[pdiperjuangan] Fw: [Nasional] Agama bukan Alat Manipulasi

Olga nebo Sylvie Gondokusumo pdiperjuangan@polarhome.com
Tue Sep 17 22:15:07 2002


----- Original Message -----
From: "panca" <panca@arcor.de>
To: "nasional" <national@mail2.factsoft.de>
Sent: Monday, September 16, 2002 10:16 PM
Subject: [Nasional] Agama bukan Alat Manipulasi


> -----------------------------------------------------------------------
> Mailing List "NASIONAL"
> Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
> eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
> -----------------------------------------------------------------------
> STOP Exodus TKI !!  STOP Exodus bangsa kita  !!   STOP Exodus TKI !!
> -----------------------------------------------------------------------
> Agama bukan Alat Manipulasi
   (Bali Post, Selasa, 17 September 2002)
>
> KONON di negara-negara Barat banyak orang meninggalkan agama resmi yang
> diatur secara institusi formal. Pada mulanya harapan mereka agama
dijadikan
> sumber kekuatan untuk melayani dan membina manusia menjadi manusia yang
> berkualitas. Dengan demikian mereka dapat membina hidup bahagia secara
> individu dan harmonis dalam kebersamaannya di masyarakat. Dalam
> kenyataannya banyak orang kecewa karena institusi agama itu dijadikan alat
> untuk menguasai dan memanipulasi manusia.
>
> Agama seharusnya dapat dijadikan kekuatan untuk memberikan kesejukan
rohani
> kepada pemeluknya. Dengan kesejukan rohani itu manusia dapat menata
> hidupnya di dunia ini menjadi semakin baik dan lebih mulia. Meskipun
banyak
> yang meninggalkan agama resmi, mereka tetap percaya pada Tuhan.
> Kepercayaannya kepada Tuhan itu secara individu dijadikan kekuatan untuk
> didayagunakan menopang hidupnya untuk berbuat nyata, saling menolong
dengan
> sesama mengatasi berbagai persoalan hidup.
>
> Agama sebagai karunia Tuhan jangan dijadikan media untuk menguasai dan
> memanipulasi umat penganut. Oknum-oknum yang menguasai institusi agama itu
> janganlah bagaikan penguasa untuk menjadikan paradigmanya sendiri sebagai
> sesuatu yang paling benar. Lebih-lebih dalam ajaran Hindu menyediakan
> banyak pilihan untuk mengembangkan kepercayaan dan bhaktinya kepada Tuhan.
> Institusi agama hanya sebagai mediator dan fasilitator dalam kehidupan
> beragama. Agama sebagai sabda Tuhan memiliki dimensi yang tidak terbatas.
> Umat harus dijamin kemerdekaannya untuk menjangkau dimensi yang sangat
luas
> dari sabda Tuhan itu sesuai dengan kemampuan masing-masing umat. Jangan
ada
> oknum di jajaran institusi agama sepertinya lebih pintar dari Tuhan. Para
> pemimpin di institusi agama hendaknya memfasilitasi agar umat menemukan
> sendiri jalan yang paling pas bagi dirinya dalam pendakian spiritualnya.
> Pilihan umat mungkin saja ada yang berbeda dengan pilihan jalan spiritual
> pemimpin institusi agama yang bersangkutan. Dalam hal ini pimpinan
> institusi agama harus merasa bangga dan merasa berhasil karena telah mampu
> memfasilitasi umat menemukan sendiri jalan yang dianggap paling cocok
> dengan dirinya.
>
> Pilihan jalan spiritual yang ditempuh oleh pemimpin institusi agama jangan
> dipompakan kepada umat. Karena bukan itu fungsi institusi agama diadakan.
> Janganlah kehendak pemimpin itu direkayasa sebagai kehendak agama.
Pemimpin agama itu hendaknya membeberkan secara jujur semua jalan spiritual
yang ditunjukkan oleh kitab suci. Selanjutnya umat diberikan kemerdekaan
untuk
> memilihnya. Janganlah menggunakan institusi agama untuk mereka yasa selera
> spiritual penguasa agar diikuti oleh umat tidak berdasarkan kemurnian hati
> nuraninya.

Karena ada kalanya institusi agama dijadikan alat untuk membina
> pengikut agar oknum penguasa itu merasa punya banyak pengikut untuk
> melanggengkan kekuasaannya. Bagi mereka yang mengikuti selera penguasa itu
> akan mendapat berbagai fasilitas yang dikuasai oleh sang penguasa. Cara
> membina kehidupan beragama seperti itu dapat menghilangkan semangat umat
> untuk mendaya gunakan ajaran agamanya menemukan jalan hidup yang lapang
> menuju pantai bahagia.
>
> Kalau agama yang dianut tidak memberikan mereka jalan yang lapang maka
> agama akan dirasakan sebagai beban hidup yang memberatkan. Kalaupun mereka
> kelihatannya beragama namun hal itu dilakukan hanya untuk mendapatkan
akses
> sosial semata. Institusi yang memiliki akses menangani kehidupan beragama,
> baik institusi pemerintah maupun yang nonpemerintah hendaknya jangan
> menjadikan institusi itu sebagai alat untuk menguasai umat agar beragama
> menurut kehendak pribadi pemegang institusi tersebut. Bahkan sebaliknya
> kehendak institusi itu adalah sebagai wujud dari kehendak umat. Dalam
kitab
> Arthasastra dinyatakan bahwa kehendak rakyatlah hendaknya menjadi kehendak
> pemimpin. Hal ini wajib dilakukan untuk tetap menjaga agar jangan umat
> meninggalkan agama resmi yang diatur secara institusional formal.
>
> Umat jangan dibuat takut karena kekuasaan institusi. Karena pada
hakekatnya
> institusi agama itulah sebagai alat untuk melayani umat mewujudkan
aspirasi
> spiritualnya dalam kehidupan ini. Meskipun umat tetap berada dalam koridor
> institusi agama, institusi agama itu bukan sebagai penghalang bagi umat,
> bahkan justru sebagai alat untuk melindungi kemerdekaannya beragama.
> Sesuatu yang didapatkan karena pilihan sendiri jauh lebih dapat memberikan
> kebahagiaan dari pada disuapi oleh orang lain. Lebih-lebih menyangkut
> masalah kerohanian yang tentunya sangat sulit untuk diseragamkan.
>
> (Bali Post, Selasa, 17 September 2002)
> -------------------------------------------------------------
> Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
> Nasional Subscribers: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
> Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
> Nasional-m: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
> Nasional-a: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
> Nasional-f:http://www.polarhome.com/mailman/listinfo/nasional-f
> ------------------Mailing List Nasional----------------------
>