[Nusantara] Ayah Abdul Jabar dan Penggranatan Cikini Targetnya, Bunuh Bung Karno

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Feb 11 08:48:07 2003


Ayah Abdul Jabar dan Penggranatan Cikini Targetnya,
Bunuh Bung Karno 
Polisi membuka lembaran sejarah. Ahmad Kandai, ayah
tersangka Abdul Jabar, disebut sebagai pelaku
penggranatan di Cikini. Peristiwa itu memakan korban
luka-luka. Sasaran utamanya, Bung Karno, justru
selamat. Membuka lembaran sejarah silam itu, Bali Post
menemui pelaku -- anggota jaringan penggranatan --
bernama Abdul Latif. Saat itu dia menjadi ajudan
Panglima Tentara Negara Islam Indonesia (NII) Kota
Jakarta Kiai Mukti. Berikut ceritanya. 

TAHUN 1950-an, Ahmad Kandai baru berusia belasan
tahun. Baru saja akil balig. Oleh kakaknya, Saleh
Ibrahim, dia dititipkan ke Abdul Latif. ''Tolong ajari
dan bawa adik saya ini ke hutan,'' kata Saleh Ibrahim.
Abdul Latif sudah paham. Maksud dibawa ke hutan itu
tak lain untuk belajar ilmu agama. Kelak, jika sudah
dewasa, Ahmad Kandai -- yang asli Dompu -- itu biar
bisa menjadi orang yang berguna bagi agama dan bangsa.
Hutan adalah sebutan pendidikan agama dan militer NII.
Saat itu, imam besar NII (DI/TII) adalah Kartosuwiryo.
Oleh Latif, Ahmad Kandai dibawa ke hutan di daerah
Heurgeulis, Jawa Barat. Di sana, Kandai diajari ngaji
dan jihad. Politik, ekonomi, dan seluruh isi tafsir
kitab suci Alquran. Bagi NII, hutan inilah
penggemblengan tentara untuk membangun kekuatan. Ahmad
Kandai adalah satu generasi penerusnya. 

Tahun 1956, Kandai dikirim ke Jakarta. ''Dia ingin
menemui saya. Waktu itu saya sebagai pembantu (ajudan)
Panglima NII Kota Jakarta Kiai Mukti. Dia dikirim oleh
Panglima Komandemen Divisi I Sunan Rahmad Agus
Abdullah. Di tengah perjalanan, di daerah Purwakarta,
Kandai ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara,''
kata Latif, di Masjid Al Fatah, Menteng, Jakarta
Pusat. Usia Latif kini 70 tahun. Badannya sudah renta.
Tetapi, masih tersisa bekas keperkasaannya sebagai
militer DI/TII. Idealismenya, semangatnya, prinsip dan
keteguhan sikapnya masih sangat tinggi. Namun, kondisi
fisiknya mau tak mau sudah kian menyurut. Kulitnya
keriput. Penyakit prostatnya pun menggerogoti
kesehatannya. Dia tinggal di masjid itu. Anak istrinya
ada di Cilacap. Latif asli Poso, Sulawesi. 

Saat di dalam penjara itulah, peristiwa penggranatan
Bung Karno di Perguruan Cikini -- saat ultah Guntur
Soekarnoputra -- terjadi. Untungnya, Bung Karno
selamat. Tak cedera sedikit pun. ''Jadi, kalau Kandai
dituduh terlibat, itu salah. Bukan dia. Tetapi tiga
orang, yaitu Tasrif, Yusuf Ismail, dan Sa'dun,''
ingatan Latif masih segar. Setelah ditangkap, tiga
orang ini langsung dieksekusi mati. Setelah kasus ini,
masalah tak diam. Saleh Ibrahim -- yang Ketua Cabang
Gerakan Pemuda Islam Indonesia -- dicari. Juga Wahab
Pena. Mereka adalah pentolan gerakan Islam yang
dituding ikut dalam jaringan Tasrif, Yusuf, dan
Sa'dun. Bung Karno pun menjerat Partai Masyumi sebagai
biang kerok rencana pembunuhan terhadap presiden itu.
Maka, tokoh-tokoh Masyumi pun dikejar-kejar. 

Sebutlah Muhammad Natsir, Burhanuddin, Kasman
Singodimejo, Syarifuddin Prawironegoro, dan Moh. Roem.
Tokoh-tokoh ini melarikan diri ke Sumatera dan
mendeklarasikan berdirinya PRRI/Permesta. Sejumlah
tentara juga turut serta, seperti pendiri Kopassus
Kawilarang dan Panglima Siliwangi. Gerakan ini pun
akhirnya bisa diringkus setelah tokoh-tokohnya
menyerah dan dipenjarakan. Buntutnya, Maysumi dan GPII
dibubarkan. Ihwal terjadinya penggranatan di Perguruan
Cikini itu, kata Latif, berawal dari pidato Bung Karno
mengenai Nasakom (nasionalis, agama, dan komunis). 

Sebagai presiden, Bung Karno tidak bisa melepaskan
realitas politik di negerinya. Elemen masyarakat
terdiri atas tiga komponen itu. Agar tidak saling
tabrak dan berbuntut pertumpahan darah, ketiganya
harus dirangkul. Disatukan demi kemajuan dan
pembangunan bangsa ke depan. Ide Bung Karno ini
ditolak. Sejak awal, kelompok ini menentang komunis.
TNI-AD yang digawangi AH Nasution pun banyak menolak
ide itu. Komunis harus bisa dienyahkan dari negeri
ini. Rupanya, Bung Karno lebih memilih berbeda. Itu
sebabnya, sejumlah tokoh TNI-AD pun berbelok mendukung
anak-anak muda yang militan seperti Tasrif, Sa'dun,
Yusuf Ismail, Wahab Pena, dan Saleh Ibrahim itu. 

''Saya tahu persis. Kala itu, Kasad Zulkifli Lubis
sengaja memberikan granat itu kepada kelompok ini.
Granat itu lantas disimpan. Setelah memilih hari dan
momentum yang tepat, dari sini (Menteng), mereka
bergerak dan melemparkan granat tersebut ke arah Bung
Karno,'' kata Latif. Sayap militer yang membenci
komunis amat banyak. Tetapi, mereka tak ingin
terang-terangan menentang. ''Militer sering
memanfaatkan anak-anak ini,'' katanya. 

Sebenarnya, Masyumi tak terlibat apa-apa dalam soal
penggranatan itu. Sebab, tokoh-tokoh Masyumi memang
tak tahu-menahu aksi itu. Cuma, penggranatan itu
memiliki motif antikomunis. Masyumi juga antikomunis.
''Jadi, Bung Karno langsung bisa menebak siapa di
balik aksi ancaman pembunuhan terhadap dirinya itu,''
kata Latif. Setelah komunis tumbang tahun 1965, Saleh
Ibrahim dan Wahab Pena yang tak langsung dieksekusi
mati, dibebaskan Soeharto. 

Rezim Soeharto saat itu justru berterima kasih karena
anak-anak muda itu dianggap berani melawan komunis.
Dan, benar, komunis tumbang setelah terjadi ''kudeta''
G-30-S. Soeharto menyebut G-30-S/PKI. Tak bermaksud
memberi bantahan. Kata Latif, memang kejadian
sebenarnya seperti itu. Ahmad Kandai tak tahu apa-apa
soal penggranatan. Dia bebas lima tahun kemudian. Dia
juga turut dibebaskan Soeharto. Tetapi, Kandai tetap
diberi status tahanan kota. Selama itu pula, Kandai
berbisnis. 

Akhirnya, Kandai meninggal tahun 1994, dengan status
tetap tahanan kota. Kini, anak Kandai, Abdul Jabar,
sebagai tersangka pengeboman di Bali. Kandai mewarisi
jiwa dan semangat militansinya ke anak-anaknya.
Tetapi, kata Latif, sejatinya Islam tak memerintahkan
itu. ''Anak-anak itu keliru. Untuk mencapai tujuan,
dilarang menyakiti anak-anak, wanita, orangtua,
apalagi mengebom. Mereka tak mengerti arti perjuangan
dan prinsip,'' katanya. Latif mungkin percaya Abdul
Jabar juga pelaku pengeboman di Bali itu. 

* Heru B. Arifin 





=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com
YANG BARU : http://nusantara.b3.nu/ situs kliping berita dan posting pilihan demi tegaknya NKRI. Mampirlah !

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Shopping - Send Flowers for Valentine's Day
http://shopping.yahoo.com