[pdiperjuangan] Fw: [cari] Megawati Tidak Harapkan Rembulan Jatuh
Olga nebo Sylvie Gondokusumo
pdiperjuangan@polarhome.com
Mon Sep 9 22:48:01 2002
Tentang Presiden MSP banyak amat yang bisa kita cermati dari berita ini. Ttg
obsesinya pada team work, hormat pada sekat kompetensi Trias Politica,
gaya kerja tekun sbg kepala negara yang harus mengurusi bidang dalam
maupun LN. Dengan gaya sejuk, COOL BUT NOT COLD, ia cepat "belajar"
memimpin bangsa yg besar jumlahnya, dengan jumlah masalah yg sangat
besar pula.
Ia bukan bak volcano yang meledak-ledak. MSP lebih mirip spt sungai di
tanah Parahiyangan yng sejuk mengalir, Panta Rhei (mengalir terus), sampai
ke samudera. Sebuah lautan demokrasi.
Beliau dikelilingi oleh team yg canggih. (Okey, sang penerus Berkeley Mafia
dapat saja diganti dengan seorang pakar alumnus PT yang
mana saja, asal becus, dan lebih baik bersikap Keynesian, ketimbang
penyembah nabi neoliberal Milton Friedman).
Ciri MSP nampak sangat berbeda dengan sifat serta sikap GARANG pada banyak
fihak. Sikap mau memecahmecah negeri dengan cara pakar maupun dengan
menimang Kalashnikov ditangan, meledakkan revolusi, anjuran kpd petani
supaya menabung bukan untuk membesarkan usahanya namun bagi naik bis untuk
"mengepung kota dari desa", menghina orang karena proporsi tubuh yg tidak
aduhai spt Naomé Campbell atau Claudia Shiffer. Sangat "tiba-tiba" diraihnya
KEBEBASAN, berakibat pada KEBABLASAN. Memilukan, memang.
MSP saya lihat secara pribadi tiga bulan yang lalu SEJUK, ANGGUN, RAMAH
namun JELAS dalam KEPEMIMPINANNYA! Ia sangat
cocok bagi era proses demokratisasi. Ia, memang, harus tahan segala jegalan
dan sikutan. Semoga sampai 2009! Supaya negeri tidak masuk jurang
perpecahan, kompradorisasi (ingat pidato KKG), fundamentalisme, maupun
petualangan kekiri-kirian!
Wassalam, Bismo DG
----- Original Message -----
From: "HKSIS" <SADAR@net-yan.com> To: <Undisclosed-Recipient:;>
Sent: Sunday, September 08, 2002 1:45 AM
Subject: [cari] Megawati Tidak Harapkan Rembulan Jatuh
Minggu, 8 September 2002
Untuk Aktif Datangkan Investor
Megawati Tidak Harapkan Rembulan Jatuh
Aljir, Kompas ¡X Dalam pidato tanpa teks yang penuh warna dan banyak
diselingi bahasa puitis serta canda, Presiden Megawati Soekarnoputri
menegaskan, untuk mengundang investasi dan investor dari luar negeri, bangsa
Indonesia harus keras, tidak hanya tenguk-tenguk (duduk diam dan menunggu
saja¡XRed). Selain itu, bangsa Indonesia juga tidak bisa hanya menadahkan
tangan seperti menunggu jatuhnya rembulan.
Presiden juga mengatakan, ia harus memutuskan menjadi seperti
saleswomen dan menutup telinga walaupun muncul suara pro dan kontra terhadap
perjalanannya ke luar negeri kali ini.
Di depan sekitar 71 anggota masyarakat Indonesia di Aljazair, hari
Jumat (6/9) tengah malam waktu setempat atau dini hari Sabtu waktu
Indonesia, Megawati mengatakan, untuk mendatangkan investasi dan investor,
Indonesia harus aktif sesuai politik luar negerinya yang bebas aktif.
Menurut Megawati, setelah empat tahun sibuk dengan masalah krisis di
dalam negeri, Indonesia hampir tenggelam dalam percaturan internasional dan
jarang sekali mendapat undangan. Padahal, untuk bangkit kembali dalam
percaturan internasional, Indonesia harus membangun kembali hubungan
persahabatan dengan negara-negara lain yang sejak dulu telah menjadi
sahabat.
¡¨Bayangkan, kalau negara besar seperti Indonesia tidak pernah ada
yang mengundang untuk datang. Padahal kita tidak bisa bilang ¡¦eh, undang
saya dong¡¦,¡¨ ujarnya dengan suara parau karena seharian harus mengunjungi
berbagai pusat industri negeri ini di Annaba, kota terbesar kedua di
Aljazair.
Megawati mengatakan, kini stabilitas politik sudah membaik, nilai
rupiah membaik, tetapi ekonomi jalan di tempat. Dalam keadaan seperti ini
banyak pihak menyerukan perlunya kedatangan para investor dan
investasi. ¡¨Jadi, kita mesti begini ini. Hanya nanti saya akan diawasi DPR,
apa betul Presiden hanya jalan-jalan,¡¨ ujarnya seraya mengatakan saat ini
DPR sudah jadi ¡¨galak¡¨.
Padahal, kata Megawati, anggota DPR yang ikut dalam perjalanan ini
mengatakan teler karena tidak bisa istirahat. ¡¨Kalau Presiden mau keluar,
muncul pro dan kontra. Ada yang mengatakan tidak boleh karena itu
menghabiskan uang dan hanya jalan-jalan. Ada yang mengatakan, itu perlu
karena kalau tidak begitu, kalau tidak ada yang mengenalkan diri, bagaimana
Indonesia diketahui dunia luar. Kalau sudah begitu saya tutup kuping, saya
putuskan berangkat untuk aktif meningkatkan hubungan persahabatan dengan
negara lain,¡¨ kata Presiden.
Perjalanan ke luar negeri ini, kata Megawati, untuk mengonkretkan
berbagai kerja sama yang telah ditandatangani dalam berbagai
perjanjian. ¡¨Pak Menlu Hassan Wirajuda saya omelin terus untuk menggerakkan
MOU yang sudah ditandatangani. Kalau tidak kita lakukan sendiri, bagaimana.
Inilah yang saya jalankan sebagai Presiden,¡¨ ujarnya di halaman rumput
Kantor Kedutaan Besar Indonesia di Aljir, ibu kota Aljazair.
Megawati juga mengatakan telah memerintahkan Menlu Hassan Wirajuda
untuk mencatat potensi-potensi negara-negara yang punya hubungan dengan
Indonesia. Ia mengatakan telah bertukar pikiran dengan Presiden Aljazair
Abdelaziz Bouteflika, dan hasilnya Aljazair akan mendatangkan para pengusaha
negerinya ke Indonesia. ¡¨Memang sepertinya saya, dalam menjalankan bagian
dari tugas saya, antara lain saya seperti saleswoman,¡¨ ujarnya.
Ketika menjadi Presiden dan kemudian melakukan perjalanan keliling
ASEAN, Megawati mengatakan banyak ditanya oleh pihak luar mengenai situasi
keamanan dan stabilitas di Indonesia. Kepada para penanya itu Megawati
mengatakan agar jangan melihat dari jauh atau melihat terlalu dekat di CNN.
Karena kalau begitu, kata Megawati, tidak akan ditemukan tentang realitas
Indonesia.
¡¨Kalian harus datang sendiri dan melihat. Kalau takut pulang saja.
Tetapi yang datang akan saya jamin dan saya jaga,¡¨ ujarnya.
Hidung jadi pesek
Presiden juga menilai, gerakan reformasi memunculkan tuntutan dari
semua pihak akan hak masing-masing. Hanya saja tuntutan akan hak itu tidak
diikuti dengan tanggung jawabnya. Ketika tanggung jawab menghadang, maka
segalanya seperti dengan mudahnya kemudian dilimpahkan kepada pemerintah
pusat.
Acara berlangsung santai dan dipandu Kuasa Usaha Gatot Abdullah
Mansyur, karena sudah tujuh bulan terakhir pos jabatan Duta Besar di
Aljazair kosong. Presiden menunjuk contoh kosongnya jabatan duta besar
sebagai sesuatu yang membebani tugas pemerintah. Sesuai dengan tuntutan
reformasi, maka penunjukan seorang duta besar, tidak bisa lagi hanya
berdasarkan hak prerogatif Presiden. Semua itu harus melalui uji kelayakan
dan kepatutan, serta mendapat persetujuan dari DPR.
¡¨Saya kira baiklah dilakukan fit and proper test. Tetapi tolonglah
jangan terlalu lama. Sebab kalau sampai tujuh bulan belum juga selesai, kita
malu karena pihak negara yang akan ditempati sudah meminta-minta. Bagaimana
pula kita bisa mendorong peningkatan kerja sama, kalau duta besarnya tidak
ada,¡¨ kata Megawati.
Presiden melihat sebagai sesuatu yang positif adanya peran yang lebih
kritis dari lembaga DPR. Namun ia meminta agar peran itu tidak hanya
dilaksanakan dengan sikap yang garang saja. Presiden berharap agar peran itu
dilaksanakan secara proporsional.
Secara khusus, Presiden menunjuk contoh kegarangan dari lembaga DPR,
yakni dalam hal penegakan hukum. Beberapa anggota DPR dengan lantang menilai
pemerintah tidak tegas dalam penegakan hukum.
¡¨Begitu kerasnya penilaian itu, sampai saya ini selalu
ditunjuk-tunjuk hidung saya. Karena seringnya ditunjuk-tunjuk itu, hidung
saya sekarang ini menjadi semakin pesek,¡¨ kata Megawati berseloroh.
Presiden mengingatkan bahwa pemerintah sangat serius dalam penegakan
hukum. Namun tidak semua tanggung jawab itu ada di tangan eksekutif.
Kewenangan eksekutif hanya terbatas pada lembaga Kejaksaan dan Kepolisian.
Sedang urusan pengadilan berada di wilayah tanggung jawab yudikatif.
¡¨Saya misalnya ditanya atas adanya putusan pengadilan terhadap Ketua
DPR. Saya hanya bisa mengatakan bahwa hal itu bukan tanggung jawab saya.
Silakan tanya saja kepada pengadilan,¡¨ kata Megawati.
Presiden menegaskan bahwa dirinya memang juga merasa tidak puas dengan
kinerja bidang yudikatif. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya
mengelus dada.
¡¨Akan lebih baik apabila masyarakat juga ikut mengamati kinerja
lembaga yudikatif dan memberi penilaian terhadap keputusan pengadilan. Saya
bersyukur bahwa hal itu mulai terjadi, sehingga beberapa hakim yang memang
bertindak tidak benar dalam memutuskan sebuah perkara, akhirnya ada yang
bisa ditarik,¡¨ kata Megawati.
Ia mengajak DPR untuk ikut mendorong penegakan hukum seperti yang
diharapkan. Salah satunya dengan segera menyelesaikan pembahasan RUU
Advokat, sehingga yang namanya pembela tidak sepenuhnya independen, tetapi
bisa juga disentil apabila tidak ikut mendorong terciptanya penegakan hukum.
DPR garang
Megawati juga mengetengahan masalah pelaksanaan otonomi daerah setelah
dua tahun ini. Ia mengatakan, ketika akan dimulai, banyak pemerintah daerah
yang menyatakan sanggup dan siap, tetapi sekarang setelah Undang-Undang
Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 dilaksanakan ternyata banyak pemerintah daerah
yang pusing dan ingin mengembalikan tanggung jawab mereka kepada
pemerintahan pusat.
Masalah lain yang timbul setelah dilaksanakan otonomi daerah adalah
ketika para pengusaha dari luar negeri datang. Mereka, kata Megawati, sering
bertanya harus berurusan dengan pemerintah pusat atau pemerintah
daerah. ¡¨Dalam keadaan ini, kami harus menyeimbangkan antara pertanyaan
dari luar dan pertanyaan-pertanyaan dari dalam. Ini memerlukan perhatian
khusus dan kerja keras yang ekstra,¡¨ ujarnya.
Seiring menghadapi masalah tersebut, kata Megawati, pemerintahannya
juga harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari DPR. Presiden mengatakan,
sekarang empat anggota DPR yang ikut dalam perjalanan ke luar negeri ini
hanya tertawa. ¡¨Karena mereka hanya empat orang, dan anggota rombongan saya
lebih banyak. Tetapi coba kalau pulang ke Jakarta, waduh (sambil tertawa
terkekeh¡XRed), langsung mereka jadi garang-garang kembali,¡¨ ujarnya.
Untuk menghadapi para anggota DPR yang garang, Megawati mengatakan
memilih sikap berdiam. ¡¨Dalam hati saja mengatakan, toh hanya berapa jam
saja garangnnya. Setelah keluar, mereka juga ketawa-ketawa. Kalau mereka
dihadapi dengan tegang kita tidak akan mendapatkan solusi,¡¨ ujarnya.
Acara Megawati hari Jumat sangat padat. Sejak pagi hari, bersama
rombongan terbatas ia harus terbang ke Annaba, sekitar 600 km sebelah Timur
Laut Aljir. Presiden baru kembali ke Aljir sekitar pukul 19.00 waktu
setempat dan kemudian melanjutkan pertemuan dengan masyarakat Indonesia
hingga menjelang tengah malam.
Kunjungan ke Annaba di luar dugaan berlangsung meriah. Megawati yang
datang bersama Presiden Abdelaziz dielu-elukan masyarakat setempat sehingga
harus berjalan kaki sekitar setengah kilometer menuju Kantor Gubernur,
karena kendaraan tidak mungkin lagi bisa lewat. (osd)