. 

Al-Faruq menikah dengan Mira -putri seorang mantan
aktivis Islam yang berhubungan dengan Agus Dwi Karna.
Dalam wawancara dengan Time, beberapa anggota JI
mengaku bahwa Al Qaidah terus berhubungan dengan
kelompok radikal di Asia Tenggara. 

JI menghasilkan 20 kader pengebom bunuh diri yang siap
melakukan serangan kapan pun diperintahkan. Menurut
Faruq, Ba’asyir sangat ingin bekerja sama dengan Al
Qaidah, bahkan memerintah para pembantunya untuk
menyediakan senjata dan bahan peledak bagi Al-Faruq
dan teman-temannya. 

Al Faruq juga mengaku membantu Agus mendirikan Laskar
Jundullah -organisasi Agus- di Sulsel. Mulai 1999,
Al-Faruq melancarkan rencana serangan, tapi gagal. Mei
tahun itu, dia bertemu beberapa teman di sebuah desa
di Jawa Barat dan merencanakan pembunuhan terhadap
Megawati. Tapi senjata yang mereka beli di Malaysia
dan Filipina gagal dimasukkan ke Indonesia.

Mulai saat itu, Al-Faruq mengalami k
esulitan. Dia tinggal dekat dengan Agus di Makassar,
tapi gagal mendapat paspor Indonesia karena bahasa
Indonesianya tidak bagus. Pertengahan 2001, yang
berwajib menahannya sementara dan siap
mendeportasinya. 

Al-Faruq lari bersama istrinya dan putri mereka ke
Cijeruk. Setelah serangan 11 September, dia masih
menjalin hubungan dengan Zubaydah. Kepadanya, Zubaydah
mengatakan bahwa dia harus segera kembali ke Kuwait. 

Mengetahui rencana latihan bersama AL AS dengan
Indonesia di Surabaya Mei lalu, Al-Faruq merencanakan
serangan bunuh diri. Dia meminta seorang warga Somalia
bernama Gharib untuk membantu menemukan warga Arab
yang bersedia ikut dalam misi itu, tapi gagal. 

Setelah Agus tertangkap di Manila, pada 27 April CIA
melaporkan adanya nomor HP Faruq - 08129576852- kepada
Agus dan Zubaydah. Seorang tahanan Al Qaidah di Camp X
Ray di Kuba juga memiliki nomor itu, sebagaimana Fatur
Rohman Al-Ghozi. (Nomor telepon itu nonaktif ketika
Jawa Pos mencoba menghubunginya). Menurut laporan
intelijen, pada 23 Mei Zubaydah menunjukkan foto
Al-Faruq saat diinterogasi. Dua minggu kemudian,
Al-Faruq tertangkap di sebuah masjid di Bogor. 

Propaganda AS?

Betulkah laporan Time itu? Apakah itu bukan sekadar
propaganda CIA? Soal pengakuan itu, pejabat resmi AS
belum ada yang berkomentar. 

Ba’asyir juga belum bisa dihubungi hingga tadi malam.
Ketika ditelepon, seorang wanita menjawab bahwa dia
sedang tidak enak badan. 

Namun, Tamsil Linrung, kawan dekat Agus, kepada Jawa
Pos tadi malam mengaku mendengar penangkapan Al-Faruq
itu. Tamsil mendapat berita itu bukan dari polisi atau
TNI. Dia menerima informasi dari kenalannya, anggota
intelijen Filipina yang bernama Galban. 

Awal Juli 2002 lalu, Galban memberi tahu Tamsil bahwa
ada orang Kuwait yang ditangkap di Indonesia. Dia
langsung dibawa ke Malaysia, Kuwait, dan terakhir
Afghanistan, tanpa proses peradilan lebih dulu. 

"Karena Al-Faruq juga dikait-kaitkan dengan Agus, saya
pun penasaran dan ingin tahu yang sebenarnya," ujar
Tamsil, yang sempat ditahan pemerintah Filipina itu. 

Lantas, ketika pergi ke Filipina pertengahan Juli 2002
lalu, Tamsil menyempatkan diri menjenguk Agus di
penjara. "Saat itu saya menanyakan ke Agus tentang
Omar Al-Faruq," lanjutnya. 

Kepada Tamsil, Agus mengaku tidak mengenal Al-Faruq.
Agus mengatakan memang di HP-nya ada nama Faruq. Tapi,
Faruq yang ada di HP Agus adalah temannya di kawasan
Tanah Abang, Jakarta. 

"Jadi Faruq itu bukan Al-Faruq yang diduga terlibat
jaringan Al Qaidah. Salah besar kalau AS mengaitkan
kasus ini dengan Agus," tegas Tamsil. 

Namun, Tamsil menengarai bisa jadi Agus hanya
dijadikan kambing hitam. Sebab, bagi seorang intelijen
tidak sulit memasukkan nomor HP Omar Al-Faruq ke HP
Agus. Apalagi, HP Agus saat ini disita polisi
Filipina. 

Lalu, siapa yang menangkap Faruq? Tamsil mengaku tidak
tahu pasti. Mungkin Badan Intelijen Nasional (BIN)
ikut main dalam kasus ini. 

Apa dasarnya? "Saat ini banyak orang yang mencari muka
ke AS. Apalagi, AS juga sudah gelap mata. Siapa yang
dicurigai langsung ditangkap tanpa diselidiki dulu
kebenarannya," paparnya. (riz/eia) 


=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
New DSL Internet Access from SBC & Yahoo!
http://sbc.yahoo.com