[Nusantara] Fw: [Nasional] PERLUNYA PEMBANGKITAN KEMBALI CITA-CITA KEBANGSAAN
Olga nebo Sylvie Gondokusumo
olga-sylvie@volny.cz
Wed Jan 8 03:36:07 2003
----- Original Message -----
From: "Tangkisan Letug" <tletug27@hotmail.com>
To: <national@mail2.factsoft.de>
Sent: Monday, January 06, 2003 1:41 PM
Subject: [Nasional] PERLUNYA PEMBANGKITAN KEMBALI CITA-CITA KEBANGSAAN
> -----------------------------------------------------------------------
> Mailing List "NASIONAL"
> Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
> Kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
> -----------------------------------------------------------------------
> BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH
> -----------------------------------------------------------------------
> PERLUNYA PEMBANGKITAN KEMBALI CITA-CITA KEBANGSAAN
> Oleh Tangkisan Letug
>
> Arus globalisasi telah sedemikian dahsyatnya sampai di bumi Indonesia.
> Dampaknya sudah kita rasakan. Salah satu dampak paling nyata adalah arus
> pengaruh kultur (cara hidup dan nilai-nilai) konsumeristis. Konsumerisme
> tidak hanya mengena pada segi hidup konsumtif saja, tetapi telah mengenai
> atau lebih tepat barangkali menohok jiwa kebangsaan kita. Apa maksudnya?
>
> Jiwa kebangsaan kita sebagaimana tertuan dalam pembukaan UUD 1945 adalah
> jiwa kebangsaan yang lahir dari penjajahan dan mau menegakkan keadilan
> sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kebangsaan yang dilandaskan pada
> cita-cita keadilan sosial ini barangkali telah luntur sekarang ini. Hal
ini
> menurut hemat penulis disebabkan oleh derasnya arus globalisasi terutama
> arus konsumerisme yang mengikis jati diri kebangsaan yang telah mulai
> dibangun oleh para pendiri bangsa.
> Bagi penulis, jiwa kebangsaan itu telah tergumpalkan dalam bahasa yang
> inklusif sebagaimana kita miliki dalam Pancasila. Benarkah Pancasila
sebagai
> cita-cita kebangsaan kita sudah mulai luntur dan kurang memberikan menjadi
> ikatan kebangsaan kita?
>
> Arus globalisasi tidaklah selalu diidentikkan dari Barat. Sebab, sekarang
> ini apa yang menjadi arus global juga meliputi apa saja yang anti-barat
> sebagai reaksi atasnya. Di dalam dunia yang semakin kentara ditandai oleh
> dua arus kuat ini, kita sebagai bangsa Indonesia perlu berhati-hati untuk
> menyikapinya. Pilihannya tidaklah sesederhana pro atau anti Barat.
Kekuatan
> yang anti Barat pun sama-sama memberikan dampak yang merugikan kita
sebagai
> bangsa. Keduanya dapat dikatakan sebagai kekuatan yang bisa mencekik kita
> hingga mati.
>
> Oleh karena itu, kekuatan Barat sebagai sebuah kultur yang ditandai
> modernitas dan kekuatan anti Barat sebagai sebuah kultur yang ditandai
> dengan simplisitas--dalam wacana pasca modernitas hal itu disebut sebagai
> "pensiero forte" (strong thought) vs "pensiero debole" (weak thought) atau
> cara pikir sistemik vs cara pikir non sistemik-- sama-sama melahirkan
> radikalisme dan fundamentalisme. Mungkin yang pertama dapat dikatakan
> melahirkan kultur fundamentalisme MTV (permisivisme) dan yang kedua
> melahirkan kultur radikalisme religius yang menghalalkan segala macam
> kekerasan. Kita sedang menghadapi dua gelombang ini. Segala kerikil
problem
> kebangsaan kita mestinya kita lihat dan tempatkan dalam konteks
pertarungan
> pengaruh global ini. Bila tidak, kita mau tidak mau akan terseret arus
yang
> lebih kuat.
>
> Kita Perlu Membangkitkan Cita-cita Kebangsaan
>
> Dalam arus yang sedemikian kuatnya itu, bila kita tanpa memiliki identitas
> diri sebagai bangsa yang kuat dan tertanam betul dalam sanubari warganya,
> tidak mustahil pelan tapi pasti kita sebagai bangsa sedang memetik buah
> kehancurannya sebagai sebuah bangsa. Memang perlulah kita pahami jati diri
> bangsa kita sebagai bagian dari seluruh kebangsaan manusia. Artinya jati
> diri bangsa itu merupakan ibu pengasuh mendewasanya setiap warga bangsa
> menjadi manusia dunia. Untuk itu, kita sangat membutuhkan
pencerah-pencerah
> pemikiran yang meretas segala kebekuan wacana politik; kita juga
membutuhkan
> insinyur-insinyur yang mampu mengejawantahkan cita bangsa ke dalam wujud
> pembangunan yang memiliki kepekaan terhadap cita-cita luhur kebangsaan
kita.
> Tidaklah cukup pemikiran yang tinggi-tinggi, tidaklah cukup arsitektur
atau
> karya-karya yang indah-indah, sebab menafsirkan cita-cita bangsa di jaman
> globalisasi ini dibutuhkan tidak hanya visi dan misi, tetapi terlebih
> pragmatisme yang memihak pada keadilan dan demokrasi.
>
> Jalan Pembangkitan Kembali Cita-cita Bangsa
>
> Apakah jalan pembangkitan kembali cita-cita bangsa yang dibutuhkan kini?
> Jelaslah ini bukan jalan sederhana. Ada jalan hukum, ekonomi, politik dan
> sosial kebudayaan. Tetapi yang penulis maksudkan jalan di sini adalah apa
> yang mesti diambil sebagai langkah bagi setiap warga yang masih memiliki
> keprihatinan terhadap bangsa ini.
>
> Saya ingin menyebutnya-meskipun ungkapan ini terasa sangat romantis tetapi
> tak apalah karena memang penulis lihat sangat fundamental menjadi fondasi
> hidup- JALAN CINTA. Pertama, jalan cinta ini mesti diarahkan kepada cinta
> terhadap bangsa di mana Pancasila sungguh menjadi jati diri dan jiwanya.
> Kedua, jalan cinta ini mesti membawa kepada semangat keterbukaan dan
> inklusif, serta mengatasi segala bentuk sektarianisme yang cenderung
> merongrong identitas kebangsaan kita. Ketiga, jalan cinta kebangsaan ini
> mesti tidak hanya sekedar digembar-gemborkan sebagai kuda tunggangan untuk
> mencapai kepentingan kelompok atau pun pribadi, tetapi menjadi penggerak
> ketulusan membangun negara dan bangsa, penjiwa ketulusan melayani warga
> negara.
>
> Siapa yang pertama-tama perlu memulai? Bila dikatakan semua, tentu orang
> akan bilang omong kosong. Maka, lebih baik saya katakan dengan jelas: ini
> perlu dimulai oleh para elit politiknya! Pembusukan bangsa itu cepat
merebak
> melalui para pemimpinnya.
>
> Dalam bahasa kaum sufi, untuk mencapai kesatuan dengan Sang Khalik, tidak
> hanya perlu ditempuh jalan sujud, tetapi juga lewat jalan wujud. Begitu
juga
> dalam halnya dengan cita-cita kita sebagai bangsa yang mau bersatu
> mewujudkan keadilan sosial. Artinya, untuk membangkitkan kembali cita-cita
> kebangsaan sebagai bagian penting pembangunan identitas diri bangsa, kita
> perlu menghormati cita-cita yang terumuskan dalam Pancasila itu, sekaligus
> kita perlu menjadikan itu sebagai cara bertindak atau cara hidup kita.
>
> Sekian.
>
>
>
>
>
>
> _________________________________________________________________
> The new MSN 8 is here: Try it free* for 2 months
> http://join.msn.com/?page=dept/dialup
>
> -------------------------------------------------------------
> Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
> Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
> Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
> Nasional-m: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
> Nasional-a: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
> Nasional-e: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-e/
> ------------------Mailing List Nasional------------------
>