[pdiperjuangan] [Fwd: [Nasional] Menolak wacana pembentukan presidium nasional.]
pdiperjuangan@polarhome.com
pdiperjuangan@polarhome.com
Fri Jan 24 01:14:54 2003
-------- Original Message --------
Betreff: [Nasional] Menolak wacana pembentukan presidium nasional.
Datum: Thu, 23 Jan 2003 21:59:30 +0100
Von: panca <panca@arcor.de>
Rückantwort: national@mail2.factsoft.de
An: nasional <national@mail2.factsoft.de>
-----------------------------------------------------------------------
Mailing List "NASIONAL"
Diskusi bebas untuk semua orang yang mempunyai perhatian terhadap
Kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-----------------------------------------------------------------------
BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH
-----------------------------------------------------------------------
Mega Dikado Demo Tandingan
Wiranto Kirim Bunga
MENYANYI BERSAMA: Presiden Megawati Soekarnoputri disambut para simpatisan
PDI-P yang menyanyikan lagu ''Panjang Umurnya'' diiringi tepuk tangan ketika
keluar dari rumah dinasnya di Jalan Teuku Umar 27, Jakarta. Presiden
merayakan ulang tahunnya yang ke-56, kemarin. (Foto: Suara Merdeka/rtr-55e)
JAKARTA- Bagaimana seorang presiden merayakan ulang tahun? Pertanyaan ini
makin menarik ketika sang presiden dalam sebulan ini dihujat oleh sebagian
rakyat.
Presiden Megawati Soekarnoputri, yang kemarin merayakan ulang tahun ke-56,
mendapat dua kado istimewa. Pertama, kehadiran massa PDI Perjuangan ke rumah
dinasnya Jalan Teuku Umar 27 Jakarta Pusat, yang seolah sebagai demo
tandingan atas demo-demo menentang kenaikan harga BBM. Kedua, di halaman
rumahnya tergolek sejumlah karangan bunga.
Salah satu karangan bunga itu dari Jenderal (Purn) Wiranto, yang belum lama
ini dituding sebagai penggerak aksi demonstrasi mahasiswa menentang
pemerintahan Megawati.
Massa PDI-P yang sebagian besar tergabung dalam Banteng Muda Indonesia (BMI)
berdatangan ke rumah dinas Presiden pada pukul 7.00. Mereka tiba
berombongan, dengan menumpang sedikitnya 25 minibus. Mereka memarkir
kendaraan itu di seberang jalan.
Karena bus-bus itu memakan separo badan jalan, arus di jalan yang biasanya
cukup lengang tersebut pun macet. Sejumlah polisi dan anggota Paspampres
berjaga-jaga di sekitar tempat itu.
Mereka tidak banyak dibandingkan dengan mahasiswa yang demonstrasi, hanya
sekitar 500 orang. Suasana pun relatif terkendali. Hampir semua warga BMI
mengenakan bendera dan kaus merah bergambar kepala banteng gemuk dalam
lingkaran, yang menjadi lambang partai mereka.
Mereka juga membawa beberapa spanduk. Isinya antara lain ucapan selamat
ulang tahun dan dukungan kepada kepemimpinan Mega yang kini diguncang isu
kenaikan harga bahan bakar minyak, tarif dasar listrik, dan telepon.
Sebelum bertemu Megawati, massa PDI-P bernyanyi-nyanyi sambil berorasi di
atas sebuah mobil. Mereka menyatakan mendukung penuh kebijakan Presiden dan
mengecam unjuk rasa mahasiswa yang menentang kenaikan harga tiga komponen
utama, serta berujung ke upaya menjatuhkan duet Mega-Hamzah.
Tepat pukul 10.00 Megawati yang mengenakan blazer abu-abu keluar untuk
menemui mereka. Dia didampingi Taufik Kiemas, Sekretaris Fraksi PDI-P DPR
Tjahjo Kumolo, dan Ketua BMI Dudhie Makmun Murod.
Melihat sang pemimpin muncul di halaman rumah, serentak para simpatisan
PDI-P menyanyikan lagu "Panjang Umur" diiringi tepuk tangan. Megawati
membalas dengan senyum ceria sambil sesekali melambaikan tangan.
Setelah nyanyian usai, dua anak SD, Natalia (kelahiran Aceh) dan Petrus
(kelahiran Papua), menyerahkan karangan bunga kepada Mega sebagai kado ulang
tahun. Setelah itu Megawati mendapat kado lain berupa tarian perang Papua
yang digelar di halaman rumahnya.
Selepas acara sederhana itu, Presiden segera kembali ke rumah. Mereka pun
tak sempat bersalaman dengan sang pemimpin. Sebagai ganti, massa PDI-P
menyalami Taufik yang dengan telaten melayani mereka.
Bukan Demo
Tak lama kemudian warga PDI-P pergi. Taufik Kiemas menyatakan sambutan yang
diterima Mega dari para simpatisan itu merupakan hal biasa.
"Ini sudah kali keempat. Dua kali waktu di Jalan Diponegoro. Jumlahnya juga
besar, tidak jauh berbeda. Jadi bagi keluarga kami ini sudah biasa, tidak
aneh," katanya.
Dia membantah kedatangan warga PDI-P itu untuk mengimbangi demonstrasi
mahasiswa yang menggoyang Mega. "Harus dibedakan. Kedatangan mereka bukan
mau berdemonstrasi. Mereka hanya mau mengucapkan selamat ulang tahun dan
tidak akan menyebabkan kericuhan."
Namun pernyataan Taufik tak sepenuhnya benar. Sebab, setelah meninggalkan
Jalan Teuku Umar mereka langsung menggelar aksi di depan Istana Negara.
Apalagi beberapa warga Front Kader Perjuangan (FKP) bergabung.
"Kepemimpinan Presiden Megawati dan Wakil Presiden Hamzah Haz perlu
dipertahankan demi stabilitas politik, ekonomi, dan keamanan," kata
Koordinator FKP Waode Herlina.
Aksi unjuk rasa itu berlangsung damai. Namun aparat kepolisian tetap
mengamankan secara ketat. Mereka juga membentangkan spanduk-spanduk berisi
dukungan kepada Megawati-Hamzah serta menolak wacana pembentukan presidium
nasional.
Para demonstran menuturkan aksi itu sebagai imbauan ke calon presiden agar
bertarung secara sehat dalam pemilu 2004, bukan dengan membentuk
pemerintahan presidium.
"Ini aksi damai. Jika ada yang menghambat perjuangan ini, kami akan melawan
secara nonfisik, bukan kekerasan. Kami menolak tegas aksi-aksi demo yang
anarkis, seperti membakar simbol negara dan atribut PDI-P," kata mereka.
Tidak Mengundang
Semalam, rumah dinas Presiden Megawati di Jl Teuku Umar juga kebanjiran
tamu. Mereka datang untuk merayakan ulang tahun Megawati. Tapi Wakil Sekjen
DPP PDI-P Pramono Anung menjelaskan, Megawati tidak pernah menyebarkan
undangan untuk merayakan ulang tahunnya itu.
"Jangan salah kutip. Ini bukan pesta-pora. Ini acara makan-makan saja. Ibu
Mega tidak menyebarkan undangan kok," katanya kepada pers, seusai menghadiri
acara tersebut, semalam.
Menurut Pramono, yang hadir adalah teman-teman khusus Mega, juga rakyat
biasa lainnya, yang hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun. "Kan wajar
apabila Presiden punya banyak teman. Juga ada rakyat pendukungnya. Ini
menunjukkan Ibu Mega masih ada di hati rakyatnya," kata Pramono menanggapi
pertanyaan tentang banyaknya tamu yang hadir, walau tak diundang.
Berdasarkan pengamatan wartawan, sejumlah tamu yang hadir dalam perayaan
ultah Megawati antara lain Kepala BIN AM Hendropriyono, Menneg PPN / Kepala
Bappenas Kwik Kian Gie, Menneg Lingkungan Hidup Nabiel Makarim, Menteri
Kelautan Rohmin Dahuri, Menhub Agum Gumelar, wartawan senior Panda Nababan,
dan pejabat teras DPP PDI-P termasuk Roy BB Janis.
Sementara itu, sejumlah elemen mahasiswa semalam berniat melakukan aksi
damai di depan rumah Megawati. Namun aksi itu dapat digagalkan aparat
keamanan, yang merupakan gabungan dari Paspamres dan Polres Metro Jakarta
Pusat.
Puluhan mahasiswa yang berasal dari Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi
(LMND), Gerakan Pemuda Kerakyatan (GPK), HMI MPO, serta Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM), bahkan diangkut aparat dan langsung dibawa ke Mapolda
Metro Jaya.
Pencalonan Mega
Sementara itu pernyataan politik Megawati yang menantang lawan politiknya
agar bertarung secara fair dalam pemilu tahun 2004 masih mendapat tanggapan
dari berbagai pihak.
Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Anas Urbaningrum menganggap pernyataan
itu merupakan deklarasi tentang pencalonan kembali Mega sebagai presiden.
"Itu merupakan deklarasi Megawati untuk mencalonkan diri sebagai presiden.
Itu penegasan dia kepada publik," kata Anas di Surabaya, Rabu (22/1) pagi.
Dia menayatakan pernyataan politik Megawati di depan massa pendukungnya di
Jalan Kebagusan itu memiliki dua implikasi positif. Pertama, pernyataan
politik itu bagus karena tak disampaikan secara sembunyi-sembunyi. Kedua,
pernyataan politik itu sangat produktif bagi konsolidasi demokrasi.
"Mega memberikan kesempatan kepada lawan-lawan politiknya untuk berkompetisi
secara fair melalui lembaga pemilu. Itu pernyataan politik yang produktif.
Sebab, suksesi kepemimpinan nasional seharusnya dilembagakan lewat pemilu,
jangan di luar pemilu," kata mantan Ketua Umum PB HMI itu.
Pernyataan Megawati memang tak sesuai dengan isyarat politik yang
disampaikan Taufik Kiemas, sang suami, saat ulang tahun di Bali awal Januari
lalu. Saat itu Taufik mengisyaratkan Mega kemungkinan besar tak akan maju
lagi dalam pencalonan presiden tahun 2004.
Anas mengemukakan agar proses pemilu tahun 2004 berjalan fair dan jujur
memerlukan dua syarat. Pertama, aturan hukum yang jelas, terperinci, dan
tegas. Kedua, keberadaan institusi yang menegakkan pemilu itu. "Sekarang
sedang dibahas di Pansus RUU Pemilu. Kalau itu bisa dirumuskan, pemilu 2004
bisa lebih fair."
Soal peluang Ketua Umum DPP Partai Golkar Akbar Tandjung sebagai calon
presiden, padahal dia terbelit perkara hukum, Anas menyatakan itu tergantung
pada persyaratan dalam UU Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Sebab,
RUU-nya saja masih digodok sehingga hasil akhirnya belum diketahui.
Apakah Akbar layak dicalonkan sebagai presiden? Anas tak mau berkomentar.
"Sebab, anggota KPU tak boleh memberikan komentar secara pribadi, yang
bersifat mendukung atau menolak seseorang," ujar dia.
Penegasan senada disampaikan pengamat politik dari UI, Chusnul Mar'iyah PhD.
Chusnul, yang juga anggota KPU, menilai peluang Akbar untuk maju dalam bursa
calon presiden tahun 2004 tergantung pada persyaratan bagi calon presiden
dan wakil presiden. (SUARA MERDEKA, Jumat, 24/01/2003)
-------------------------------------------------------------
Info & Arsip Milis Nasional: http://www.munindo.brd.de/milis/
Anggota Nasional: http://mail2.factsoft.de/mailman/roster/national
Netetiket: http://www.munindo.brd.de/milis/netetiket.html
Nasional-m: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-m/
Nasional-a: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-a/
Nasional-e: http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-e/
------------------Mailing List Nasional------------------