[Nusantara] HATI NURANI KECOAK

Gigih Nusantara gigihnusantaraid@yahoo.com
Thu Feb 13 04:00:40 2003


HATI NURANI KECOAK
Oleh L Murbandono Hs

Manakala negara sedang megap-megap nyaris tenggelam
secara nista di dalam lautan utang dan nyaris terkubur
secara hina dalam rimba belantara rente dan bunga plus
komisi, kok ya tega dan bisa-bisanya terjadi seorang
"wapres" naik haji dengan membawa rombongan seratus
orang, atau cuma 50 orang kek, atau 60 orang kek, atau
107 orang, sebodo amat! Heran? Tidak usah!

Itu ihwal perkara yang normal belaka di sebuah negara
yang sedang sial lantaran sedang dikuasai
manusia-manusia berhati nurani kecoak (Informasi lebih
jauh dan atau sekolah untuk menjadi manusia berhati
nurani kecoak bisa ditanyakan kepada semua koruptor
dan pelanggar berat HAM di Indonesia.) 

Masalahnya, seratus atau 50, atau 60, atau 107 orang
itu menurut ilmu berhitung bukan satu atau dua, tetapi
ya sebegitu itu. Dan sebegitu itu kali sekian juta
rupiah adalah sebegitu itu kali sekian juta rupiah.
Tidak ada seorang wapres pun di Indonesia "mampu
dengan penuh sukacita" menutup biaya itu dengan
keuangan pribadi, sebab penghasilan wapres jelas
hitungannya. Jadi kesimpulannya, biaya tersebut diurus
oleh tiga cara. Pertama, bayar sendiri-sendiri, ini
tidak masuk akal, sebab dalam konteks ramai-ramai
dengan sang "wapres", adalah sangat menyimpang dari
ajaran hati nurani kecoak. Kedua, dari kantung sang
"wapres" sendiri yang tentu saja harus dari uang
korupsi sebab jika tidak lalu dari mana lagi. Ketiga,
menggerogoti uang negara, entah dari bujet lembaga
wapres, departemen agama, atau lembaga negara mana
pun. 

Cuma itu! Alasan dan kilah yang lain-lain, sudah tidak
perlu! Semua orang yang masih mempunyai hati nurani
tidak akan percaya terhadap sejuta kilah yang isinya
tidak sesuai, dan apa lagi bertentangan dengan
kesimpulan di atas. Apalagi "wapres"! "Camat" atau
"ketua" berbagai ludrukan politik saja bisa korupsi.
Di Indonesia, hampir semuaaa pejabat harus korupsi!
Itu keniscayaan peradaban hati nurani kecoak di
lingkungan elite koruptor dan elite pelanggar berat
HAM. Tak ada seorang pun di dunia ini yang percaya,
"wapres" tidak korupsi. Dia HARUS korupsi, dipaksa
keniscayaan hati nurani kecoak yang menjadi santapan
sehari-hari kaum koruptor dan sejenis itu! 

Dalam bahasa rakyat, manusia berhati nurani kecoak itu
disebut maling dan para penipu. Siapa? Banyak! Dalam
konteks ini, di mana perasaan sang "wapres"?
Tidak bisakah merasakan, sebagai wapres yang adalah
pejabat publik, mestinya peka terhadap semua warga
tanpa pandang bulu SARA-nya? Kejadian itu, di samping
mengesankan "obral murah" hal-hal yang suci di dalam
Islam, juga sungguh-sungguh melukai publik umum
non-Islam yang kebetulan "takdir" hidupnya tidak
bersangkut paut dengan selebrasi naik haji? Bahkan
siapa tahu, tidak sedikit warga Islam moderat yang
betul-betul mendambakan berkembangnya pluriformitas di
Indonesia, menjadi amat risih atas peristiwa tersebut.

Hanya satu hal yang pasti dalam peristiwa tersebut,
yaitu, telah terjadi penyalahgunaan wewenang kekuasaan
di negeri ini! Karena itu, hentikan segala imbauan
meratap-ratap menangisi tenggang rasa yang cuma
retorika berbau ketiak babi yang tidak masuk akal itu.
Sudah saatnya semua orang yang masih mempunyai hati
nurani berbicara lugas dan jelas untuk hal-hal
beginian!

Saya yakin tidak seorang pun warganegara Republik
Indonesia ini yang rela jika uang negara
dihambur-hamburkan untuk memanjakan hanya agama
tertentu, agama apa pun, apalagi jika itu cuma
dihambur-hamburkan untuk memanjakan kepentingan
keluarga besar, klik, dan komplotnya sendiri. 

Jika seorang "wapres" tidak mengenal tenggang rasa di
dalam praktek, bagaimana bisa diharapkan rakyat jelata
yang melata terseok-seok di gubuk-gubuk pinggir
selokan, gelandangan di tiap lampu lalu lintas, para
penganggur yang jatah kesempatan perkembangan hidupnya
sudah dibikin ludes oleh mekanisme KKN, dan lain-lain
rakyat yang sejenis itu, bisa mengenal tenggang rasa?

Kasus di atas makin menegaskan, bahwa lembaga wapres
dan departemen agama itu memang betul-betul tidak
berguna bagi negara. Mereka harus dibubarkan, syukur
sekarang juga, atau dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya! Sebab keberadaannya hanya
merecoki jalan menuju ke sebuah negara sipil sejati
yang demokratis, berdasarkan Pancasila dan menjunjung
tinggi Bhinneka Tunggal Ika.

****

L Murbandono Hs
Rakyat Biasa Warganegara RI
Hilversum, Nederland

=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com
YANG BARU : http://nusantara.b3.nu/ situs kliping berita dan posting pilihan demi tegaknya NKRI. Mampirlah !

__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Shopping - Send Flowers for Valentine's Day
http://shopping.yahoo.com