[Nusantara] Perang Tafsir Demiliterisasi

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Thu Feb 13 04:00:35 2003


Perang Tafsir Demiliterisasi 
Masyarakat Aceh Bingung dan Ketakutan 

BANDA ACEH - Penderitaan rakyat Aceh belum berakhir.
Padahal pihak yang "mengantar" masyarakat sipil di
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) ke jurang nestapa sudah
berjanji di Jenewa, Swiss, untuk menghentikan
permusuhan. Kebingungan dan ketakutan sampai kini
masih menghantui 4,2 juta jiwa penduduk di Daerah
Istimewa Aceh itu.

Setelah TNI dan Polri serta Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
nyaris tidak menarik pelatuk setelah 26 tahun usai
penandatanganan damai 9 Desember 2002, kini mereka
memasuki perang tafsir dari Cessation of Hostilities
Agreement (Kesepakatan Penghentian Permusuhan) itu. 

Pemerintah dan GAM mempunyai tafsiran masing-masing
terhadap sembilan pasal yang ditandatangani oleh Wakil
Pemerintahan Republik Indonesia S Wiryono, Wakil untuk
Pemimpin GAM Dr Zaini Abdullah dengan disaksikan oleh
Direktur Henry Dunant Centre (HDC) Martin Griffiths. 

Kedua pihak mengklaim, dirinya yang benar dalam
menafsirkan kesepakatan yang monumental itu. Bagi
masyarakat, perang urat syaraf ini lebih melelahkan
dan membingungkan. 

Pemerintah dan GAM pun secara gencar melakukan
sosialisasi kepada masyarakat atas hasil kesepakatan
Jenewa. Pemerintah Indonesia menyebarluaskan
terjemahan teks kesepakatan Jenewa dalam bahasa
Indonesia melalui koran dan pertemuan di masjid-
masjid. 
Nama Aceh yang dalam teks tertulis Acheh, namun
ditulis ulang dengan Aceh. Mungkin ini persoalan biasa
saja, namun bagi GAM, ini dianggap sudah memelintir
isi kesepakatan. Ya mirip dengan sebutan Papua Barat
menggantikan nama Irian Jaya.
Pasal yang menarik untuk diulas, yakni Pasal 3 point
b, menyangkut senjata GAM dan relokasi pasukan TNI.
Teks asli pasal itu, yakni "After peace zones have
been identified, the GAM will designate placement
sites for its weapons. Two months after the signing of
the COH and as confidence grows, GAM will begin the
phased placement of its weapons, arms and ordinance in
the designated sites. The JSC will also decide on a
simultaneous phased relocation of TNI forces which
will reformulate their mandate from a strike force to
a defensive force."
Dalam sosialisai kepada masyarakat, pihak Indonesia
yang dilontarkan oleh elit militer dan sipil di
tingkat II, I dan Pusat, menyatakan GAM harus
menggudangkan senjata mulai 9 Februari 2003 hingga
selesai selama lima bulan. 

Sebaliknya, GAM dalam sosialisasi kepada masyarakat
menyatakan sejak 9 Februari, tidak ada lagi pos TNI
atau Brimob di perkampungan dan di sisi jalan. Mereka
harus kembali ke barak atau ke Markas Komando Resort
Militer (Makoramil), Markas Komando Distrik Militer
(Makodim) dan Markas Komando Daerah Militer (Makodam).


Merdeka Tahun 2004
GAM berkampanye kepada masyarakat, Aceh bakal merdeka
pada tahun 2004. Caranya, di Aceh akan digelar
referendum: pilih otonomi atau merdeka. Seolah-olah
meng-counter pernyataan Indonesia dan menyenangkan
militer GAM, dikatakan tidak benar senjata GAM
digudangkan, namun hanya ditempatkan bersamaan dengan
prajurit. Dengan bahasa lain, prajurit GAM tidak
melepaskan senjatanya. 
Alasannya, sebagaimana dikemukakan oleh Utusan Senior
GAM dalam Joint Security Committee (JSC) atau Komite
Bersama Keamanan (KKB) Teungku Sofyan Ibrahim Tiba,
bisa saja bila senjata digudangkan, TNI akan menyerang
prajurit GAM. Prajurit TNI, Brimob dan GAM merasa
hidup tidak aman tanpa senjata. Pada dasarnya, sadar
atau tidak sadar, mereka tetap siap perang sekalipun
kesepakatan damai telah disepakati. Bukankah dengan
perang melahirkan prestasi, prestisius dan harta bagi
prajurit atau tentara, sedangkan warga sipil hanya
menuai darah, air mata dan trauma? 
Tafsiran kesepakatan resolusi konflik ini bisa
berbeda, sebab RI dan GAM mengartikan demi keuntungan
dan kepentingan masing-masing. Perang tidak lain dari
tipu daya. Yang lihai menjebak yang bodoh. Saling
sikat dan sikut merupakan bagian dari dunia diplomat
yang penuh trik. 
Sebaliknya pihak HDC sebagai fasilitator lebih memilih
diam. Tidak mau terjebak dalam polemik atau retorika
orang Indonesia dan GAM. Pihak yayasan internasional
sering kali menyatakan: lihat kembali pasal demi pasal
dari kesepakatan tersebut. 
Apakah ada perbedaan penempatan (placement) dengan
penggudangan (storage)? Pihak GAM menyatakan ketika
proses perundingan berlangsung pada 8 Desember 2002,
Indonesia memaksa GAM supaya kata placement sites
ditukar dengan storage sites. Maksud pihak GAM,
menggudangkan senjata dan menyerahkan bulat-bulat
pengawasannya kepada HDC. Pihak GAM tetap bertahan
pada kalimat placement sites yang bermakna menyimpan
di suatu tempat rahasia yang tanggung jawab
pengawasannya di bawah kuasa GAM. Tim HDC hanya
melihat betul atau tidak GAM memiliki senjata dan
dipastikan tidak digunakan selama penghentian
permusuhan. 
Dalam bahasa singkat, senjata GAM adalah milik dan
pengawasannya di bawah kuasa militer GAM. Hanya saja
selama penghentian permusuhan, pihak asing (HDC)
diberi peluang untuk melihat senjata GAM dan bukan
mengatur penggunaan senjata GAM tanpa diketahui oleh
pihak Indonesia, namun pasti diketahui oleh intelijen
TNI dan Brimob. Jadi, dibutuhkan pakar tafsir untuk
mengurangi perang tafsir terhadap perjanjian
kesepakatan Jenewa.

Dua Kunci
Sebaliknya, pihak Indonesia sebagaimana dikatakan
Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko
Polkam) Susilo Bambang Yudhoyono usai pernjanjian di
Jenewa menyatakan, bulan ketiga pengumpulan senjata
akan dilakukan di suatu tempat yang diawasi HDC,
kemudian dipastikan tidak akan digunakan untuk
aksi-aksi bersenjata.
Ada yang membayangkan, pada 9 Februari (Minggu esok)
GAM secara bertahap akan menyerahkan senjatanya kepada
pihak HDC-pihak HDC tidak melibatkan Indonesia.
Sedangkan JSC terdiri dari utusan HDC, utusan RI dan
utusan GAM di suatu wilayah. Kemudian, HDC menyimpan
senjata dan amunisi di suatu gudang dengan pengamanan
dua kunci oleh pihak HDC dan GAM. Mungkin inikah yang
terjadi pada fase demiliterisasi di Aceh?
Oh, tunggu dulu! Sejarah tersebut sangat manis untuk
dikenang. Persoalannya, hingga sekarang, pihak JSC
belum mempunyai mekanisme menyangkut penempatan
senjata sebagaimana dikatakan GAM atau penggudangan
senjata sebagaimana disebutkan Indonesia. 
Ada yang membayangkan perlucutan senjata GAM seperti
di Kamboja yakni anggota GAM menyerahkan senjata
kepada pihak HDC, lalu prajurit itu menerima uang
sekian juta sebagai kompensasi harga sebuah sepucuk
M-16 atau AK-47. Pada dimensi lain, relokasi pasukan
TNI yang akan mereformulasikan kembali mandat mereka
dari sebelumnya sebagai kekuatan penggempur menjadi
suatu kekuatan pertahanan. 

Demiliterisasi Sebuah Uthopia?
Elite sipil dan militer Indonesia meminta GAM untuk
menggudangkan senjata. Di manakah senjata tersebut
akan digudangkan? Persoalan teknik ini pun belum
rampung. Jadi kecil kemungkinan TNI dan Brimob melihat
GAM menyimpan senjata pada sebuah gudang dengan gembok
dipegang oleh pihak HDC dan GAM. Sebab hingga sekarang
dalam pantau SH, belum ditemukan gudang termasuk
gudang Koperasi Unit Desa (KUD) di pedesaan yang layak
untuk menyimpan senjata, bukan menyimpan padi. Kecuali
senjata GAM digudangkan di pusat perkotaan. 
Agaknya, untuk melihat GAM menyerahkan "sebagian
nyawanya" (melepaskan senjata) masih di awang-awang.
Pasalnya, di antara prajurit TNI, Brimob dan GAM masih
saling mengintip kelemahan lawan. Sementara para elit
RI dan GAM masih melepaskan ultimantum. Mungkin ini
sebagian proses dalam perang urat syaraf , namun ini
sangat mengganggu proses ke bawah. 
Sebagaimana dikatakan utusan HDC untuk Aceh Mark
Knight, fase demiliterisasi merupakan proses yang
memerlukan tingkat konsistensi tinggi dari kedua
pihak, sangat krusial, dan sensitif. Bahkan Susilo
Bambang Yudhoyono juga mengakui pengembangan trust
building di Aceh tidaklah mudah. Sebab, konflik di
wilayah ini sudah berlangsung cukup lama. 
"Memang sulit menumbuhkan kepercayaan penuh antara
kedua pihak dalam dua bulan periode trust building.
Ditambah lagi, selama masa itu telah terjadi sejumlah
kejadian berupa pelanggaran, penyimpangan dan
distorsi," tegasnya. (SH/muh. rizal )



=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com
YANG BARU : http://nusantara.b3.nu/ situs kliping berita dan posting pilihan demi tegaknya NKRI. Mampirlah !

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Shopping - Send Flowers for Valentine's Day
http://shopping.yahoo.com