[pdiperjuangan] Fw: [Nasional] Potret Suasana Sidang Vonis Tiga Tahun Bang Akbar

Olga nebo Sylvie Gondokusumo pdiperjuangan@polarhome.com
Sat Sep 7 17:12:02 2002


----- Original Message -----
From: "a.supardi" <a.supardi@chello.nl>
To: <national@mail2.factsoft.de>
Sent: Wednesday, September 04, 2002 9:12 PM
Subject: [Nasional] Potret Suasana Sidang Vonis Tiga Tahun Bang Akbar


> -----------------------------------------------------------------------
> Mailing List "NASIONAL"
> Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
> eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
> -----------------------------------------------------------------------
> STOP Exodus TKI !!  STOP Exodus bangsa kita  !!   STOP Exodus TKI !!
> -----------------------------------------------------------------------
> Para netter yang budiman,
> Yang menjadi pertanyaan, apakah proses pengadilan dan vonis 3 tahun
penjara
> kepada terdakwa Akbar Tandjung oleh majelis hakim itu bisa dinilai hanya
> sebagai
> SANDIWARA SAJA ?!
> Mari kita tunggu dan ikuti babak selanjutnya.
> Tabik,
> A.Supardi
>
> ------
>
> Potret Suasana Sidang Vonis Tiga Tahun Bang Akbar
> Anaknya Histeris, Krisnina Menangis
>
> Akhirnya, Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung divonis bersalah,
> menyalahgunakan kekuasaan sehingga merugikan keuangan negara atau
> perekonomian negara. Dari sebuah sidang yang melelahkan, Akbar Tandjung
> diganjar hukuman penjara tiga tahun. Bagaimana jalannya sidang mahaberat
> ini? Bagaimana reaksi Akbar, istri dan anak-anaknya?

> TELEVISI saja tak cukup menggambarkan roh persidangan Akbar Tandjung, Rabu
> (4/9) kemarin, di gedung BMG. Sebuah sidang dengan rona emosional yang
kuat.
> Sebuah perhelatan keluarga lengkap dengan suasana hukum, politik, humanis,
> emosi, dan anarki. Semua bersatu, saling melengkapi. Juga bau parfum dan
> keringat serta teriakan handphone pengunjung.
> Pukul 17.25 WIB adalah awal gejolak yang menegangkan. Hakim Andi Samsan
> Nganro tiba-tiba berhenti membaca. Ratusan wartawan bersiap. Ratusan
kamera
> membidik ketua hakim, Amiruddin Zakaria. Krisnina Maharani menegakkan
> punggungnya. Bomer Pasaribu dengan cepat meraih pulpen dan menggamit
kertas.

> Dia siap mencatat.

> Andi Samsan menyodorkan teks vonis kepada Amiruddin Zakaria. Suara orang
> Aceh ini pun menggema di ruangan. ''Terdakwa satu, secara sah dan
meyakinkan
> telah bersama-sama melakukan perbuatan pidana....'' Krisnina langsung
pucat.
> Dia menekuk wajahnya dalam-dalam. Matanya berkaca-kaca. ''Selanjutnya,
atas
> perbuatannya, majelis hakim menghukum terdakwa satu dengan penjara
> ttt...tiga tahun,'' Amiruddin berhenti sejenak. Suara histeris melengking
> tinggi. Dua putri Akbar, berkemeja krem, berpelukan, menangis sesenggukan.
> Akbar sendiri, yang duduk diam, dengan menyandarkan punggungnya, lemah
> tiba-tiba tersentak. Dia kenali itu suara anaknya. Dia pandang Amiruddin
> Zakaria. Seolah, dia tak percaya suara ketua majelis hakim itu menghukum
> dirinya tiga tahun. Cuma, politisi ulung ini, segera menguasai diri dan
> tampil tenang. Dia tak menoleh ke belakang.

> Ruangan pun bergemuruh. Krisnina menggigit bibirnya dalam-dalam. Tangannya
> mencengkram jari-jemairnya. Kaki kanannya disilangkan ke kaki kiri. Lantas
> dia membungkuk, kembali tak kuasa membendung air matanya. Suara tangis
> anaknya melengking kembali. Sejumlah rekan dan koleganya membawanya ke
luar
> ruangan sidang. Sidang dilanjutkan. Amiruddin mengambil mikrofon,
menanyakan
> kepada terdakwa satu apakah menerima putusan ataukah tidak.

> ''Terima kasih, bapak hakim. Saya serahkan sepenuhnya kepada kuasa hukum
> saya untuk menjawabnya,'' kata Akbar. Deny Kailimang, Amir Syamsuddin
> berpandangan sejenak. Teriakan pengunjung dari belakang, ''banding...
> banding... banding.'' Kemudian, Amir meraih mikorfon. Dengan lantang, ia
> berkata, ''Kami mengajukan banding.'' Tepuk tangan menggema, saling beradu
> dengan suara bantingan kursi ke lantai. Terdakwa dua dan tiga, yang
diganjar
> 1,5 tahun hanya menyatakan pikir-pikir sebelum akhirnya Amiruddin Zakaria
> menutup persidangan.

> Ruangan pun makin gaduh. Krisnina tak kuasa berdiri. Dia melap air matanya

> yang tumpah. Ratusan wartawan tulis segera merangsek ke depan, mengepung
> Krisnina. ''Bu, bagaimana perasaan Ibu,'' suara wartawan membelah ruangan.
> Seratusan wartawan lainnya, fotografer dan kemeraman, mengepung Akbar.
> Polisi datang menghadang. AMPG memagar betis. Dari sisi belakang, ratusan
> kursi kembali dibantingi. Pengunjung berteriak, menggedor-gedor. Ratusan
> polisi, yang berjaga di luar, segera masuk ruangan. Massa dan kader Golkar
> tak puas. Mereka tampaknya akan mendekati hakim. Untungnya, polisi sigap.
> Lima hakim segera dievakuasi dengan selamat, melalui pintu belakang.
> Termasuk, seorang hakim asal Gianyar, I Ketut Gede.

> Begitulah suasana detik-detik jatuhnya vonis atas skandal korupsi Rp 40
> milyar, yang melibatkan Akbar, Winfried Simatupang dan Dadang Sukandar.
> Sebuah vonis yang tak dipercaya sebelumnya bakal dijatuhkan. ''Saya fresh,
> Bang Akbar akan bebas murni,'' teriak Ruhut Sitompul, pengacara Akbar yang
> kemarin tampil nyentrik, mengecat rambutnya menjadi kuning, sebelum vonis
> tiga tahun turun.

> Tetapi, Ruhut boleh kecewa karena palu hakim bicara lain. Palu keadilan
itu
> mengganjar mantan Mensekneg itu setahun lebih rendah dari tuntutan jaksa.
> Tetapi, kekecewaan lebih pahit dirasakan Akbar dan keluarganya. Juga
ribuan
> kadernya yang semalam suntuk mengaji, berdoa, dan tahajud demi
menyelamatkan
> diri dan karier politik Akbar.
> Dimulai dari Slipi, Selasa malam, tempat DPP Partai Golkar kokoh berdiri,
> menjelang vonis diumumkan. Dengan baju koko dan peci hitam, Bang Akbar
> memanjatkan puja-puji serta doa. Bersama seluruh jajaran pengurus DPP, doa
> dimulai dengan meminta keselamatan. Disusul permohonan ketabahan,
kesabaran,
> dan vonis majelis hakim yang putih bersih seperti kapas.
> ''Hingga pukul 02.00 dini hari, Bang Akbar kami doakan,'' kata Bendahara
DPD
> I Jambi Yos Soemarso. Dia ikut perhelatan yang khusyuk, setelah terbang
dari
> Jambi, dua hari lalu, bersama 200 anak buahnya.

> Pagi hari, Rabu (4/9) dengan kemeja putih bersih dan peci hitam legam.
> Bersama istrinya, Krisnina Maharani, dua anaknya -- pria kelahiran Sibolga
> itu kembali berdoa. Dia tengadahkan tangannya, memanjatkan puja-puji
kepada
> Tuhan. Doa keselamatan dan vonis majelis hakim yang putih bersih, seperti
> kapas. Doa yang senantiasa diulang-ulang. Setelah mengenakan jas warna
biru
> gelap, Akbar menaiki Toyota Land Cruiser B 8677, menuju gedung BMG
> Kemayoran.

Sambutan dan teriakan Allahu Akbar... Allahu Akbar... bergema.
> Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG), Angkatan Muda Pembaruan Indonesia
> (AMPI), dan Forum Komunikasi Putra Putri ABRI (FKPPI) berderet, menjaga,
> memberi hormat kepada Akbar. Semua kekuatan pengamanan diturunkan, ada
Forum
> Betawi, Angkatan Muda Siliwangi, GOIB, dan Garuda Hitam asal Banten.
Sekitar
> tiga ribu anak muda, para jagoan, menjadi tameng bagi diri Akbar.
> Pukul 09.00 WIB Akbar memasuki ruangan. Satu per satu, kader, pengurus,
> kolega, dan petinggi Golkar bersalaman. Ada Menkominfo Syamsul Muarif,
Meneg
> Perempuan Sri Redjeki, TL Sambuaga, Mahadi Sinambela, Bomer Pasaribu,
Agung
> Laksono. Mereka memberi kehangatan psikologis. Pun demikian buat Krisnina
> dan dua anaknya. Dengan diiringi suasana khusyuk, kembali Akbar berdoa.
Dia
> panjatkan agar palu sang hakim mengetuk bebas murni.

> Setelah itu, para pengacara menyambut hangat dan tawa canda di antara
> mereka. Mahadi Sinambela yang banyak tertawa. Tentu, hanya kepada wartawan
> dia melontarkan joke. Tetapi, dia juga design maker di dalam ruangan
sidang.
> Dia yang mengatur, bagaimana pengacara bergerak. Dia pula yang menyetir
> suasana sidang dan di luar sidang. Tentu melalui handphone dia memberi
> instruksi atau melalui bisik-bisik dengan stafnya. Maklum, Mahadi adalah
> tangan kanan Akbar. Dia orang kepercayaan. Ibaratnya, tanpa Mahadi, sudah
> lama Akbar tamat.

> Setelah sidang dibuka, hakim satu per satu membaca amar putusan. Mulai
pukul
> 10.00 WIB, lima hakim membaca bergantian. Pengeras suara sempat mati. Juga
> pendingin ruangan. Suasana di dalam gerah bukan main. Menjelang makan
siang,
> banyak petinggi DPP Partai Golkar keluar ruangan dan kasak-kusuk memainkan
> handphone atau berbincang dengan wartawan dan sejumlah kader daerah. Tawa
di
> antara mereka mengembang. Ada Ferry Mursyidan Baldan, Priyo Budi Santoso,
> Rambe Kamarul Zaman, dan puluhan lainnya. Syamsul Muarif dan Sri Redjeki
> bahkan kembali pulang. Juga Krisnina dan dua anaknya. Mereka tak tampak
lagi
> di ruangan.

> Baru pukul 16.50 WIB, suara pengunjung bergemuruh, tepuk tangan, dan tawa
> riang. Rupanya, sang hakim membaca amar putusan yang memberi lampu hijau
> pada Akbar. Dia bisa lepas. Lantas, sidang diskors kembali, untuk kedua
> kalinya, memberi kesempatan Akbar salat. Usai skors, Krisnina kembali
hadir
> di ruangan bersama dua anaknya. Sepanjang sidang, Krisnina hanya diam.
> Matanya dipejamkan. Tangannya menggamit jarinya.
> Sementara kedua anaknya berbeda. Keduanya, yang baru saja pulang dari
> Amerika, justru bercanda. Dia lebih banyak tertawa di tempat sidang.
> Ayahnya, Akbar, duduk lemas. Dia memperhatikan tiap patah kata sang hakim
> majelis. Lima belas menit kemudian, suasana berubah. Krisnina menatap
tajam
> hakim. Dan begitulah seterusnya, kedua anak Akbar histeris, Krisnina
> menangis dan Akbar diam membisu, setelah vonis tiga tahun diketuk.

> Apa kata Krisnina? ''Tenang... tenang, semua tenang. Saya bisa tenang.
Saya
> bisa sabar menghadapi ini, saya bisa sabar,'' katanya berulang kali. Dia
tak
> ingin anak buahnya membentaki wartawan. Cuma, dia tak mau berkomentar
> banyak. ''Saya ingin ketemu Bang Akbar. Antarkan saya ke mobil Bang
Akbar,''
> ujarnya. Lantas, dia digiring ke luar, menuju mobil Akbar, sambil masih
> terdengar suara caci maki pengunjung dan bantingan kursi.
> * Heru B. Arifin/Nasrudin
> (Bali Post, Kamis, 04 September 2002)
>
>
>
> -------------------------------------------------------------
> Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
> Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
> Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
> Nasional-m: http://redhat.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
> Nasional-a: http://redhat.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
> Nasional-f:http://redhat.polarhome.com/mailman/listinfo/nasional-f
> ------------------Mailing List Nasional----------------------
>