[Nusantara] Pengurus PDI-P Sragen Cabut Dukungan pada Mega

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Feb 11 05:00:24 2003


Pengurus PDI-P Sragen Cabut Dukungan pada Mega 
SEMARANG - Sejumlah pengurus PDI Perjuangan (PDI-P) di
Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, menyatakan mencabut
dukungan terhadap ketua umum mereka, Megawati
Soekarnoputri. Mereka menggugat kepemimpinan Megawati
yang dinilai sudah tak berpihak lagi pada wong cilik,
seperti yang selalu digembar-gemborkan partai
berlambang banteng bulat tersebut. 

Aksi cabut dukungan dilakukan 15 pengurus PDI-P dari
Kecamatan Sambongmacan, Sragen, di depan pintu masuk
Kantor Gubernur Jawa Tengah, Selasa (4/2). Dalam aksi
diam sambil menutup mulut dengan plester hitam itu,
mereka juga menggelar aksi bakar kartu tanda anggota
(KTA) PDI-P. 

Pimpinan pengunjuk rasa, Djoko Sukmolelono, yang juga
Ketua Barisan Pemuda Marhaenis dan fungsionaris PDI-P
Sambongmacan, sebelum aksi dimulai mengatakan,
Megawati tak lagi bisa dipercaya memimpin partai.
Megawati dinilai telah jauh melenceng dari cita-cita
dan semangat partai untuk membela rakyat kecil dan
pihak-pihak yang tertindas. 

Pendapat serupa juga dikemukakan rekannya, Slamet
Dasuki, yang mantan Komandan Satgas PAC (pengurus anak
cabang) PDI-P Sambongmacan. Menurut Slamet, yang
mengaku sempat menjadi caleg (calon legislatif) PDI-P
nomor urut 38 pada Pemilu 1999, cukup banyak
kader/simpatisan hingga pengurus PDI-P di daerahnya
yang kecewa melihat kondisi partai saat ini. 

Slamet Dasuki bahkan menuding partainya telah
terkontaminasi Orde Baru dan mabuk kekuasaan, sehingga
lupa diri dan tak lagi berpihak pada rakyat kecil. Dia
juga menunjuk banyak anggota legislatif dari PDI-P
baik di daerahnya maupun di banyak daerah lain, dan di
pusat, yang kini hidupnya berubah drastis. 

"Dulunya banyak yang kere, motor saja tak punya.
Sekarang mendadak jadi kaya, naik mobil mahal dan
punya rumah mewah," ujarnya. Dasuki menolak tudingan
bahwa sikapnya itu gara-gara tidak terpilih jadi
anggota DPRD. Menurutnya, rasa kecewa mereka mencapai
puncaknya saat Megawati selaku Presiden menaikkan
harga BBM, tarif dasar listrik dan telepon, meski
kemudian direvisi setelah mendapat kecaman dan protes
dari masyarakat dan mahasiswa. 

Sebagai bukti rasa kecewa mereka terhadap Megawati,
dia bersama Djoko dan 20 rekannya yang lain,
memutuskan mundur dari PDIP, tepatnya pada 22 Januari
2003 lalu. Mereka ramai-ramai bergabung ke Partai
Pelopor pimpinan kakak kandung Mega, Rachmawati
Soekarnoputri. 

Sejumlah petinggi PDI-P menanggapi aksi itu menilai
sebagai hal yang biasa terjadi dalam sebuah partai
politik yang terbuka. Sebagai individu, anggota parpol
bebas menentukan sikapnya terhadap partai. "PDI-P
adalah partai terbuka. Tiap orang bisa menentukan
sikapnya dan kita hargai," ujar Ketua DPP PDI-P,
Gunawan Wirosarojo usai pertemuan dengan Megawati, di
Jakarta, Selasa (4/2). 

Gunawan menambahkan, menyikapi aksi pembakaran itu,
pengurus partai dengan sendirinya akan melepas
keanggotaan mereka. "Sekarang mereka telah menentukan
sikap sendiri, bisa mengekspresikannya secara
emosional atau tidak. Bagi PDI-P semua itu akan
diterima, dan akan ditata kembali. 


=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com
YANG BARU : http://nusantara.b3.nu/ situs kliping berita dan posting pilihan demi tegaknya NKRI. Mampirlah !